TRIBUNTRAVEL.COM - Kereta api di Zimbabwe ternyata memiliki beragam fakta yang mengejutkan.
Perjalanan naik kereta sudah menjadi suatu hal yang biasa bagi masyarakat di seluruh belahan dunia.
Kereta api merupakan alat transportrasi yang cukup digemari ketika akan bepergian dengan perjalanan darat.
Namun, apa jadinya jika sebuah kereta api sepi, berlumut, dan kumuh.
Apakah traveler masih akan memilih trasnportrasi menggunakan kereta api?
Tribun Travel telah merangkum beberapa fakta mengenai stasiun kereta api Stasiun Marondera Zimbabwe.
1. Kereta Berjalan Lambat

Dikutip dari Reuters, kereta api di Zimbabwe ini tidak memiliki kecepatan seperti kereta api pada umumnya.
Kereta api di sana berjalan dengan lebih lamban.
Berdasarkan sumber yang diterima oleh Tribun Travel, biasanya waktu tempuh Harare - Bulawayo hanya sekitar 10 jam saja, namun sekarang mencapai lebih dari 16 jam.
Hal tersebut rupanya yang membuat penumpang beralih mencari alternatif transportrasi lainnya.
Mengakibatkan sepinya suasana di stasiun maupun di gerbong kereta.
2. Kereta Api Kumuh

Jika kita akan melakukan perjalanan menggunakan trasportrasi umum, tentunya kita akan memilih transportrasi yang bersih.
Dengan transportrasi yang bersih tentunya kita akan nyaman selama perjalanan.
Namun apa jadinya jika sebuah kereta api memiliki kondisi yang kumuh kusam dan sepi ?
Seperti dikutip dari Reuters, jika di kereta api rute Harare-Bulawayo di Stasiun Marondera, Zimbabwe ini memiliki kondisi yang kumuh dan kusam.
3. Imbas dari Krisis Ekonomi
Semenjak dua dekade terakhir terjadi sebuah krisis perekonomian di Zimbabwe.
Karena hal tersebut menyebabkan keadaan yang kacau di berbagai aspek, satu di antaranya layanan kereta.
Terlihat begitu jelas jika mode transportrasi di sana mengalami penurunan kualitas.
Berdampak pada layanan kenyamanan kereta dan mempengaruhi jumlah penumpang juga.
4. Dulunya Sangat Digemari
Dulunya, masyarakat di stasiun kereta api sangat ramai.
Bahkan setiap gerbong kereta penuh sesak oleh para penumpang.
Namun, karena terjadi penurunan kualitas kereta yang tidak terurus, kotor, berjalan lambat, akhirnya penumpang memilih untuk tidak menggunakan mode transportasi itu.
Gerbong kereta bahkan sangat kotor hingga berkarat.
Pendingin ruangan juga sudah tidak berfungsi dengan baik.
Bangku penumpng, toilet, hingga lampu juga sudah banyak yang rusak.
Satu yang kerap menjadi permasalahan di sana adalah kereta yang lambat dan tidak tepat waktu.
Masyarakat Zimbabwe akhirnya lebih memilih untuk naik bus atau kendaraan umum lainnya.
Padahal tarif kereta api di Zimbabwe cukup murah yakni hanya sekitar 10 dolar atau Rp 150 ribu saja.
Meskipun begitu pemerintah setempat sedang berusaha untuk memperbaiki layanan transportasi kereta api ini menggunakan anggaran daerahnya, supaya keadaan kembali seperti dahulu lagi.
(TribunTravel.com/ Ayumiftakhul)