TRIBUNTRAVEL.COM - Jerapah merupakan satu binatang endemik eksotis yang berhabitat asli di Benua Afrika.
Dengan ukuran tubuhnya, jerapah disebut-sebut sebagai mamalia tertinggi yang hidup di darat saat ini.
Namun, saat ini jerapah menjadi binatang yang terancam punah.
Dikutip TribunTravel.com dari laman Brightside, untuk pertama kalinya dalam sejarah, dua spesies jerapah dimasukkan ke daftar resmi binatang yang terancam punah.
Bahkan secara global, populasi jerapah mengalami penurunan yang signifikan.
Lalu, apa yang sebenarnya terjadi?
Dua subspesies jerapah yang terkena dampak adalah jerapah Kordofan dan jerapah Nubia, yang paling banyak ditemukan di Kamerun dan Kenya.
Keduanya sekarang berada di kategori 'critically endangered' atau Kritis di dalam Red List atau Daftar Merah IUCN (International Union for Conservation of Nature).
Sebelumnya jerapah telah terdaftar sebagai spesies 'rentan' atau 'vulnerable.'
Banyak faktor yang menjadi penyebab berkurangnya jumlah jerapah.
Seperti perburuan ilegal, hilangnya habitat, pertambangan, perubahan pertanian, meningkatnya konflik manusia dan satwa liar, hingga kerusuhan sipil.
Jika tren saat ini terus berlanjut, diyakini jerapah pada akhirnya menghadapi 'kepunahan diam-diam' atau 'silent extinction.'
Secara keseluruhan, populasi jerapah telah kehilangan sekitar sepertiga dari jumlah mereka selama 30 tahun terakhir.
Menurut Direktur IUCN, General Inger Andersen, “Banyak spesies yang diam-diam punah bahkan sebelum kita dapat menggambarkannya."
"Pembaruan Red List (Daftar Merah) kali ini menunjukkan skala krisis kepunahan global kemungkinan jauh lebih besar dari yang kita kira."
Anehnya, kondisi tidak menjadi sasaran oleh jaringan perburuan internasional juga diyakini mengancam keberadaan jerapah.
Tidak seperti gajah atau badak, yang diburu untuk diambil gading dan tanduknya, jerapah biasanya diburu untuk diambil dagingnya.
Karena itu, jerapah tidak terlalu dianggap berharga seperti gajah atau badak.
Ini artinya, hanya ada beberapa kampanye yang berkembang untuk melindungi jerapah.
Untuk menggambarkan seberapa besar bahaya yang dihadapi jerapah, Derek Lee, ahli ekologi yang bekerja pada laporan Red List IUCN menggambarkannya.
Ketika ditanya apakah mungkin bagi mereka untuk punah dalam 20 tahun ke depan, Derek Lee mengatakan jika tidak ada yang dilakukan untuk mengubah situasi saat ini, "Saya pikir kita akan melihat penurunan (populasi jerapah) sangat drastis."
World Conservation Congress atau Kongres Konservasi Dunia telah menyerukan tindakan untuk membalikkan penurunan ini.
Pariwisata secara khusus diyakini sebagai cara yang kuat untuk membantu jerapah.
Sebab, pariwisata diyakini akan menginspirasi upaya konservasi yang kuat untuk mempertahankan sektor ini, penegakan hukum yang kuat, dan ruang bagi habitat jerapah.
Kesimpulannya, jerapah telah kehilangan banyak hal, terutama di tangan manusia.
Namun, masih ada waktu untuk sejumlah hal dalam memperlambat laju kepunahan jerapah.
Semoga jerapah akan selamat sebelum semuanya terlambat.
(TribunTravel.com/Rizki A. Tiara)