TRIBUNTRAVEL.COM - Memasuki bulan Desember sekaligus masa libur Natal dan Tahun Baru 2019 diprediksi akan meningkatkan angka kunjungan wisatawan di Jogja.
Berbanding lurus, angka permintaan akan penginapan pun juga meningkat.
Hal ini biasanya dibarengi dengan meningkatnya harga penginapan baik kos harian, home stay, hostel, hotel melati hingga hotel berbintang.
"Saya rasa masing-masing (penginapan) memiliki segmennya sendiri, turis sudah memperkirakan budget berapa yang ia keluarkan untuk menginap," kata Joko saat ditemui Tribunjogja.com, Selasa (25/12/2018).
Kendati demikian, lanjut Joko, kenaikan harga memang menjadi sesuatu yang wajar lantaran musim seperti ini, permintaan akan penginapan menjadi tinggi padahal jumlah penginapan terbatas.
Tak hanya itu, pihak hotel juga memiliki target revenue yang harus dicapai. Namun, hal itu akan berbanding lurus dengan fasilitas yang akan didapatkan oleh wisatawan atau turis.
"Istilah jawa nya 'ono rego ono rupo' (ada harga ada rupa) sehingga wisatawan kudu menimbang harga segitu layak nggak dengan fasilitasnya," lanjutnya saat ditemui di The Rich Jogja Hotel.
Lebih lanjut Joko menjelaskan, pihaknya tak memiliki wewenang untuk mengatur harga room rate yang ditawarkan setiap hotel atau penginapan yang ada. Masing-masing penginapan memiliki kebijakan sendiri-sendiri.
Maka dari itu, pihaknya hanya bisa mengimbau agar masyarakat yang dapat secara langsung membandingkan harga dan fasilitas yang didapatkan dengan beberapa penginapan lainnya.
"Supplay and Demand nggak seimbang, harga naik tapi bisa disiasati dengan konsumen memilih dulu harga yang ditawarkan itu worth it nggak sama yang didapatkan," katanya.
"Amannya memang pesan jauh-jauh hari jadi ketika malam tahun baru di Jogja tidak asal pilih penginapan," pungkasnya.
Artikel ini telah tayang di Tribunjogja.com dengan judul Antisipasi Harga Penginapan Tak Wajar, PHRI Sleman Imbau Wisatawan Lebih Cerdas