Laporan Wartawan TribunTravel.com, Sri Juliati
TRIBUNTRAVEL.COM - Akhir-akhir ini, cuaca pada malam hingga dinihari di berbagai wilayah dataran tinggi di Tanah Air, jauh lebih dingin dari hari biasanya.
Bahkan di beberapa daerah yang setiap hari berhawa panas, suhu udara dapat turun drastis hingga di angka 19 derajat celcius.
Dataran Tinggi Dieng, Jawa Tengah menjadi satu kawasan yang paling parah terdampak cuaca dingin ini.
Sudah sejak awal Juli lalu, kawasan Dieng yang berada di antara Kabupaten Banjarnegara dan Wonosobo, setiap pagi, tertutup embun es atau yang disebut bun upas oleh warga setempat.

Rupanya, selain Dieng, ada dua kawasan lain di Pulau Jawa yang mengalami fenomena serupa.
Yang pertama, terjadi di sekitar Ranu Pani, danau di kaki Gunung Semeru yang juga jadi titik mula pendakian menuju gunung tertinggi di Jawa itu.
Dilansir dari akun Instagram resmi Yaman Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), @tnbromotenggersemeru, suhu dingin di kawasan sekitar danau mencapai 0 derajat celcius.
"Cuaca akhir-akhir ini memang sedang ekstrim," tulis akun tersebut.
Akun tersebut juga mengunggah sekumpulan foto tumbuhan di sekitar Ranu Pani yang tertutup es.
Dedaunan yang semula hijau menjadi putih.










Oleh karena itu, pihak TNBTS mengimbau pada para calon pendaki agar menyiapkan fisik, mental, serta peralatan pendakian seaman mungkin dan lengkap, juga mengikuti atura yang ada.
'Tetangga' Gunung Semeru, Gunung Argopuro juga mengalami fenomena embun es.
Dalam foto yang diambil pada Rabu (25/7/2018), terlihat beberapa tumbuhan di sana mulai memutih lantaran tertutup es.
Dikutip dari akun Instagram @gunung_argopuro, suhu dingin tak hanya terjadi di Rawa Embik atau Sabana Lonceng.
Namun, kini juga terjadi di Danau Taman Hidup, yang merupakan tempat favorit para pendaki untuk mendirikan tenda.
Menurut akun ini, bila ingin menyaksikan fenomena tak biasa tersebut, harus bangun sepagi mungkin.
Berikut foto-foto tumbuhan yang tertutup es di Gunung Argopuro.





Sementara itu, melansir dari Kompas.com, penurunan suhu yang sangat signifikan seperti sekarang ini, dipengaruhi oleh musim kemarau.
"Secara klimatologisnya, puncak musim kemarau terjadi pada bulan Juli dan Agustus," kata Kepala Stasiun Geofisika Banjarnegara, Setyoajie Parayudhi.
"Angin timuran semakin kuat dan dominan."
"Angin timuran yang berasal dari Australia ini bersifat kering dan dingin.
Pada musim kemarau, lanjut Setyoajie, peluang terjadi hujan sangat kecil, karena tidak banyak tutupan awan yang berpotensi hujan.
Sehingga energi panas matahari yang terpantul dari bumi langsung hilang ke atmosfer.
"Kondisi ini jika terjadi terus menerus menyebabkan udara semakin dingin yang dapat menyebabkan uap air atau mbun menjadi beku atau bun upas, kondisi ini akan terus berlanjut sampai puncak musim kemarau bulan Agustus," katanya.