Laporan Wartawan TribunTravel.com, Rizki A Tiara
TRIBUNTRAVEL.COM - Traveler, pasti kalian sudah tak asing lagi dengan sajian khas Surabaya yang disebut lontong balap.
Dikutip TribunTravel.com dari laman Kompas, lontong balap adalah sajian lontong yang disiram kuah bening tak bersantan.
Jadi sangat berbeda dengan lontong sayur atau lontong cap gomeh.
Rasa lontong balap juga cenderung ringan dan tidak membuat eneg.
Selain lontong, isian di dalam lontong balap mencakup tahu, tauge dan lento.
Lento adalah gorengan yang terbuat dari kacang yang direndam semalaman dan ditumbuk, kemudian diberi bumbu garam, kencur, daun jeruk, bawang putih, bawang merah, dan ketumbar.
Kehadiran lento dan tauge inilah yang membuat tekstur dan rasa lontong balap sangat khas.
Lalu, kenapa sajian ini bisa dinamakan lontong balap?
Sisno pemilik sekaligus pembuat lontong balap Cak Pri yang terletak di Jalan Kebalen (Sampoerna), Surabaya, dekat dengan House of Sampoerna pun menjelaskan sejarah kuliner ini.
"Kalau menurut kakek saya yang sudah jualan lontong balap sejak tahun 1913, jadi dulu itu di Jalan Semarang (Kecamatan Bubutan) banyak yang jualan lontong."
"Waktu itu belum disebut lontong balap."
"Nah, mereka semua berjualan di kebun binatang."
"Tiap pagi mereka keluar naik sepeda untuk menjual lontong, kebut-kebutan."
"Ada orang yang sebut, 'Itu lontong balapan'," cerita Sisno.
Sisno yang merupakan generasi ketiga penjual lontong balap Cak Pri, menjelaskan bahan dan cara pembuatan lontong balap.
"Bumbunya itu bawang putih, bawang prei, merica diulek. Sebenarnya kuncinya itu kuah lontong harus pakai minyak jelantah goreng bawang," ungkap Sisno.
"Saya pernah coba tak pakai itu, rasanya beda jadi tak enak," tambahnya.
Biasanya, lontong balap disajikan bersama sate kerang dan sambal petis.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kenapa Makanan Khas Surabaya Ini Disebut Lontong Balap?",