TRIBUNTRAVEL.COM - Saat berpergian menggunakan pesawat, kita ternyata perlu menggunakan tabir surya.
Dilansir dari News.com.au, Kamis (23/8/2018), ternyata tabir surya (sunscreen) juga perlu digunakan untuk melindungi kulit dari paparan matahari yang masuk dari kaca pesawat.
Berikut empat tips dan fakta tentang sinar ultraviolet yang masuk dalam pesawat.
1. Sinar matahari yang masuk dalam pesawat lebih berbahaya
Pilot memiliki risiko paling tinggi untuk kanker kulit dan kerusakan pada kulit lainnya.
Sebab, mereka duduk di antara kaca-kaca besar di bagian depan pesawat.
Maka, pilot memiliki standar operasional khusus yang mengharuskan mereka menggunakan tabir surya saat penerbangan.
Penumpang juga perlu menggunakan tabir surya untuk menjaga kulit, walau kaca di samping tempat duduk terbilang kecil.
Penumpang memerlukan penggunaan tabir surya karena saat penerbangan kita lebih dekat ke lapisan ozon dengan tinggi puluhan ribu kaki.
Pada tingkat ini sinar matahari jauh lebih berbahaya.
2. Gunakan kembali tabir surya setiap dua jam sekali
Pakaian yang kamu gunakan tidak cukup untuk menjaga kulit dari paparan sinar matahari.
Jika kamu dalam perjalanan jauh, dr Rai dari the British Association of Dermatologist menyarankan untuk menggunakan tabir surya tiap dua jam sekali.
Ia juga menyarankan penumpang pesawat untuk menggunakan tabir surya dengan UVA dan UVB.
Gunakan tabir surya satu jam sebelum terbang.
Lapisi bagian wajah, leher, dada, dan bagian manapun yang terpapar sinar matahari.
3. Sebaiknya tidak menggunakan riasan wajah
Sekadar riasan wajah juga bisa melindungi kulit, namun tidak melindungi secara penuh seperti SPF30.
Kecuali kamu menggunakan SPF30 untuk dasar riasan.
Namun langkah tersebut juga dapat menyumbat pori-pori.
4. Gunakan kacamata hitam
dr Rai juga menyarankan untuk mengenakan kacamata hitam pada penerbangan jarak jauh, seperti yang dilakukan oleh pilot, untuk menjaga mata dari paparan sinar matahari secara langsung.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Pakai Tabir Surya Saat Naik Pesawat, untuk Apa?"