TRIBUNTRAVEL.COM - Menatap ke ufuk barat, matahari perlahan mulai turun di Pantai Sembukan.
Pantai yang persisnya berada di Desa Sembukan, Kecamatan Paranggupito, Kabupaten Wonogiri ini, panjangnya tidak lebih dari satu kilometer.
Sebagian besar terdiri dari batuan cadas, dan pasir pantai yang berwarna putih.
Kanan kiri pantainya dibatasi dengan bukit yang menjulang.
Sore itu tak banyak yang berkunjung ke pantai Sembukan.
Hanya ada beberapa warga lokal yang sedang menikmati sore sembari berjogging dan berfoto-foto.
Cipto, sesepuh Desa Paranggupito, pantai ini lebih dikenal sebagai objek wisata spiritual.
Ia banyak menceritakan tentang seluk beluk pantai yang kerap digunakan untuk ritual.
"Setiap malam Satu Sura, banyak orang dari berbagai daerah berbondong-bondong ke Pantai Sembukan. Banyak juga yang meyakini jika pantai ini menjadi pintu masuk Kanjeng Nyai Roro Kidul menuju ke Kasunanan Surakarta," jelas Cipto.
Bila kita berkunjung di atas bukit sebelah barat pantai, maka terlihat sebuah pelataran sekitar 4 x 4 meter persegi yang dibatasi dengan pagar kecil.
Menurut Cipto, di pelataran tersebut menjadi tempat orang-orang bertapa.
Di sisi bukit lainnya, juga terdapat langgar (musala), yang masih berdiri kokoh dan beberapa kali digunakan oleh orang tertentu.
"Pelataran yang ada di atas bukit itu biasa kami sebut paseban. Biasanya orang-orang kerap menggunakannya untuk ritual tertentu. Di bukit sebelahnya juga terdapat langgar, itu yang membangun adalah Bupati Wonogiri," tuturnya.
Pantai Sembukan sudah memiliki fasilitas penunjang yang cukup memadai.
Seperti tempat parkir, warung makan, dan toilet.
Pantai ini memang tidak cocok untuk berenang, karena batuan karang banyak tersebar di bibir pantai.
Tapi pemandangan alam yang disajikan, rasanya pantas untuk membayar kekecewaan.
Untuk bisa masuk ke objek wisata ini, pengunjung hanya cukup merogoh kocek Rp 3 ribu.
"Retribusi untuk masuk ke Pantai Sembukan tidak mahal, karena memang sudah dikelola oleh Pemkab Wonogiri. Harga kuliner yang disajikan di sana juga cukup terjangkau," tambah Cipto.
Saat malam Satu Sura, Kasunanan Surakarta selalu mengadakan upacara Larung Ageng bekerja sama dengan Pemkab Wonogiri.
Upacara tersebut dilakukan untuk menghormati “penjaga” Pantai Sembukan yang diikuti oleh warga Paranggupit.
"Yang datang tidak hanya ingin melakukan ritual, tetapi juga wisatawan luar kota yang ingin merasakan suasana malam satu suro di Pantai Sembukan. Saking ramainya, parkir kendaraan hingga memenuhi jalan menuju ke tempat ini," bebernya.
Dari pusat Kabupaten Wonogiri, Pantai Sembukan bisa ditempuh kira-kira dua jam perjalanan atau sekitar 40 kilometer.
Tidak ada kendaraan umum yang menuju ke Pantai Sembukan.
Maka lebih baik jika ingin berkunjung ke tempat ini menggunakan kendaraan pribadi.
Kendaraan roda empat maupun dua bisa memasuki objek wisata ini hingga sampai ke lokasi parkir, karena jalannya juga sudah berlapis aspal halus.
Sebenarnya Cipto mengeluhkan kurangnya perhatian Pemerintah Kabupaten Wonogiri yang kurang memperhatikan pantai-pantai yang ada di Wonogiri.
Sebab, panjang pantai di kota gaplek ini tak lebih dari 20 kilometer.
Ia juga membandingkan dengan kondisi pantai yang berada di provinsi DIY dan Jawa Timur.
Cipto mengibaratkan pantai di Kabupaten Wonogiri seperti emas yang terlupakan.
"Jika pemerintah bisa mengelola dengan baik, sebenarnya pantai di Wonogiri tidak kalah dengan pantai yang ada di Jawa Timur dan DIY. Apabila berkembang, dampaknya pasti juga akan mengangkat destinasi wisata yang ada di Provinsi Jawa Tengah," pungkasnya.
Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul Tempat Wisata Jawa Tengah - Menelusuri Pantai 'Perawan' di Wonogiri yang Indah Pemandangannya.