TRIBUNTRAVEL.COM - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan, gelombang tinggi yang terjadi di kawasan Pulau Sulawesi karena gempa atau tsunami. Melainkan dampak cuaca buruk.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memberikan peringatan dini terkait gelombang tinggi.
Termasuk di kawasan perairan Pulau Sulawesi.
Peringatan dini tersebut berlaku mulai Sabtu (29/9/2018) hingga Selasa (1/10/2018) besok.
Dalam peringatan dini yang diunggah di akun Instagram resmi BMKG, @infobmkg, adanya peringatan dini gelombang tinggi di lautan ini karena cuaca buruk.
Yaitu typhoon Trami yang melanda kawasan Laut Filipina dengan pusat tekanan 950 hPa dan kecepayan maksimum 85 kt.
Pola angin timuran tersebut mencapai 37 Km/jam yang persisten di Perairan Enggano hingga barat Lampung.
Termasuk juga perairan selatan Banten hingga Jawa Barat.
Kondisi ini mengakibatkan peningkatan tinggi gelombang di wilayah tersebut.
Ada banyak kawasan perairan yang diprediksi terjadi gelombang tinggi yang mencapai 1,25 hingga 2,5 meter.
Dua di antaranya adalah di Selat Makassar bagian selatan dan perairan barat Sulawesi Selatan.
BMKG menegaskan jika gelombang tinggi di dua kawasan perairan di Sulawesi itu karena cuaca buruk.
Bukan karena gempa atau tsunami yang menghantam wilayah Sulawesi Tengah, Jumat (28/9/2018).
Seperti diketahui, Jumat (28/9/2018) lalu, wilayah Sulawesi Tengah diguncang gempa berkekuatan 7,4 magnitudo.
Pusat gempa di Sulawesi Tengah ini berada di 10 km pada 27 km Timur Laut Donggala, Sulawesi Tengah.
BMKG sempat menyatakan, gempa ini berpotensi tsunami hingga 3 meter.
Tsunami tersebut terjadi dan menyapu wilayah pantai di Donggala serta Palu.
"Gempa ini adalah gempa yang dangkal akibat jalur sesar Palu Koro yang dibangkitkan oleh deformasi dengan mekanisme pergerakan struktur sesar mendatar miring."
"Gempa ini berpotensi memicu tsunami," kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho di kantor BNPB, Utan Kayu, Jakarta Timur seperti dilansir dari Kompas.com.