Laporan Wartawan TribunTravel.com, Ambar Purwaningrum
TRIBUNTRAVEL.COM - Pencarian 12 bocah dan pelatih sepakbola yang hilang di gua di Thailand selama sembilan hari, akhirnya membuahkan hasil.
Para petugas penyelamat berhasil menemukan keberadaan sekelompok remaja yang berusia antara 11 hingga 16 tahun dan sang pelatih yang berusia 25 tahun.
Penemuan dan pencarian ini terbilang cukup dramatis.
Mereka ditemukan oleh dua penyelam Inggris, Rick Stanton dan John Volanthen setelah dilakukan operasi pencarian secara maraton di gua-gua Tham Luang di Chiang Rai.
Penemuan ini tentu menjadi kabar gembira bagi seluruh tim penyelamat internasional, orang tua, serta masyarakat Thailand yang menunggu pencarian selama berhari-hari.
Dilansir TribunTravel.com dari laman BBC.com, dalam video yang diunggah di Facebook oleh pasukan khusus Angkatan Laut Thailand SEAL, memperlihatkan anak-anak yang masih mengenakan seragam sepakbola sedang duduk di tanah kering dekat hamparan air.
Meski hanya bermodalkan cahaya obor, tim berusaha memastikan keselamatan semua pemain bola yang dinyatakan hilang.
"Berapa orang yang di sana?" si penyelamat bertanya.
"Tigabelas!" jawabannya.
"Tiga belas? Brilian!"
Anak-anak yang hilang itu kemudian bertanya kapan mereka akan dibawa ke tempat aman?
Karena medan yang sulit, maka satu dari dua penyelamat yang menemukan mereka berkata, "Tidak hari ini. Kita harus menyelam. Kami akan datang. Oke? Banyak orang yang akan datang. Kami adalah yang pertama."
Seorang anak laki-laki berkata, "Makan, makan, makan, beritahu mereka, kami sangat lapar."
Lainnya juga mengeluarkan suara tidak jelas, bertanya hari.
Si penyelamat berhenti sejenak dan mulai menghitung, "Senin, Senin. Kalian sudah di sini ... 10 hari. Kalian sangat kuat."
Penyelam menjelaskan jika mereka harus pergi tetapi akan kembali lagi.
"Terima kasih banyak," kata satu seorang bocah meringkuk.
"Darimana asalmu?"
"Inggris. Inggris."
"Oh, sampai ketemu besok."
Lalu siapakah anak-anak ini?
Ke-12 anak laki-laki ini merupakan anggota tim sepakbola Moo Pa atau Wild Boar.
Pelatih asisten mereka, Ekkapol Janthawong, diketahui kadang-kadang membawa keluar untuk melakukan liburan, termasuk perjalanan ke gua yang sama dua tahun lalu.
Anggota termuda, Chanin "Titan" Wibrunrungrueang, baru berusia 11 tahun.
Dia mulai bermain sepakbola ketika berusia tujuh tahun.
Duangpet "Dom" Promtep (13) adalah kapten tim dan dikatakan sebagai motivator grup.
Tinnakorn Boonpiem, yang putranya menjadi korban mengatakan jika dia "sangat senang" mendengar mereka selamat.
"Saya ingin dia secara fisik dan mental sehat," katanya.
"Saya sangat senang saya tidak bisa mengatakannya," kerabat lain mengatakan kepada wartawan.
Lalu mengapa tim penyelam tak dapat segera menyelamatkan mereka?
Otoritas terkait mengatakan, jika proses untuk mengeluarkan mereka terbilang cukup rumit.
Tim sepakbola ini sudah hilang sejak 23 Juni 2018 saat mereka mengunjungi sebuah obyek wisata labirin gua yang populer.
Hilangnya sekelompok bocah ini terjadi ketika hujan deras menimpa kawasan tersebut.
Hujan mengakibatkan debit air dalam gua naik.
Lorong-lorong gua yang rumit juga menjadi penyebab lain hilangnya tim sepakbola remaja ini.
Upaya pencarian secara besar-besaran pun dilakukan.
Karena kompleks Gua Tham Luang rentan banjir besar, maka upaya yang dilakukan dengan memompa air keluar dari gua.
Lalu bagaimana cara membebaskan para bocah ini dari gua?
"Pilihan terbaik untuk membawa mereka keluar adalah dengan menyelam."
"Meski ini pilihan terbaik dan tercepat, juga paling berbahaya," kata Anmar Mirza, koordinator nasional Komisi Penyelamatan Gua AS.
Penyelam Angkatan Laut Thailand, tiga penyelam gua Inggris, dan personel militer AS semuanya berusaha menemukan anak-anak itu.
Secara total, lebih dari 1.000 petugas penyelamat terlibat dalam operasi itu, termasuk tim dari China, Myanmar, Laos, Inggris, AS, dan Australia.
Para penyelam profesional masih membutuhkan beberapa jam untuk sampai ke kelompok yang terperangkap dari pintu masuk.
Mereka melalui jalan-jalan kecil yang dipenuhi puing-puing dan dibantu dengan upaya pemompaan air sepanjang hari agar debit air banjir semakin berkurang.
Dan anak-anak ini bukan penyelam terlatih.
Edd Sorenson, koordinator regional di Florida untuk Organisasi Penyelamatan dan Penyelamatan Bawah Laut Internasional mengatakan, opsi penyelaman sangat berbahaya.
"Mereka bukan penyelam profesional. Dengan jarak pandang yang nol dan lingkungan asing akan membuat mereka panik dan trauma saat menyelam."
Sementara itu, pihak berwenang telah mencoba mengebor lubang di dinding gua untuk membantu mengurangi air banjir meskipun batu tebal menghambat upaya tersebut.
Ada juga saran jika pengeboran bisa menjadi cara lain untuk dapat menyelamatkan mereka.
Untuk memulai proses, jalan baru perlu dibangun di atas gua untuk mengakomodasi peralatan pengeboran berat yang diperlukan untuk menembus batu.
Namun opsi ini terbilang cukup sulit dan memakan waktu lama.
"Kedengarannya mudah tetapi sebenarnya sangat sulit," katanya.
"Ini seperti mencari jarum dalam tumpukan jerami."
Dalam konferensi pers, Gubernur Chiang Rai, Narongsak Osottanakorn mengatakan, mereka akan terus mengalirkan air keluar dari gua sembaru mengirim dokter dan perawat untuk memeriksa kesehatan anak-anak dan pelatih.
"Jika dokter mengatakan kondisi fisik mereka cukup kuat untuk dipindahkan, penyelamat akan membawa mereka keluar dari gua," katanya.
Namun, Mirza mengatakan, kesehatan para korban merupakan masalah serius.
"Setelah sembilan hari tanpa makanan, kami harus memperhatikan asupan makanan mereka," katanya.
Orang yang kekurangan makanan dapat menderita efek buruk pada kesehatan jika tidak segera makan, kadang-kadang sama parahnya dengan gagal jantung atau koma.
Kini berbagai upaya tengah dilakukan pemerintah Thailand.
Mulai dari pemeriksaan kesehatan sampai upaya untuk mengeluarkan tim sepakbola ini dengan selamat.
Berikut rekaman detik-detik penyelamatan tim sepakbola remaja yang terjebak di gua: