TRIBUNTRAVEL.COM - Travelers, apakah akhir-akhir ini kamu merasa suhu udara semakin panas?
Memasuki akhir tahun, musim hujan di Indonesia belum kunjung tiba khususnya di sebagian besar wilayah Pulau Jawa.
Menurut pantauan BMKG Stasiun Klimatologi Yogyakarta, misalnya, cuaca di Jogja dan sejumlah wilayah di Jawa Tengah terasa panas menyengat pada siang hari.
Data terakhir BMKG menyebutkan, suhu maksimum bulan September tercatat mulai 33 derajat Celcius hingga 34 derajat Celcius.
Kenaikan suhu udara dan perubahan iklim rupanya bukan hanya dirasakan di Indonesia saja.

• Ilmuwan Ungkap Daftar Negara yang Harus Waspada Dampak Buruk Perubahan Iklim, Adakah Indonesia?
Perubahan iklim dan kenaikan suhu udara sudah lama menjadi permasalahan global.
Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) atau Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim PBB pekan lalu telah bertemu di Incheon, Korea Selatan untuk menyelesaikan masalah perubahan iklim.
Atas permintaan pemerintah pada tahun 2015, telah disepakatai pakta global untuk mengatasi perubahan iklim dunia.
Jika pemanasan global berlanjut dan dunia gagal mengambil langkah cepat, suhu Bumi diperkirakan akan meningkat 1,5 derajat Celcius antara 2030 dan 2052.
Dilansir dari straitstimes.com, hal tersebut disampaikan dalam laporan PBB pada Senin (8/10/2018).

• Terungkap! Perubahan Iklim Ternyata Sudah Terjadi Sejak Mesir Kuno, Begini Perlawanannya
Laporan tersebut dijadikan panduan ilmiah bagi pemerintah pembuat kebijakan tentang penerapan Pakta Paris 2015.
Berikut ini adalah isi laporan khusus Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim 1,5 derajat Celcius yang dirilis Senin, 8 Oktober 2018:
1. Aktivitas manusia diperkirakan telah menyebabkan kenaikan sekitar 1 derajat Celcius pemanasan global pra-industri, dengan kisaran kemungkinan 0,8 derajat Celcius hingga 1,2 derajat Celcius.
Pemanasan global kemungkinan akan mencapai 1,5 derajat Celcius antara tahun 2030 dan 2052 jika saat ini terus meningkat.
2. Pemanasan dari emisi antropogenik dari periode pra-industri hingga saat ini akan bertahan selama berabad-abad hingga milenium dan akan terus menyebabkan perubahan jangka panjang dalam sistem iklim, di antaranya kenaikan permukaan laut.
3. Risiko terkait iklim terhadap alam dan manusia lebih tinggi dari 1,5 derajat Celcius dan lebih rendah dari pada 2 derajat Celcius.
Risiko-risiko ini bergantung pada besarnya tingkat pemanasan, lokasi geografis, tingkat pembangunan dan kerentanan, dan pada pilihan dan implementasi adaptasi dan mitigasi.
Dampak dan risiko terkait perubahan iklim :

• Tak Banyak yang Tau, Perubahan Iklim Ternyata Pengaruhi Gangguan Kesehatan Mental Juga
1. Model iklim memproyeksikan perbedaan antara karakteristik iklim regional dan pemanasan global saat ini.
Perbedaan ini termasuk peningkatan suhu rata-rata sebagian besar wilayah daratan dan lautan, panas ekstrim di wilayah padat penduduk, hujan lebat di beberapa daerah dan kemungkinan kekeringan dan hujan di beberapa daerah.
2. Permukaan laut akan terus meningkat pada tahun 2100, dan besarnya laju kenaikan ini tergantung emisi masa depan.
Tingkat kenaikan permukaan laut yang lebih lambat memungkinkan peluang yang lebih besar adaptasi sistem manusia dan ekologi pulau-pulau kecil, dataran rendah pesisir dan delta.
3. Di darat, perubahan iklim berdampak pada keanekaragaman hayati dan ekosistem, termasuk hilangnya spesies dan kepunahan.

• Akibat Perubahan Iklim, Hutan di Pulau Colorado Jadi Berbunga-bunga, Kok Bisa Ya?
Membatasi pemanasan global tidak lebih dari 1,5 derajat Celcius diproyeksikan dapat menurunkan dampak terhadap ekosistem darat, air tawar, dan pesisir.
4. Membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat Celcius diproyeksikan untuk mengurangi peningkatan suhu laut serta peningkatan keasaman lautan dan penurunan kadar oksigen laut.
5. Risiko terkait perubahan iklim terhadap kesehatan, mata pencaharian, ketahanan pangan, pasokan air, keamanan manusia dan pertumbuhan ekonomi diproyeksikan meningkat dengan pemanasan global tidak lebih dari 1,5 derajat Celcius.
TribunTravel.com/rizkytyas