TRIBUNTRAVEL.COM - Semakin banyak maskapai penerbangan yang meluncurkan rute penerbangan jarak jauh. Apa dampak penerbangan jarak jauh terhadap tubuh?
Singapore Airlines baru saja meluncurkan penerbangan dengan durasi terpanjang di dunia pada Kamis (11/10/2018) kemarin.
Penerbangan tersebut memiliki rute Newark-Singapura, dengan jarak tempuh 9.521 mil atau 15.322 kilometer.
Sementara durasi jam terbangnya adalah mendekati 19 jam.
Sebelumnya, rekor penerbangan jarak jauh terlama dipegang oleh Qatar Airways dengan rute Auckland, Selandia Baru ke Doha, Qatar.
Lama penerbangannya 17 jam 40 menit dengan jarak tempuh 14.535 kilometer.
Banyak penerbangan jarak jauh yang ditempuh dengan waktu belasan jam.
Penerbangan jarak jauh dengan durasi panjang ini juga disebut ulta long-haul flights.
Namun pertanyaannya, apakah penerbangan jarak jauh dapat memberikan sejumlah dampak pada tubuh?
Dikutip TribunTravel.com dari laman popsci.com, sebenarnya penerbangan jarak jauh tidak terlalu berdampak bagi tubuh dengan satu syarat.
Yakni, "Jika itu dilakukan dengan porsi 1/17 dari total perjalanan, penerbangan jarak jauh tidak terlalu menjadi masalah," kata Fanancy Anzalone, seorang dokter kedirgantaraan dan mantan presiden Aerospace Medical Association.
Namun, ia juga menegaskan, "Ada sejumlah hal yang perlu kamu waspadai saat melakukan penerbangan jarak jauh."
Yakni, beberapa hal sebagai berikut:
1. DVT (Deep Vein Thrombosis/trombosis vena)
Duduk diam di kursi yang sempit selama berjam-jam dapat menyebabkan pembekuan darah pada pembuluh vena.
Gumpalan darah dapat terbentuk di kaki karena aliran darah yang buruk.
Semakin lama kamu tidak bergerak, semakin besar risikonya.
Skenario terburuk, bekuan darah dapat pecah bebas dan mencapai paru-paru.
Namun, untungnya, ini kasus yang jarang terjadi.
Lebih baik, kurangi risiko DVT dengan cara rutin bangkit dari tempat duduk dan berjalan atau sekedar melenturkan kaki.
Penumpang pesawat, “benar-benar perlu memikirkan untuk bangkit dari kursi dengan interval sekitar tiga hingga empat jam sekali dan berjalan-jalan,” kata Fanancy.
“Tidak harus berjalan-jalan, penumpang juga bisa tetap duduk di kursi dan 'memompa' kaki."
"Caranya, dengan menekankan tumit ke lantai sembari jari-jari kaki dinaikkan."
"Meski kecil, gerakan itu dapat mempengaruhi turunnya risikopenyumbatan pembuluh vena.”
2. Dehidrasi
Adalah hal penting untuk menjaga tubuh tetap terhidrasi.
Saat berada dalam penerbangan jarak jauh, hindari beberapa jenis minuman seperti minuman ringan, minuman keras, dan kopi.
Semua jenis minuman ini bersifat diuretik, artinya membuat kencing lebih banyak dan sering.
“Jika melakukan penerbangan panjang, disarankan agar untuk memulai hidrasi tubuh sejak sehari sebelum berangkat,” kata Fanancy.
Udara yang sangat kering di dalam kabin pesawat dapat membuat tubuh lebih mudah mengalami dehidrasi.
Hal ini juga bisa mengeringkan selaput lendir pada tubuh yang berfungsi melindungi diri dari kuman.
Oleh karenanya, jika tubuh tidak terhidrasi dengan baik, peluang terkena flu atau penyakit lain dari sesama penumpang lebih besar.
Jadi jika ternyata kamu duduk di sebelah seseorang yang sudah sakit, risiko tertular penyakit juga ikut meningkat.
Namun, informasi yang mengabarkan sirkulasi udara di dalam pesawat dapat mendukung penularan penyakit ternyata adalah mitos.
"Aliran udara dan sirkulasi udara dalam kabin secara teknis sudah cukup canggih."
"Sehingga, biasanya tidak ada risiko tinggi terinfeksi kuman penyakit meski ada orang sakit yang duduk berjarak dua kursi dari kamu," kata Jochen Hinkelbein, profesor anestesiologi di University of Cologne di Jerman dan presiden Society of Aerospace Medicine Jerman.
Jadi risiko penularan penyakit dalam pesawat timbul karena faktor tubuh yang dehidrasi, bukan karena sirkulasi udara di dalam kabin.
3. Menjaga diri dari benda-benda kotor di dalam kabin
Meja baki, kamar mandi, dan permukaan yang ada di dalam kabin pesawat memiliki potensi sebagai tempat perkembangbiakan kuman.
Benda-benda ini memang dibersihkan setiap kali penerbangan selesai.
"Maskapai penerbangan besar yang terbang jarak jauh dalam pengalaman saya memang sangat memastikan kondisi pesawatnya sebersih mungkin," kata Fanancy.
Namun, dia tetap merekomendasikan untuk selalu membawa tisu basah atau pembersih.
Serta, pastikan untuk menghindari kontak atau menyentuh benda-benda tersebut.
4. Radiasi
Tidak banyak yang dapat kamu lakukan dengan risiko paparan sinar kosmik.
Setiap kali seseorang terbang, ia pasti terkena radiasi dalam jumlah kecil dari luar angkasa.
“Semakin banyak waktu yang kamu habiskan untuk terbang di dalam pesawat, semakin banyak paparan radiasi yang akan kamu dapatkan,” kata Steven Barrett, insinyur aerospace di MIT.
Akan tetapi, radiasi yang paling umum terpapar pada seseorang selama satu masih masuk kategori paparan radiasi yang aman.
"Orang-orang yang sangat sering bepergian dengan penerbangan jarak jauh bisa berpotensi melampaui batas paparan radiasi yang direkomendasikan," kata Steven, yang juga telah menghitung berapa banyak radiasi yang diterima penumpang pesawat.
"Namun, jumlah tersebut belum berpengaruh pada masalah kesehatan yang serius."
Tidak jelas seberapa berbahaya tingkat paparan radiasi yang masih rendah ini, atau apakah itu memang sangat berbahaya sama sekali, katanya.
Pilot dan awak kabin memang menghabiskan cukup banyak waktu di udara.
Sehingga Centers for Disease Control and Prevention menganggap mereka sebagai pekerja radiasi.
Lembaga ini juga merekomendasikan para pilot dan awak kabin untuk membatasi intensitas waktu penerbangan yang sangat panjang, terbang di ketinggian ekstrem, atau terbang melintas di atas kutub.
(TribunTravel.com/Rizki A. Tiara)