TRIBUNTRAVEL.COM - Berbicara mengenai Kuliner ekstrem, ternyata Gunungkidul memiliki kuliner khas yang ekstrem yang cukup digemari warganya.
Kuliner ekstrem di Gunungkidul lain yang terkenal ada belalang, ulat, kepompong, hingga kelelawar.
Namun, yang menjadi pembeda, kuliner ekstrem Gunungkidul ini hadir saat musim-musim tertentu saja.
Kuliner ekstrem puthul hadir diawal musim penghujan.
Kemunculan Puthul ini hanya berlangsung beberapa hari saja.

Puthul adalah serangga yang sejenis dengan kumbang, biasanya terdapat di dedaunan di awal musim penghujan.
Dilansir dari Kompas.com, biasanya serangga ini hanya muncul pada sore menjelang malam hari itu.
Berbekal botol plastik yang telah dimodifikasi dan lampu senter, warga Gunungkidul menyusuri ladang untuk mencari serangga ini.
Ahli Pertanian di Gunungkidul, Sugeng Raharjo, mengatakan Puthul atau Phyllophaga hellery adalah salah satu hama yang menjadi musuh besar petani.
Puthul merupakan famili Scarabaeidae sub famili Melolonthinae dari ordo Coleoptera.
Hewan ini sangat aktif menyerang perakaran tanaman padi milik warga Gunungkidul.
Menurut Sugeng Raharjo, Serangga Puthul ini akan bertelur di dalam tanah.

Lalu menetas menjadi uret bersamaan dengan perkembangan padi.
Uret akan berkembang baik ditempat yang banyak mengandung bahan organik.
Setelah itu, uret masuk ke dalam tanah, dan lamanya uret di dalam tanah sekitar 4-6 bulan, hingga akhirnya muncul serangga puthul.
Dikutip dari Tribun Jogja, Puthul juga sering berada di dedaunan pohon pisang saat musim penghujan datang.
Meski dianggap hama masyarakat Gunungkidul, masyarakat banyak memburu serangga tersebut.
Putul biasanya dijadikan sebagai lauk dan dijual dengan harga yang cukup mahal.
Harga mahal Puthul ini karena serangga ini hanya keluar pada musim-musim tertentu saja.
Warga di Gunungkidul juga sangat Puthul karena rasanya yang gurih.
(TribunTravel.com/ Ayumiftakhul)