Laporan Wartawan TribunTravel.com, Rizki A Tiara
TRIBUNTRAVEL.COM - Selasa (11/9/2018) hari ini, umat Islam telah memasuki Tahun Baru 1440 Hijriah.
Bagi masyarakat Indonesia, datangnya Tahun Baru Islam dirayakan dengan berbagai macam tradisi.
Satu di antaranya adalah kirab kebo bule atau kerbau bule yang dilakukan setiap malam 1 Suro yang jika mengacu pada penanggalan nasional, seharusnya dilakukan pada Senin (10/9/2018) malam kemarin.
Namun, tahun ini kirab kebo bule baru diselenggarakan pada Selasa (11/9/2018), pukul 23.00 malam nanti.
Alasannya adalah penghitungan malam 1 Suro oleh Keraton Kasunanan Surakarta berdasar pada penghitungan penanggalan Jawa, sehingga memiliki selisih satu hari dengan malam 1 Suro dalam kalender nasional.
Kirab kebo bule merupakan satu momen yang ditunggu-tunggu masyarakat Solo.
Biasanya, kebo bule diarak bersama beberapa pusaka Keraton Kasunanan Surakarta.
Kebo bule sendiri dipercaya masyarakat sebagai turunan dari kebo bule jelmaan Kyai Slamet dan dianggap keramat.
Namun, sebenarnya bukan demikian.
Mengutip situs Perpustakaan Nasional via Intisari Online, kebo bule bukanlah jelmaan Kyai Slamet.
Kebo bule juga disebut-sebut sebagai pusaka penting milik keraton dan hewan kesayangan Paku Buwono II.
Menurut seorang pujangga kenamaan Keraton Kasunanan Surakarta, kebo bule adalah hadiah dari Kyai Hasan Beshari dari Tegalsari Ponorogo kepada Paku Buwono II.
Kebo tersebut diperuntukkan sebagai pengawal dari sebuah pusaka keraton yang bernama Kiai Slamet itu sendiri.
Namun, hingga sekarang pihak keraton tidak pernah menjelaskan apa bentuk pusaka Kiai Slamet itu.
Sejak saat itulah banyak yang menyalahartikan kebo bule sebagai jelmaan dari Kiai Slamet.
Padahal kebo bule hanya menjadi pusaka pengiring Kyai Slamet.
Konon saat Paku Buwono II mencari lokasi untuk keraton baru tahun 1725, leluhur kebo-kebo ini dilepas.
Dalam perjalanannya, kebo ini diikuti oleh para abdi dalem keraton.
Hingga akhirnya binatang tersebut berhenti di sebuah tempat yang kini menjadi Keraton Kasunanan Surakarta.
Oleh karenanya bagi pihak keraton, kebo bule dianggap sakral.
Setiap malam 1 Sura menurut pengganggalan Jawa, atau malam tanggal 1 Muharam menurut kalender Islam, sekawanan kebo bule keramat ini selalu dikirab, menjadi pengiring sejumlah pusaka keraton lainnya.
Artikel ini telah tayang di laman intisari.grid.id dengan judul Bukan Jelmaan Kiai Slamet, Inilah Fakta Kebo Bule yang Kerap Disalahartikan di Malam 1 Suro