Breaking News:

Terbang Saat Cuaca Buruk, Berikut Persiapan Pilot dan Apa yang Harus Dilakukan Penumpang

Meski dianggap nyaman, aman, dan efisien, tak dipungkiri penumpang tetap merasa khawatir saat terbang.

123rf via Conde Nast Traveller India
Terbang di cuaca buruk. 

Laporan Wartawan TribunTravel.com, Rizki A Tiara

TRIBUNTRAVEL.COM - Pesawat terbang memang menjadi moda transportasi yang dianggap nyaman dan efisien.

Pasalnya, waktu tempuh yang dibutuhkan menjadi jauh lebih singkat.

Sehingga, traveler tidak terlalu merasa capek dalam perjalanan.

Meski dianggap nyaman, aman, dan efisien, tak dipungkiri penumpang tetap merasa khawatir terbang.

Satu dari kekhawatiran tersebut berkaitan dengan cuaca buruk.

Saat gumpalan kelam menggantung di langit, hujan deras, dan disertai kilatan halilintar dan petir yang menggelegar.

Lantas, apa yang terjadi ketika terbang saat cuaca sedang buruk?

(prlog.org)

Dikutip TribunTravel.com dari laman Klasika Kompas, pesawat terbang masa kini telah didesain dengan perhitungan yang tepat dalam menghadapi kondisi ekstrem.

Pesawat modern telah dilengkapi dengan begitu banyak perangkat keamanan untuk mendukung keselamatan penerbangan.

2 dari 4 halaman

Satu di antaranya adalah radar cuaca modern yang bisa mendeteksi sel-sel badai di sepanjang rute penerbangan.

Gambaran cuaca yang terendus radar ini cakupannya bisa mencapai ratusan kilometer dari titik awal penerbangan.

Sementara itu, pilot juga melakukan persiapan dalam menghadapi penerbangan yang akan dikendalikannya.

Penulis buku Believe It or Not Dunia Penerbangan Indonesia yang juga seorang penerbang, Chappy Hakim, pernah menjelaskan tentang beberapa aktivitas pilot sebelum terbang.

Seperti membuat perencanaan penerbangan atau flight plan.

Saat mengisi flight plan, pilot mempelajari kondisi cuaca di sepanjang rute penerbangan hingga keadaan cuaca di bandara tujuan.

Data cuaca itu bisa bersumber dari pencitraan satelit yang dirilis oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

Prediksi cuaca pada hari itu diserahkan kepada pilot dan maskapai penerbangan oleh stasiun BMKG di setiap bandara.

Setelah itu, pilot akan menyempurnakan pengisian flight plan-nya kira-kira 30 menit sebelum terbang.

Oleh karenanya, terkadang kapten pilot memberi pengumuman prakiraan cuaca selama penerbangan setelah penumpang masuk ke kabin pesawat.

3 dari 4 halaman

Baik cuaca cerah maupun berawan, serta ada tidaknya guncangan.

Sedangkan kondisi cuaca di bandara tujuan biasanya akan diumumkan di tengah penerbangan berikut jarak pandang dan suhu udara di darat.

Meski sudah dilengkapi teknologi sangat canggih dan ditunjang flight plan, bukan berarti penerbangan yang berlangsung menjadi bebas risiko.

Sebab, cuaca bisa berubah begitu cepat.

Oleh sebab itu, di kokpit, para pilot selalu memantau keadaan cuaca.

Baik mempelajari pencitraan radar maupun pengamatan visual.

Selain itu, para pilot terus memantau kinerja teknis pesawat sambil rutin berkomunikasi dengan pengatur lalu lintas udara (ATC) di darat.

Dalam bukunya, Chappy menyebutkan beberapa risiko kecelakaan penerbangan karena faktor cuaca.

Selain akibat jarak pandang pilot yang terganggu hujan, kecelakaan bisa disebabkan tailwind, angin dari arah belakang yang membuat pesawat meluncur lebih cepat, yang sering muncul mengikuti windshear, angin yang berubah arah secara tiba-tiba.

Angin ini biasa terjadi saat cuaca buruk.

4 dari 4 halaman

Fenomena cuaca lain yang berbahaya bagi penerbangan adalah microburst sebagai “komponen” dari adanya awan comulunimbus (Cb).

Microburst sering digambarkan sebagai angin yang mengempas ke bawah atau mendorong ke bawah (downdraft).

Jika sudah terperangkap di medan microburst, pesawat sebesar apa pun bisa terbanting sampai jatuh.

Kecelakaan yang dialami pesawat Lockheed L-1011 Tristar milik maskapai Delta Airlines pada 2 Agustus 1985 di Bandara Internasional Dallas-Fort Worth, Texas, Amerika Serikat, bisa menjadi contoh betapa mengerikannya fenomena microburst.

Turbulensi adalah saat pesawat terguncang karena perubahan kecepatan udara yang terjadi dalam waktu singkat.
Turbulensi adalah saat pesawat terguncang karena perubahan kecepatan udara yang terjadi dalam waktu singkat. (rt.com)

Michael (36), pilot suatu maskapai di Singapura, berkisah tentang pengalamannya menghadapi cuaca buruk saat terbang.

“Saat itu tahun 2015, saya terbang di atas Laut Andaman di utara Aceh. Malam hari. Radar cuaca di kokpit menunjukkan warna merah yang luas dan hanya sedikit warna hijaunya. Kapten meminta izin kepada ATC untuk berputar.”

Warna merah menandakan zona yang harus dihindari, sedangkan hijau menunjukkan area yang aman dilewati.
Setiap detik, lanjut Michael, pesawat semakin mendekati daerah merah itu.

Secara kasatmata, kilatan-kilatan petir menerangi gelapnya malam.

“Kami pun mulai terguncang. Beruntung ATC merespons cepat, kami terbang berputar di tepian badai. Guncangannya cukup lumayan. Tapi selama mengikuti prosedur dan aturan, niscaya penerbangan akan aman,” imbuhnya.

Awan Cb, kata Michael, tidak boleh diterabas.

Gumpalan awan ini bisa menjulang cukup tinggi di angkasa.
Isinya petir dan es.

Dalam jumlah tertentu, es yang terisap mesin pesawat bisa menyebabkan kegagalan mesin.

Selain itu, kaca kokpit bisa retak jika terkena hantaman butiran-butiran es.

“Kalau bicara sambaran petir, sebenarnya sangat jarang kasus itu terjadi pada pesawat yang sedang mengudara."

"Apalagi bodi pesawat telah didesain sedemikian rupa agar tahan terhadap sengatan petir dan sistem kelistrikan pesawat tidak terganggu."

"Kalaupun tersambar petir, pilot akan memilih untuk segera mendaratkan pesawat sebagai langkah antisipasi meski kondisi pesawat bisa jadi baik-baik saja,” ujar Michael.

Selama 12 tahun menjadi pilot, turbulensi yang dikhawatirkan Michael justru terjadi saat cuaca tampak terang-benderang.

Dalam semesta aviasi, kejadian ini dikenal dengan istilah clear air turbulence (CAT).

Jika awan badai bisa terdeteksi radar, pemicu CAT yang biasanya berupa arus udara berkecepatan tinggi tidak bisa dideteksi.

“Bila terjadi CAT ekstrem biasanya ada yang terluka."

"Sebab tanda (mengenakan) sabuk pengaman seringkali sedang dimatikan sehingga penumpang bisa beranjak dari kursinya untuk ke toilet atau mendatangi temannya di dalam kabin."

"Pramugari juga sedang membagikan makanan."

"Pernah ada pesawat dari Timur Tengah menuju Jakarta yang mengalaminya dan sejumlah orang terluka,” terang Michael.

Lalu, apa yang perlu dilakukan penumpang saat terbang dalam kondisi cuaca kurang baik?

Sederhana saja, cukup menghela nafas panjang dan berpikir positif.

Berpikir tentang hal-hal yang menyenangkan saat nanti sampai tujuan dapat membantu kita agar lebih relaks.

Selain itu, kunyahlah permen karet.

Ini menjadi kegiatan kecil yang dianggap bisa mengalihkan rasa cemas selama penerbangan.

Saran berikutnya, percayalah bahwa para pilot telah dilatih sedemikian rupa untuk menghadapi cuaca buruk.

Mereka juga bekerja sama dengan ATC untuk menerbangkan penumpang dengan aman hingga tujuan.

Selanjutnya
Sumber: Tribun Travel
Tags:
TribunTravel.com
BeritaTerkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved