TRIBUNTRAVEL.COM - Traveler pasti tak asing lagi dengan spot wisata yang dipenuhi gembok cinta.
Spot wisata yang digelantungi ratusan, atau bahkan ribuan gembok tersebut bisa berupa jembatan, menara, atau bahkan tepi jurang.
Seperti Jembatan Ponte Milvio di Roma, Italia, Menara Namsan Seoul di Korea Selatan, Gunung Huangshan di China, Jembatan Pont des Arts, Paris, Prancis, dan lainnya.
Pasangan dari berbagai penjuru dunia memasangkan gembok di spot-spot tersebut dengan harapan cinta mereka akan terkunci abadi.
Romantis bukan?
Namun tahukah traveler, asal muasal tradisi memasangkan gembok ini memiliki kisah yang memilukan?
Tradisi ini dimulai di sebuah kota kecil di Serbia bernama Vrnjačka Banja pada 1914.
Dikutip TribunTravel.com dari laman The Culture Trip, saat itu Eropa sedang mengalami pertempuran sengit dan intens.
Sehingga, banyak pemuda yang dihadapkan dengan perintah untuk dikirim berperang tanpa ada kepastian mereka bisa kembali ke tempat asalnya dengan selamat.
Satu dari pemuda tersebut adalah seorang prajurit dengan nama Relja.
Seperti sebagian besar pemuda lainnya, Relja sebenarnya tidak bersedia untuk pergi berperang.
Alasannya adalah cinta, kekasih Relja bernama Nada.
Seperti pasangan kekasih pada umumnya, Relja dan Nada tidak dapat dipisahkan.
Keduanya saling mencintai dan bahkan telah bertunangan.
Namun, takdir dan hidup ternyata begitu kejam.
Tindakan Gavrilo Princip, seorang teroris Serbia yang membunuh Pangeran Franz Ferdinand dari Austria-Hungaria di Sarajevo memicu meletusnya Perang Dunia I tahun 1914.
Akibatnya, Relja harus berangkat untuk berperang membela negaranya, Serbia.
Melihat kepergian kekasihnya ke medan perang, Nada pun bersedih, tetapi ia yakin Relja akan selamat dan melanjutkan hidup bersamanya.
Sayangnya, Relja tidak pernah kembali ke Vrnjačka Banja, karena ia jatuh cinta dengan seorang gadis di Corfu.
Mengetahui hal ini, Nada pun patah hati, ia bahkan mengalami penderitaan tiada akhir hingga ia meninggal dunia dalam usia yang relatif masih muda.
Gadis-gadis lain di Vrnjačka Banja pun merasa resah dengan kisah Relja dan Nada.
Mereka pun melakukan tindakan dengan harapan untuk menjaga cinta mereka tetap abadi.
Para gadis membeli gembok, menuliskan nama mereka dan kekasihnya ke gembok sebelum dipasang ke jembatan tempat Nada dan Relja dulu bertemu.
Kunci-kunci gembok dilemparkan ke sungai, dengan harapan dapat menjamin kehidupan romansa yang setia.
Kisah Nada dan Relja lama terlupakan, sampai penyair Serbia, Desanka Maksimović menghidupkannya kembali dalam puisinya, Molitva za ljubav (Doa untuk Cinta).
Kisah mereka pun kembali tersiar.
Kemudian, mulailah pasangan kekasih muda di kota tersebut memasangkan gembok pada jembatan yang akhirnya dinamai Most ljubavi, atau 'Jembatan Cinta.'
Kota-kota di seluruh dunia mulai meniru tradisi itu.
Namun, tempat-tempat seperti Paris, Barcelona dan lainnya akhirnya harus mengambili kunci dan melepas ribuan gembok yang dipasang untuk menjaga jembatannya agar tidak ambruk.
Akhirnya, tempat-tempat itu selalu memulai proses tradisi dari awal lagi ketika gembok-gembok sudah dihilangkan.
Serbia Selatan sebenarnya negeri yang masih banyak mempercayai kisah takhayul dan gembok tidak pernah dilepas dari jembatan.
Ada lebih dari 15 jembatan di Vrnjačka Banja, tetapi satu jembatan yang melambangkan kisah Nada dan Relja itu tetap menjadi yang paling mencolok.
Apakah kisah Nada dan Relja benar-benar ada?
Bisa iya, bisa tidak.
Namun, satu hal yang pasti adalah Perang Dunia I menjadi konflik mengerikan yang menggagalkan begitu banyak kisah percintaan seluruh dunia.
Bisa jadi karakter Relja dan Nada adalah karakter fiktif, tetapi tidak dipungkiri kisah patah hati tersebut mampu menyentuh hati banyak manusia.
Vrnjačka Banja sendiri dikenal di seluruh Serbia sebagai kota spa.
Banyak traveler yang singgah di Vrnjačka Banja untuk beristirahat sebelum melanjutkan perjalanan.
(TribunTravel.com/Rizki A. Tiara)