TRIBUNTRAVEL.COM - Kita seringkali diberitahu untuk menyantap makan malam setidaknya dua jam sebelum tidur.
Sebab, rentang waktu dua jam tersebut dapat digunakan usus untuk mencerna makanan.
Namun, tak selamanya itu menjadi alasan di balik gagasan makan malam harus minimal dua jam sebelum tidur.
Dikutip dari laman This is Insider, sebuah penelitian terbaru menunjukkan, jeda waktu dua jam antara makan malam dan tidur tidak selalu bermanfaat bagi kesehatan.
Telah lama diyakini, makan tak lama sebelum tidur dapat menyebabkan efek merusak pada kesehatan.
Bahkan disebut dapat meningkatkan risiko kanker.

Namun, para peneliti dari Graduate School of Health Sciences di Okayama University di Jepang telah mematahkan klaim tersebut.
Mereka menyatakan, jeda dua jam antara makan malam dan tidur tidak mempengaruhi kadar glukosa dalam darah.
Di Jepang, masyarakat memang dianjurkan untuk menyisakan jeda waktu dua jam antara makan malam dan tidur setidaknya tiga kali dalam seminggu.
Untuk studi yang dipublikasikan di jurnal BMJ Nutrition, Prevention, and Helath, para peneliti menganalisis data yang dikumpulkan antara tahun 2012 dan 2014 dari 1.537 orang dewasa dan usia pertengahan yang sehat di Okayama, Jepang.
Tidak ada satu pun dari para peserta yang memiliki kondisi kesehatan terkait diabetes, dua pertiga dari kelompok tersebut berjenis kelamin perempuan, dan mayoritas berusia lebih dari 65 tahun.
Tim peneliti menilai pola makan kelompok tersebut, bersama faktor lain seperti berat badan, seberapa cepat mereka makan, seberapa banyak aktifitas fisik yang mereka lakukan, dan apakah mereka merokok atau tidak.
Selama penelitian, para peneliti juga memantau kadar HbA1c para peserta, yang menunjukkan kadar glukosa dalam darah per individu selama dua hingga tiga bulan.
Sebagian kecil peserta secara teratur pergi tidur dua jam setelah makan malam.
Sementara, rata-rata kadar HbA1c dari peserta kelompok tersebut sedikit meningkat selama studi, dari 5,2 persen di tahun 2012 menjadi 5,58 persen di tahun 2013 dan 2014.
Para peneliti menyimpulkan, jeda waktu minimal dua jam antara makan malam dan tidur tidak banyak berpengaruh pada kenaikan kadar HbA1c tersebut.
Mereka menemukan, faktor gaya hidup lain seperti tekanan darah, aktivitas fisik, dan minum berlebihan-lah yang memiliki dampak yang lebih signifikan pada kadar glukosa darah.
Sementara para peneliti mengakui studi ini semata-mata bersifat observasional, mereka percaya temuan mereka menunjukkan bahwa ada lebih banyak penekanan yang diperlukan untuk mendorong masyarakat mengikuti gaya hidup seimbang.
Bukannya untuk mendorong orang untuk menyisakan jeda dua jam antara waktu tidur dan waktu makan malam.
"Bertentangan dengan kepercayaan umum, memastikan interval pendek antara santapan terakhir di malam hari dan waktu tidur tidak secara signifikan mempengaruhi level HbA1c," ungkap para peneliti.
Sehingga, jeda dua jam antara makan malam dan tidur tak melulu dianggap sebagai satu hal untuk menjamin kesehatan.
"Harusnya ada lebih banyak fokus yang harus diberikan pada porsi dan komponen makanan yang sehat, jam tidur yang cukup, serta menghindari merokok, konsumsi alkohol, dan kelebihan berat badan, karena variabel-variabel inilah yang memiliki pengaruh yang lebih mendalam pada proses metabolisme tubuh."
(TribunTravel.com/Rizki A. Tiara)