Breaking News:

Asal-usul Nama Desa Wisata Batubulan di Bali, Dulunya Berawal dari Batu Bercahaya

Ada banyak desa wisata yang bisa dikunjungi di Bali. Satu di antaranya adalah Desa Batubulan.

ydcbalitour.com
Batubulan merupakan desa seni di bagian barat Kabupaten Gianyar. 

Laporan Wartawan TribunTravel.com, Rizki A Tiara

TRIBUNTRAVEL.COM - Bali tidak cuma terkenal dengan deretan pantainya, tetapi juga desa wisata.

Ada banyak desa wisata yang bisa dikunjungi di Bali.

Satu di antaranya adalah Desa Batubulan.

Namanya cukup unik ya?

Ternyata penamaan Desa Batubulan ini memiliki kisah tersendiri.

(asiawisata.com)

Dikutip TribunTravel.com dari laman TribunBali.com edisi Oktober 2016, dulunya wilayah Batubulan adalah hutan belantara.

Namun, anak angkat Raja I Gusti Ngurah Jambe Pule dari Kerajaan Badung yang bernama Dewa Agung Kalesan mendirikan istana di wilayah Batubulan.

Sehingga, pada abad ke-17, Batubulan menjadi wilayah paling timur Kerajaan Badung.

Lalu, kenapa wilayah hutan ini bisa dinamakan Batubulan?

2 dari 3 halaman

Konon katanya, pada saat berada di hutan bersama ratusan pengikutnya, Dewa Agung Kalesan melihat sebuah batu yang bercahaya seperti bulan.

Oleh karena itu, Dewa Agung menamai tempat itu Batubulan.

Saat ini batu bercahaya ini disimpan di Kerajan Agung Batubulan.

Dewa Agung Kalesan dan para pengikutnya memutuskan menetap di wilayah hutan untuk memegang pemerintahan.

Serta memperluas wilayah kekuasaan sampai ke Batuaji yang berlokasi di sebelah timur Batubulan.

Dalam pemerintahannya, para pengikut Dewa Kalesan mendirikan pura keluarga di setiap wilayah kekuasaannya.

Saat ini di Banjar Batuaji ada belasan pura keluarga.

(ydcbalitour.com)

Satu di antaranya adalah Pura Brahmana.

Keunikan Pura Brahmana ini adalah diemponi oleh keluarga I Wayan Rikan, seorang sudra yang berstatus sebagai Jro Mangku Pura Brahmana.

Mangku Rikan mengaku tidak mengetahui kenapa ia yang seorang sudra bisa mengempon Pura Brahmana.

3 dari 3 halaman

Tidak adanya lontar atau prasasti yang tertulis di pura tersebut membuatnya tidak bisa mencari tahu jawaban dari pertanyaan itu.

Sejak berdiri, pihak keluarga tidak pernah merenovasi Pura Brahmana.

Sehingga ciri khas pelinggih zaman Kerajaan Badung yang identik dengan batu bata masih bisa ditemui di sini.

Simbol Bhatara yang dipuja di Pura Brahmana berupa pratima Dewa-Dewi.

Meski menyandang posisi jro mangku, status Rikan di banjar tetap krama biasa.

Hal tersebut dikarenakan ia menjadi pemangku pura keluarga, bukan pura umum.

Secara turun temurun, anak yang dipilih menjadi pemangku adalah anak laki-laki tertua.

Sementara, anak laki-laki terkecil menggantikan orangtua membanjar adat.

Selanjutnya
Sumber: Tribun Travel
Tags:
TribunTravel.comBatubulanBali Mepamit Handry Satriago
BeritaTerkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved