Breaking News:

Berdiri Kokoh Selama 140 Tahun Meski Dibangun Tanpa Semen, Ini Keunikan Rumah Dr Radjiman

Rumah milik salah satu pendiri bangsa, Dr. Radjiman Wediodiningrat ternyata dibangun tanpa semen. Namun hingga kini bangunan tersebut berdiri kokoh.

Editor: Wahid Nurdin
Intisari/Masrurroh Ummu Kulsum
Kolase kondisi kediaman Dr Radjiman 

TRIBUNTRAVEL.COM - Bangunan zaman dulu seringkali memunculkan cerita-cerita menarik.

Tak hanya tentang bentuk bangunan dan isinya, namun juga cara bangunan itu dibuat.

Seperti rumah milik salah satu pendiri bangsa Indonesia,  Dr. Radjiman Wedyodiningrat.

Tahun 2013 lalu, Dr. Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Radjiman Wediodiningrat ditetapkan sebalah pahlawan nasional atas jasanya untuk bangsa.

Radjiman adalah salah satu pendiri Budi Utomo dan menjabat sebagai ketua di tahun 1914-1915.

Ia juga adalah ketua Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang berdiri pada 28 Mei 1945.


Ketua BPUPKI yang diberi gelar Pahlawan Nasional
Ketua BPUPKI yang diberi gelar Pahlawan Nasional (Kompas.com)

Pada sidang pertama BPUPKI, 29 Mei 1945, Radjiman mengajukan pertanyaan kepada peserta sidang, “Apa dasar negara Indonesia jika kelak merdeka?”

Pertanyaan yang kemudian dijawab oleh Soekarno sebagai Pancasila.

Jawaban Soekarno tersebut kemudian ditulis oleh Radjiman dalam sebuah pengantar penerbitan buku Pancasila yang pertama tahun 1948, di Desa Dirgo, Kecamatan Widodaren, Kabupaten Ngawi.

Di tempat itu jugalah, di rumah yang saat ini masih berdiri kokoh, Radjiman menghembuskan nafas terakhirnya pada 20 September 1952.

2 dari 4 halaman

Lahir di Mlati, Yogyakarta, 21 April 1879, Radjiman memilih Boelak Nglaran, daerah Walikukun, Kabupaten Ngawi, sebagai tempatnya menghabiskan masa tua.

Foto Keluarga Radjiman Wedyodiningrat sekitar tahun 1909.
Foto Keluarga Radjiman Wedyodiningrat sekitar tahun 1909. (Foto: @potretlawas)

Awalnya, ia tak tinggal di rumahnya itu, melainkan di Tretes, Jawa Timur. Tetapi karena iklim di Tretes kurang cocok untuk penyakit rematinya, Radjiman memilih pindah.

Sampailah Radjiman di Dukuh Dirgo, Kecamatan Widodaren, Kabupaten Ngawi, dimana itu merupakan daerah persawahan yang luas.

Hutan jati juga ada di sebelah timur dan baratnya, ditengah-tengahnya, rel kereta api Solo-Surabaya membentang di sana.

Pada 22 September 2018 lalu, Intisari berkunjung ke rumah masa tua Radjiman.

Rumah tua yang berdesain klasik Jawa-Belanda ini terlihat masih kokoh dan terawat, meski telah berdiri selama 140 tahunan lebih lamanya.


Rumah Radjiman tampak dari luar.
Rumah Radjiman tampak dari luar. (Masrurroh Ummu Kulsum/Intisari)

Saat pertama kali tiba di depan pintu gerbangnya, kita akan melihat halaman yang cukup luas, serta pintu gerbang berbentuk gapura bertuliskan Situs Dr. KRT. Radjiman Wediodiningrat.

Tampak mencolok begitu luas 1,5 hektare, ditengah rumah-rumah warga di samping kiri-kanan, dan depannya.

Layaknya rumah-rumah orang pada umumnya, pintu gerbang rumah Radjiman terkunci. Di pagarnya ada papan bertuliskan "JIka ingin berkunjung hubungi nomer berikut 0852-3595-4755."

Rupanya nomer tersebut adalah nomer juru kunci rumah Radjiman, Bapak Sadimin.

3 dari 4 halaman

Sadimin tinggal tak jauh dari rumah Radjiman, ia menjadi juru kunci rumah tersebut sudah sejak tahun 1990.

Generasi ke-3, orang yang dipercaya menjaga rumah penuh sejarah itu.

Sadimin bercerita banyak tentang rumah Radjiman yang hak miliknya ada ditangan cucu Radjiman, Retno Widowati yang tinggal di Jakarta.

Sadimin pun dengan senang hati memperlihatkan dan menjelaskan setiap detil rumah Radjiman.

Ya, rumah tersebut menurut Sadimin telah berusia 140 tahun lebih.

Baca Juga : Tan Malaka: Pahlawan Nasional yang Kesepian, Nasionalis Spesialis Bawah Tanah, dan Simpatisan Komunisme yang Aktif

Awalnya rumah tersebut milik orang Belanda Nicholas Leonard van Deuning, lalu pada tahun 1936 dibeli oleh Radjiman seharga 13.000 gulden Belanda, atau berkisar Rp 99 juta.

Harga tersebut terdiri atas tanah tanah kering 10,5 hektare dan tanah sawah 63 hektare.

Baru tahun 1938, Radjiman menempatu rumah itu yang terdiri atas bangunan rumah tempat tinggal, lumbung padi, garasi, serta pekarangan yang luas untuk menjemur padi.

Rumah Radjiman Wediodiningrat.

4 dari 4 halaman

1. Rumah Radjiman tampak dari luar

Rumah Radjiman tampak dari luar.
Masrurroh Ummu Kulsum/Intisari - Rumah Radjiman tampak dari luar.

Bangunan ini didominasi warna hijau dan putih, catnya masih tampak segar karena rutin dilakukan pengecatan.

Semua masih asli, hanya gentengnya saja yang diganti.

Di depannya terdapat patung Dr. Radjiman Wediodiningrat setengah badan, penanda ia telah ditetapkan sebagai pahlawan nasional.

Masih berdiri kokoh selama 100 tahun lebih, ternyata ada yang unik saat pembangunan rumah tersebut.

Hal ini ini diceritakan oleh Sadimin lansung kepada Intisari, "Bangunan zaman Belanda kan memang-kuat-kuat."

"Ceritanya orang terdahulu waktu bangun, batu dan pasir yang digunakan di cuci dulu. kalau orang sekarang kan langsung pasang, itu nggak. Dikocori(Disiram) pakai air."

Sehingga bahan-bahan tersebut akan merekat kuat.

Sadimin menambahkan, pembangunan rumah tersebut tidak menggunakan semen seperti semen yang kita kenal saat ini melainkan menggunakan batu bata merah yang dihaluskan.

"Padahal itu tidak pakai semen, pakainya semen merah dari batu bata yang dihaluskan dicampur dengan gamping," ujar Sadimin.

2. Lumbung padi

Lumbung padi
Masrurroh Ummu Kulsum/Intisari - Lumbung padi

 

Di sebelah kiri rumahnya, terdapat lumbung padi yang saat ini telah dialih fungsikan sebagai pusat informasi.

Sebelum masuk, kita diharuskan mengisi buku tamu.

Lumbung padi tersebut berisikan kata-kata Radjiman, beserta infografis dalam bentuk poster berisikan riwayat hidupnya.

Di depan lumbung, sebuah kentongan besar dari kayu.

3. Ruang tamu

Ruang tamu berisi kursikursi yang masih asli.
Masrurroh Ummu Kulsum/Intisari - Ruang tamu berisi kursikursi yang masih asli.

Masuk ke dalam rumah Radjiman, kita akan disambut oleh sejumlah kursi yang masih asli sejak dulu.

Suasana ruangan ini sangat sejuk, dengan sedikit cahaya dari jendela dari luar yang menerobos tirai bambu.

Didukung dengan lantainya yang masih asli serta plafon dari bambu yang juga masih asli, hanya dicat ulang dengan warna hijau. 

Di dinding-dinding, terdapat juga dokumentasi foto-foto Radjiman dan beberapa foto pejabat serta tokoh-tokoh yang pernah menyambangi rumah itu. Joko Widodo dan Puti Soekarno di antaranya.

4. Ruang tengah

Ruang tengah digunakan sekaligus untuk ruang makan, tak jarang juga untuk pertemuan.
Masrurroh Ummu Kulsum/Intisari - Ruang tengah digunakan sekaligus untuk ruang makan, tak jarang juga untuk pertemuan.

Setelah dari ruang tamu, kita akan masuk ke dalam ruang tengah. Ruangan ini juga berfungsi sebagai ruang makan.

Tak jarang, ruangan tersebut juga digunakan sebagai tempat pertemuan antara Radjiman dan tokoh-tokoh penting negara saat membahas sesuatu.

Perabot seperti lemari, kursi dan meja masih asli.

Terlihat di meja makan tersebut, beberapa piring dan gelas masih terlihat di atas meja.

"Kemarin baru ada acara kirim doa buat Dr. Radjiman itu mbak, makanya masih berantakan belum sempat saya rapikan lagi," kata Sadimin.

Menurut Sadimin, hari kematian Radjiman selalu diperingati dengan mengadakan acara kirim doa atau tahlilan dirumahnya.

5. Kamar Radjiman

Ranjang Radjiman yang masih asli.
Masrurroh Ummu Kulsum/Intisari - Ranjang Radjiman yang masih asli.

Tepat berada di sebelah kanan ruang makan, ada kamar milik Radjiman.

Tak banyak perabot yang ada di dalam kamar ini, yang paling terlihat adalah ranjang besi besar berwarna hijau.

Ranjang tersebut merupakan tempat Radjiman merebahkan tubuhnya saat beristirahat, masih asli. Hanya dicat ulang agar tetap terawat.

Sadimin bercerita ranjang tersebut terbuat dari besi seutuhnya, sehingga hingga kini masih kuat.

6. Ruang pusaka

Ruang pusaka yang berisi tombak milik Radjiman serta beberapa perabot, seperti meja rias dan lemari yang masih asli.
Masrurroh Ummu Kulsum/Intisari - Ruang pusaka yang berisi tombak milik Radjiman serta beberapa perabot, seperti meja rias dan lemari yang masih asli.

Di dalam kamar Radjiman, ada sebuah pintu yang ternyata mengarah pada ruangan yang cukup sakral.

Ruangan ini adalah tempat Radjiman bermeditasi mencari inspirasi. Benda yang paling bergharga milik Radjiman juga disimpan di sana.

Adalah 4 tombak dengan panjang yang berbeda beda, masing-masing memiliki nama, yakni Kyai Pleret, Kyai Slamet, dan Pulanggeni. Sementara satu tombak lagi, Sadimin mengaku lupa namanya.

"Yang satunya ini.. aduh apa, lupa mbak," katanya sembari tertawa kecil.

Ada juga meja rias milik Radjiman yang tersimpan di di sana, kacanya dibiarkan meski sudah pecah sebagai bukti benda tersebut adalah asli.

7. Kamar tamu

Kamar tamu yang digunakan apabila ada orang yang bertamu dan menginap di rumah Radjiman.
Masrurroh Ummu Kulsum/Intisari - Kamar tamu yang digunakan apabila ada orang yang bertamu dan menginap di rumah Radjiman.

Beranjak ke kamar selanjutnya, ada kamar yang khusus digunakan apabila ada tamu yang menginap di rumah Radjiman.

Sama, ranjang berwarna hijau di dalamnya masih asli.

Beberapa barang pribadi milik Radjiman seperti koper yang terbuat dari kulit asli juga di simpan di sana.

8. Dapur

Tungku untuk menghangatkan makanan milik Radjiman (Replika).
Masrurroh Ummu Kulsum/Intisari Tungku untuk menghangatkan makanan milik Radjiman (Replika).

Beralih ke dapur, beberapa perabot yang ada di sana sebagian besar telah diganti karena termakan usia.

Seperti tungku untuk memasak, yang terdapat dalam foto adalah replikanya.

Meski begitu, ini memberikan gambaran bagaimana makanan untuk Radjiman dulu dipersiapkan.

9. Teras belakang

Radjiman senang menghabiskan sore sembari minum teh di kursi di teras belakang rumahnya ini.
Masrurroh Ummu Kulsum/Intisari - Radjiman senang menghabiskan sore sembari minum teh di kursi di teras belakang rumahnya ini.

Dari sekian ruangan yang ada di rumahnya, teras belakang menjadi yang paling favorit bagi Radjiman.

Duduk di kursi tua itu, Radjiman senang menghabiskan sore bersantai dengan minum teh menghadap ke Gunung Lawu serta hamparan sawah nan luas.

Rumah yang menjadi saksi bisu bagaimana tokoh bangsa ini menghabiskan hari-harinya untuk memikirkan bangsanya.

Rumah Radjiman tetap berdiri dan perabot di dalamnya terawat baik tentu tidak lepas dari peran Sadimin sendiri.

Sadimin mengaku senang menjadi juru kunci, mengabdikan diri pada Radjiman, dan melestarikan sejarah.
Masrurroh Ummu Kulsum/Intisari - Sadimin mengaku senang menjadi juru kunci, mengabdikan diri pada Radjiman, dan melestarikan sejarah.

Sudah bertahun-tahun Sadimin selalu rutin menyapu, mengepel, dan merawat rumah itu.

"Seminggu sekali/dua kali daya bersihkan mbak, tergantung juga saya longgarnya kapan karena ada kegiatan juga di masyarakat," katanya.

Ia mengaku senang menjalani tugasnya sebagai juru kunci, mengabdikan diri kepada Radjiman, untuk ikut melestarikan sejarah bangsa. (Intisari/Masrurroh Ummu Kulsum)


Artikel ini sudah tayang di Intisari.grid.id dengan judul Dibangun Tanpa Semen, Rumah Dr. Radjiman Ini Mampu Berdiri Kokoh Selama 140 Tahun, Seperti Apa Penampakannya?

Selanjutnya
Tags:
Dr Radjiman WedyodiningratSoekarnoSlemanYogyakartaBadan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan IndonNgawi
BeritaTerkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved