Breaking News:

Tak Kalah Keren dari Jembatan Tangan Tuhan, Ada Jembatan dari Anyaman Rumput di Peru

Ada satu lagi jembatan yang tak kalah keren dari Jembatan Cau Vang. Yakni Jembatan Q’eswachaka di Peru, Amerika Selatan.

Dhylan Thuras/Atlas Obscura
Jembatan Q’eswachaka 

Laporan Wartawan TribunTravel.com, Rizki A Tiara

TRIBUNTRAVEL.COM - Beberapa waktu yang lalu, jembatan Tangan Tuhan yang berada di Da Nang, Vietnam menjadi viral di media sosial.

Jembatan yang ditopang dengan dua tangan berukuran raksasa ini adalah Jembatan Cau Vang atau Jembatan Emas yang terletak di bukit Ba Na dan baru dibuka pada Juni lalu.

Keindahan tangan raksasa yang seolah menyeruak dari lebatnya pepohonan hutan pegunungan inilah yang menjadikannya viral.

Namun, ada satu lagi jembatan yang tak kalah keren dari Jembatan Cau Vang.

Yakni Jembatan Q’eswachaka di Peru, Amerika Selatan.

(Dhylan Thuras/Atlas Obscura)

Dikutip TribunTravel.com dari laman atlasobscura.com, Q’eswachaka (suku kata pertama adalah dieja seperti bunyi 'klik' lateral) juga disebut Keshwa Chaca.

Q’eswachaka berada di pegunungan Andes Peru.

Ini adalah satu-satunya contoh yang tersisa dari jembatan jalinan rumput buatan tangan dari suku Inka yang dulunya umum digunakan dalam sistem jalan khas Inka.

Rumput yang digunakan adalah jenis rumput lokal yang disebut ichu.

2 dari 3 halaman

Terbuat dari jalinan anyaman rumput, jembatan ini memiliki panjang 118 meter dan menggantung 18 meter di atas sungai Apurímac yang beraliran deras.

Untuk membuat jembatan ini, para perempuan suku Inca mengepang rumput menjadi tali-tali kecil dan tipis.

Kemudian tali kecil dan tipis ini dikepang lagi oleh para lelaki menjadi kabel-kabel penyokong yang besar, seperti konstruksi jembatan gantung baja modern.

(interestingengineering.com)
(Dhylan Thuras/Atlas Obscura)

Archivo fotográfico de Ricardo Chirinos Portocarrero/Wikimedia Commons

Sementara itu, masyarakat suku Inca selalu berkumpul pada musim semi untuk mengadakan upacara pembaruan jembatan, melansir laman National Geographic.

Jembatan ini selalu diperbarui selama lebih dari 500 tahun, dan sangat dihormati oleh Inca.

Bekerja sama dari kedua sisi sungai, masyarakat melapiskan dan menganyamkan jalinan rumput jembatan baru di atas jembatan lama.

Tak lama, jembatan lama yang lapuk akan mengelupas dan jatuh ke sungai di bawahnya.

Setelah tiga hari proses pengerjaan, doa, dan perayaan, jembatan baru pun dipasang.

Hukuman bagi siapa pun yang merusak jembatan Q’eswachaka adalah hukuman mati.

3 dari 3 halaman

Dulu, upacara pembaruan jembatan ini dianggap sebagai kewajiban sosial di bawah pemerintahan Inca.

Namun sekarang upacara ini dilestarikan sebagai cara untuk menghormati sejarah jembatan oleh komunitas Quehue, Peru.

Tak heran dengan pembaruan yang rutin, jembatan Q’eswachaka selalu berkondisi baik meski hanya terbuat dari rumput.

(Jeff Heimsath via National Geographic)

Menurut para sejarawan dari Smithsonian National Museum of the American Indian, jembatan Q’eswachaka merupakan satu contoh jembatan suspensi yang merepresentasikan estetika pra-Hispanic di kawasan Pegunungan Andes, dikutip TribunTravel.com dari laman interestingengineering.com.

Tepatnya, sejak zaman pra-Kolonial di abad ke-14.

Menguatkan informasi ini, Allie Plata dari Smithsonian Museum, menjelaskan pentingnya jembatan dari periode ini:

“Jembatan Inka memiliki tiga karakteristik desain umum."

"Jalinan kabel dari serat alami yang membentuk lantai dan pegangan tangan, batu penyangga kabel di kedua sisi jembatan, dan penghubung vertikal yang berada di antara kabel utama dan pegangan tangan."

"Jika kamu melihat jembatan modern dan membandingkannya dengan struktur Q’eswachaka, jembatan Inka ini berbeda dalam hal kabel utama yang digunakan untuk membuat jembatan tidak hanya menyangganya, tetapi juga berfungsi sebagai jalan setapak.”

Selanjutnya
Sumber: Tribun Travel
Tags:
PeruAmerika SelatanVietnam Park Hang-seo
BeritaTerkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved