TRIBUNTRAVEL.COM - Gempa berkekuatan 7,4 SR yang melanda Donggala serta Tsunami setinggi 1,5 meter di Palu, Sulawesi Tengah, Jumat (28/9/2018) menambah catatan baru bencana di Pulau Sulawesi.
Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tengah, Palu diketahui sebagai daerah rawan gempa karena memiliki aktivitas tektonik tertinggi di Indonesia.
Pasalnya, di Kota Palu terdapat patahan kerak Bumi (sesar) berdimensi cukup besar yang dikenal dengan nama sesar Palu-Koro.
Sesar atau patahan merupakan hasil aksi gaya lempeng tektonik yang membentuk batas-batas antara lempeng, seperti zona subduksi atau sesar transform.
Saat ini, bantuan terus mengalir dari seluruh Indonesia dan dunia untuk Donggala dan Palu.
Di sisi lain, banyak yang membandingkan bencana alam di Indonesia dengan Jepang.
Pasalnya, Indonesia bukan satu-satunya negara yang berada di wilayah rawan gempa.
Indonesia yang berada di kawasan yang disebut Ring of Fire menjadi negara paling rawan bencana di dunia.
Peta gempa nasional 2017 mengungkapkan, jumlah patahan aktif di seluruh negeri telah meningkat dari 81 menjadi 295 sejak 2010.
Sama seperti Indonesia, Jepang juga negara yang sering dilanda gempa.
Dalam catatan sejarah gempa di Jepang, yang paling parah terjadi pada tahun 1978 di Prefektur Miyagi.
Tepatnya pada 12 Juni 1978, gempa berkekuatan 7,7 SR pada pukul 17.14 setempat disusul tsunami kecil menyebabkan 28 orang tewas serta 1.325 lainnya luka-luka.
Selain puluhan nyawa melayang, kerusakan bangunan pun sangat parah.
Hal itu mendorong pemerintah Jepang langsung merevisi Undang-undang Standar Bangunan Jepang pada tahun 1981.
Dilansir dari realestate-tokyo.com pada Rabu (3/10/2018) via Serambi Indonesia, pemerintah Jepang membagi 3 struktur material bangunan dan rumah berdasarkan tingkat ketahanannya pada gempa.

• Gara-gara Gempa, Sensor Peringatan Dini Tsunami Gagal Mengirim Sinyal
1. Struktur Tahan Gempa Bumi (earthquake resistant structure)
Ini adalah struktur paling umum untuk rumah dan gedung di Jepang.
Semua bangunan yang dibangun setelah tahun 1981 harus sesuai dengan Standar Struktur Anti-seismik Baru.
Aturan ini mengharuskan bangunan memiliki struktur ketahanan gempa.
Struktur Tahan Gempa Bumi terdiri dari tiang, dinding dan lantai, untuk menyerap gerakan gempa.
Bangunan dapat dibagi menjadi Struktur Rigid (dibangun secara kaku untuk mencegah keruntuhan) dan Struktur Fleksibel (bagian struktural utama yang membungkuk secara fleksibel untuk menyebarkan kekuatan gerakan seismik).
2. Damping Structure (Struktur Redaman)
Untuk meminimalkan gempa, dinding setiap bangunan harus menyerap energi dari gempa bumi.
Damping structure dapat dibagi menjadi tipe Aktif, yang menggunakan energi seperti listrik, dan jenis Pasif, yang menggunakan kekuatan fisik.
Dibandingkan dengan Struktur Tahan Gempa Bumi, struktur redaman dapat mengurangi intensitas gempa sebesar 70 hingga 80 persen.
3. Struktur Isolasi Seismik

• Terungkap! Tsunami Terjang Teluk Palu Hanya 8 Menit Setelah Gempa Bumi
Struktur isolasi seismik umumnya digunakan untuk bangunan bertingkat lebih dari dua.
Pada struktur dipasang alat isolator (perangkat penyerap gempa) untuk menghalangi gerakan gempa merusak bangunan.
Dengan struktur ini, intensitas gempa bisa dikurangi hingga 50% jika dibandingkan dengan Struktur Tahan Gempa Bumi nomor satu.
Sementara untuk bahan bangunan, ada 4 bahan yang paling sering digunakan di di Jepang untuk kantor atau rumah.

• Sumatera Barat Kirim 1,1 Ton Rendang untuk Korban Bencana Gempa Tsunami Palu-Donggala
1. Kayu
Kayu adalah bahan utama yang digunakan sebagian besar rumah di Jepang.
Sementara untuk gedung, bahan ini berada di bagian tiang inti dari bangunan.
2. Baja
Bahan baja umumnya digunakan untuk bangunan gedung besar, terutama pada bagian kerangka.
Bahan baja sangat jarang digunakan untuk bangunan rumah di Jepang.
3. Beton Bertulang (RC/Reinforced Concrete)
Ketika membangun kerangka bangunan besar, harus dilengkapi dengan bahan RC.
Bahan ini akan menjadi penahan berat bangunan.
4. Beton Bertulang Baja (SRC/Steel Reinforced Concrete Structure)
Bahan SRC dapat memberikan ketahanan seismik yang sangat baik, padat, dan tahan lama.
(TribunTravel.com/rizkytyas)