TRIBUNTRAVEL.COM - Tahun Baru Imlek akan tiba sekitar satu minggu lagi.
Perayaan Tahun Baru Imlek jelas terlihat bagaimana budaya China telah mendunia.
Pengaruh budaya China pun telah ada dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia.
Berikut adalah beberapa pengaruh budaya China di Indonesia, dikutip TribunTravel.com dari laman factsofindonesia.com.
1. Batik China

Batik China adalah jenis kain batik yang dibuat oleh orang Tionghoa maupun peranakan yang menampilkan beberapa motif makhluk mitologi China.
Seperti naga, siang, foniks, kura-kura, kilin (anjing berkepala singa), serta dewa-dewi Kong Hu Chu,
Ada pula berbagai macam ornamen yang berasal dari keramik China kuon, serta motif besar dengan warna merah atau merah dan biru.
Dalam perkembangannya, Batik China memiliki pola yang semakin beragam.
Seperti pola dengan pengaruh Batik Keraton seperti yang terlihat pada Batik Dua Negeri dan Batik Tiga Negeri.
Perkembangan Batik China juga terdapat di baik kawasan pesisir maupun pedalaman dengan nuansa yang dipengaruhi lingkungan.
Daerah-daerah itu adalah Cirebon, Pekalongan, Lasem, Demak, dan Kudus.
Lasem terkenal dengan selendang lokalnya yang bermotif foniks sebagai ornamen utamanya, sementara Demak dan Kudus memiliki ciri khas di latar belakangnya, seperti 'butir sinawur', 'dele kecer', dan 'mrutu sewu'.
Pekalongan yang juga menjadi tempat bagi perusahaan-perusahaan Batik China untuk menghasilkan karya-karya “terbaik” seperti Oey Soe Tjoen, The Tie Siet, Oey Kok Sing dan lainnya, memiliki karakteristik produk yang dipengaruhi Belanda.
2. Kosa Kata
Dalam kehidupan sehari-hari, banyak istilah China yang dianggap istilahnya orang Betawi, padahal faktanya tidak demikian.
Kata-kata tersebut misalnya cepek (100), gopek (500), seceng (1000), atau kekong (kakek), wo (yang diucapkan menjadi 'gue' atau saya) dan lu (kamu).
Kata-kata ini sangat melekat dengan bahasa Betawi.
Menurut sejarawan, ini disebabkan sejak zaman dahulu orang Betawi dan China telah bersosialisasi, baik sebagai kawan, kolega bisnis, maupun hubungan pekerja dan atasan.
3. Arsitektur

Dalam bidang arsitektur, pengaruh budaya China juga cukup kuat dalam cara orang Betawi membangun rumah.
Bagian depan rumah Betawi dirancang dengan pembatas berupa 'langkan' (dalam bahasa China disebut 'lan-kan').
Kemudian, untuk membuat rumah terlihat tetap cantik, jendela dan pintu harus dicat setiap tahun.
Di bagian dinding, ada lonceng tergantung (lo-ceng). Pemilik rumah tidur di ruangan yang disebut 'pangkeng' (pang-keng) atau kamar tidur.
Sebelum tidur, mereka juga harus kongko (kong-kou_ atau mengobro-ngobrol terlebih dahulu sembari minum teh (te) dan makan kuaci (koa-ci).
Sementara, ada ta'pang (tah-pang), balai-balai, atau tikar yang bisa digunakan untuk berbaring sambil bersantai.
Untuk memasak di dapur, ada langseng (lang-sng) yang artinya dandang, serta anglo (hang-lou) atau semacam tungku dengan arang.
Meja makan dibersihkan dengan topo (toh-pou) atau lap meja atau menggunakan kemoceng (ke-mo-cheng) yang terbuat dari bulu ayam untuk menghilangkan debunya.
Untuk mengumpulkan sampah yang telah disapu, menggunakan pengki (pun-ki), dan saat berada di tempat berlumpur orang biasa menggunakan bakiak (bak-kiah) atau sandal kayu.
4. Kuliner

Dalam bidang kuliner, pengaruh budaya China terlihat dari nama kecap yang berasal dari kata 'ke-ciap-, mi (mi), bi-hun, toge (tao-ge), tauco (tau-cioun), daun bawang kucai (ku-chai), ebi (he-bi), tepung hunkwee (hun-koe), juhi (jiu-hi), dan masih banyak lagi.
5. Seni pertunjukan

Di Indonesia, ada dua seni pertunjukan yang kental akan budaya China.
Yakni barongsai dan wayang potehi.
Barongsai biasa dipertunjukkan pada perayaan Cap Go Meh dan menjadi ekspresi rasa syukur terhadap berkah yang telah didapat sepanjang tahun.

Sementara, wayang potehi merupakan wayang khas daerah China selatan.
Kesenian ini dibawa para pendatang dari China ke berbagai wilayah di Indonesia dan telah menjadi bagian dari kesenian tradisional Nusantara.
Kisah-kisah yang diceritakan lewat wayang potehi berasal dari legenda rakyat China, seperti sampe engthay, djienkoei, capshathay poo, sun go kong, dan sebagainya.
(TribunTravel.com/Rizki A. Tiara)