TRIBUNTRAVEL.COM - 1 Muharram atau yang disebut Tahun Baru Islam adalah bulan pertama dalam kalender Islam.
Muharram sendiri merupakan satu dari empat bulan suci yang terjadi dalam satu tahun.
Oleh masyarakat, Bulan Muharram juga dianggap bulan suci ke dua setelah Bulan Ramadhan.
Ada sejumlah amalan sunnah yang biasa dilakukan umat Muslim untuk menyambut tahun baru Islam, 1 Muharram.
Amalan sunnah bisa dikerjakan terutama 10 hari pada bulan Muharram, sejak 1 Muharram 1440 Hijriyah atau 11 September 2018 yang lebih dikenal dengan Hari Asyura.
Asyura artinya kesepuluh.
Pada Hari Asyura, umat Muslim disunahkan untuk berpuasa.
1 Muharram juga disebut sebagai bulan yang istimewa karena berkaitan dengan peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad SAW.
Yaitu hijrahnya Rasulullah dan sahabatnya dari Mekah ke Madinah yang punya makna penting bagi umat Muslim.
Hijrahnya Rasulullah merupakan sejarah kebangkitan Islam.
Keistimewaan Bulan Muharram juga bulan yang baik untuk menyambung silaturahmi dan menjalin kembali hubungan kekerabatan yang pernah terputus.
Di Indonesia, setiap kota punya cara yang berbeda-beda dalam menyambut Tahun Baru Islam 1 Muhharam.
Di kota Solo misalnya, Tahun Baru Islam 1 Muharram dirayakan dengan kirab Malam 1 Suro.
Pergantian tahun Hijriyah dan awal bulan Suro tahun ini jatuh pada Tanggal 11 September 2018 mendatang.
Ada beberapa tradisi yang biasanya dilaksanakan selama Malam Satu Suro atau yang juga disebut sebagai Tahun Baru Jawa oleh masyarakat Jawa.
Di antaranya kirab Malam Satu Suro yang dipimpin oleh kerbau bule di Keraton Kasunanan Surakarta, Jawa Tengah.
Kerbau bule ini merupakan pusaka Keraton yang menjadi hewan kesayangan Raja Pakubuwono II.
Kerbau bule atau yang sering disebut masyarakat sebagai Kebo Bule adalah keturunan Kyai Slamet, pusaka penting yang dimiliki Keraton Kasunanan Surakarta.
Sementara Keraton Kasunanan Surakarta melaksanakan kirab kebo bule, Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat punya tradisi unik yang berbeda.
Dalam rangka memperingati Tahun Baru Jawa, 1 Suro tahun Be 1952 yang jatuh pada tanggal 11 september mendatang, Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat mengadakan Hajad Kawula Dalem Mubeng Benteng.
Apa saja rangkaian acara Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat menyambut Tahun Baru Jawa 1 Suro tahun ini?
Paguyuban Abdi Dalem Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat akan menyelenggarakan "Lampah Budaya Mubeng Beteng", menyambut datangnya Tahun Baru Jawa 1 Surya 1952 Be, Selasa Wage, tanggal 11 September 2018 malam.
Rangkaian kegiatan akan dilaksanakan di Kagungan Dalem Ponconiti Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, dimulai pukul 20.00 WIB.
Rombongan peserta Lampah Budaya Mubeng Beteng akan dilepas tepat pukul 00.00 WIB pada Rabu Kliwon dini hari setelah lonceng di Kraton berbunyi.
Seperti biasanya, karena ini Lampah prihatin, maka rute perjalanannya mengarah ke kiri atau berlawanan arah dengan jarum jam.
Diharapkan masyarakat yang mengikuti kegiatan ini dan peserta Lampah Mubeng Beteng serta dapat menjaga ketenangan sambil berdoa dan introspeksi diri.
Khususnya untuk kesejahteraan masyarakat, bangsa dan negara.
Sebelum pelepasan, diadakan Macapatan serta dhahar kembul bersama.
Tahun 2018 ini pelaksanaan Mubeng Beteng memang tidak bersamaan dengan 1 Muharam, karena berdasarkan perhitungan kalender Jawa Sultan Agungan, 1 Surya 1952 Be jatuh pada hari Rabu, tanggal 12 September 2018.
(TribunTravel.com/rizkytyas)