TRIBUNTRAVEL.COM - Turbulensi merupakan satu fenomena yang umum terjadi saat penerbangan berlangsung.
Karena membuat penerbangan terasa berguncang-guncang, turbulensi bisa menyebabkan rasa tidak nyaman.
Namun sebenarnya, turbulensi banyak disalahpahami.
Sama seperti angin, turbulensi bukanlah hal yang ada atau tidak ada, melainkan itu merupakan sebuah spektrum.
Sehingga, turbulensi tidak bisa dilihat secara kasat mata, tetapi bisa dirasakan.
Terkadang, turbulensi bisa berlangsung dengan kuat, di lain hari, turbulensi terasa lebih 'selow'.

Lalu, saat penerbangan bagaimana pilot mendeteksi adanya turbulensi apabila itu merupakan hal yang tak kasat mata?
Dikutip TribunTravel.com dari laman mentalfloss.com, pilot mengandalkan prakiraan cuaca untuk mendeteksi tempat-tempat terjadinya turbulensi.
Yang namanya prakiraan, tentu itu hanyalah sebuah prediksi, yang belum tentu bisa memastikan apakah turbulensi benar-benar terjadi atau tidak.
Prakiraan cuaca membantu pilot untuk tetap waspada dan berjaga-jaga.
Selain itu, turbulensi bisa terjadi secara meluas maupun sangat terlokalisasi atau hanya ada di tempat-tempat tertentu.
Pilot biasanya mendeteksi adanya turbulensi lokal maupun serius dari tiga hal seperti berikut.
1. Awan Cumulus
Jika terdapat awan Cumulus vertikal yang tinggi, dan semakin tinggi, kemungkinan ada turbulensi di sekitarnya.
Semakin tinggi dan cepat awan berkembang, semakin buruk guncangan turbulensi yang ada, terutama di area awan itu sendiri.
Contoh terburuknya adalah adanya badai.
Turbulensi dalam badai berbahaya, sebab dapat merobek badan pesawat.
2. Hari yang panas
Hari yang panas atau konveksi, berarti udara panas sedang naik, dan sebaliknya, udara dingin pun turun.
Inilah yang menyebabkan terbentuknya turbulensi.
Bergantung pada temperatur dan ketinggian pesawat, turbulensi bisa sangat mengganggu.
3. Angin
Faktanya, hembusan angin dapat 'tersandung', terutama angin yang menuruni pegunungan, yang seringkali bermil-mil jauhnya.
Angin bahkan bisa bergejolak dan menimbulkan turbulensi di atas gunung, karena angin terdorong untuk naik mengikuti sisi gunung.
Dengan sedikit pengecualian, sebagian besar turbulensi sebenarnya tidak berbahaya, setidaknya untuk pesawat terbang.
Pilot sudah sangat tahu bagaimana menghadapi turbulensi.
Yakni dengan memperlambat kecepatan pesawat dan/atau atau mengubah ketinggian.
Namun, turbulensi udara cerah (Clear Air Turbulence/CAT) merupakan jenis turbulensi yang terjadi di tempat-tempat yang tampaknya tenang, tidak berawan tebal, dan berudara jernih.
Turbulensi udara cerah dapat menyebabkan cedera pada penumpang yang tidak mengenakan sabuk pengaman atau, lebih buruk lagi, berjalan di dalam kabin.
Turbulensi ini sangat sulit dideteksi, kamu baru bisa mengetahuinya setelah merasakannya.
(TribunTravel.com/Rizki A. Tiara)