Breaking News:

Rusdi Kirana, Sosok Pemilik Lion Air yang Memulai Bisnis Penerbangan Bermodal Pesawat Bekas

Dengan modal nekat, laki-laki kelahiran 1959 ini mengajukan izin terbang pada 1999 yang baru dikabulkan setahun kemudian.

Tribun Jakarta - Tribunnews.com
Ilustrasi Lion Air 

TRIBUNTRAVEL.COM - Berbicara tentang Lion Air beserta segala persoalannya, tak afdal rasanya tanpa menyinggung sosok Rusdi Kirana.

Bagaimanapun juga, dialah sosok di balik berkembangnya bisnis maskapai penerbangan yang berkantor di Jl. Gajahmada, Jakarta Pusat, ini.

Rusdi memulai usahanya sejak remaja dengan berjualan mesin tik merk Brother dari kantor ke kantor.

Maklum, waktu itu penghasilkan Rusdi cuma Rp 95 ribu sebulan dari jualan mesin tik.

Sampai akhirnya adik-kakak ini memutuskan membuka jasa travel and tour yang mereka beri nama Lion Tour.

Dari sinilah Rusdi dan kakaknya sudah mulai punya mimpi membangun sebuah perusahaan penerbangan dan membuat semua orang Indonesia bisa terbang.

Dan mimpi enggak lama-lama mereka bawa dalam tidur.

Dengan modal nekat, laki-laki kelahiran 1959 ini mengajukan izin terbang pada 1999 yang baru dikabulkan setahun kemudian.

d
Rusdi Kirana Suharso Rahman/ANGKASA
Rusdi Kirana

Bermodal satu pesawat Boeing, itu pun bekas, Rusdi mulai mewujudkan mimpinya, We Make People Fly, yang ia patenkan menjadi slogan Lion Air.

“Kita boleh bermimpi. Tapi kita harus tahu juga caranya mencapai mimpi itu. dengan serius bekerja keras, contohnya,” ujar Edward Sirait, Dirut Lion Air, menirukan pesan Rusdi Kirana, saat diwawancara HAI 2013 lalu.

2 dari 4 halaman

Saat itu, Edward masih berposisi sebagai General Affair Director Lion Air.

Atas kerja kerasnya itu, Rusdi pernah dinobatkan sebagai pria terkaya ke-33 fersi Forbes.

Tak hanya itu, ia juga disebut sebagai pelopor dalam mendirikan maskapai penerbangan yang bisa dijangkau banyak orang.

Rusdi sadar bahwa bisnis maskapai penerbangan bukanlah yang sepele.

Meski begitu, ia punya resep untuk mengatasi semua itu.

o
Kunci sukses Rusdi Kirana HAI

Mempelajari kekurangan

“Dari awal, Pak Rusdi bukan orang airlines. Itu sebabnya, dari awal, walau modalnya sedikit, dia pelajari bisnis ini,” ujar Edward.

Seperti disebut di awal, ketika memulai bisnis ini pada 2000, Lion Air hanya mempunyai satu pesawat Boeing bekas untuk melayani dua rute destinasi.

Terus tanam keinginan berpikir dan belajar

Tiga bulan setelah operasi, Rusdi pernah hampir putus asa dan ingin menjual maskapainya itu seharga Rp 10 miliar.

3 dari 4 halaman

Berkat istrinya yang mencegahnya, dia bertahan dan mencari solusinya.

Pada 2001, Lion Air menambah lima pesawat Yakolev dari Rusia yang statusnya juga bekas. Saat ini, Lion sudah mulai membuka rute internasional.

Lakukan hal yang belum pernah dilakukan orang lain

Untuk mengembangkan bisnisnya, Lion Air melakukan beberapa terobosan: mengantar tiket langsung ke lokasi/rumah bembelinya dan memberi hadiah Mercedes Benz bagi penumpangnya.

Tak ada yang tak mungkin

Membeli pesawat walaupun tidak ada duit untuk membelinya. Benar, pada 2002-2010, Lion Air mendatangkan 30 pesawat MD McDonnell Douglas dengan cara menyewanya.

l
Kunci sukses Rusdi Kirana HAI

Lakukan lombatan supaya masalah tak terulang

Membeli pesawat bekas lebih banyak masalahnya. Perawatan mahal dan risiko kecelakaannya lebih besar.

Oleh sebab itu, Rusdi Kirana memutuskan untuk tidak membeli pesawat bekas lagi.

“Banyak yang bilang, Lion Air itu kaya banget. Bisa beli banyak pesawat. Sebenarnya, kami cuma pesan. Belum tentu kami beli. Pesawat dikirim satu per satu sampai batas waktu yang ditentukan. Kalau nantinya enggak jadi beli, enggak masalah,” ucap Edward.

4 dari 4 halaman

2005 – 2025: memesan 430 pesawat Boeing baru.

2013 – 2025: memesan 234 pesawat Airbus baru.

p
Boeing 737 Max 8 . (Facebook Lion Air Grup)

Lepas dari segala persoalan yang menyelimuti Lion Air saat ini, ada beberapa hal yang seharusnya dapat apresiasi.

Namun, Rusdi enggak percaha hal itu. Baginya, pesawat sama saja dengan moda transportasi lain, seperti kereta atau bus antarkota-antarpropinsi.

Dari situlah, dia membuat sistem budget airline, sebuah sistem penerbangan yang menarik biaya semestinya.

Alias, cuma menarik biaya sesuai yang diperlukan moda transportasi untuk mengangkut penumpang.

“Apakah hotel akan disebut hotel kalau enggak ada tempat tidur atau kamar mandinya? Enggak kan?” tanya Edward.

“Itu yang kami lakukan di Lion Air. Kami memberikan yang esensi dari sebuah penerbangan. Kalau mau lebih, silakan bayar lebih,” tambahnya. (*)

Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul Sosok Pemilik Lion Air Rusdi Kirana, Memulai Bisnisnya Bermodal Pesawat Bekas

Selanjutnya
Sumber: Tribun Jateng
Tags:
TribunTravel.comRusdi KiranaLion Air Batik Air
BeritaTerkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved