Laporan Wartawan TribunTravel.com, Apriani Alva
TRIBUNTRAVEL.COM - Greenland merupakan wilayah gurun es tandus dengan nama yang tak sesuai dengan kondisi alamnya saat ini.
Banyak teori yang mencoba mengupas nama Greenland yang dianggap tak mengambarkan keadaan sekitarnya.
Pulau terbesar di dunia ini memiliki wilayah seluas 2.166.086 kilometer persegi, seperti dilansir TribunTravel.com dari laman troab.com.
Dengan dataran yang sangat luas, pulau ini hanya dihuni oleh sekitar 56.480 orang.
Jumlah populasi tersebut menjadikan negara ini memiliki penduduk paling sedikit di dunia.
Populasi yang kecil ini karena hampir dea per tiga pulau ini tertutup oleh lapisan es yang tebal.
Secara geografis, Greenland berdekatan dengan Amerika Utara.
Namun secara administratif dan politik terkait dengan Eropa.
Ibu Kota Greenland adalah Nuuk dan sebagian besar populasinya berada di wilayah Inuit.
Tak seperti namanya, iklim di sini adalah subarctic dengan musim panas yang pendek dan sejuk.
Sementara musim dinginnya sangat dingin.
Suhu rata-rata di Greenland sekitar 10 derajat Celsius selama puncak musim panas.
Namun saat musim dingin suhunya turun hingga minus delapan derajat.
Secara historis, penduduk pertama Greenland hidup pada 4.500 hingga 5.000 tahun yang lalu mungkin berasal dari Pulau Ellesmere.
Namun penguni awal Inuit ini menghilang sekitar 3.000 tahun yang lalu karena alasan yang belum diketahui.

Pada abad ke-10, budaya Thule dikembangkan di wilayah tersebut dan mereka yang pertam akali membuat kayak, tombak dan teropong.
Lalu mengapa bisa nama Greenland ditambatkan pada pulau ini?
Rupanya nama tersebut berasal dari Viking, seperti dilansir TribunTravel.com dari laman nationalgeographic.com.
Nama Greenland diberikan oleh Erik the Red, seorang pemimpin Viking yang tibaa di pantai pada 982 M.
Ia melihat rumput hijau di seluruh permukaan pulau.
Seperti adat Norse, pemberian nama didasarkan pada keadaan setempat.
Maka Erik memberi nama tempat ini Greenland.
Penelitian mendalam dari National Geograpic mengungkapkan bahwa jika lapisan es Greendland meleleh dengan cepat maka akan menghasilkan suhu dingin di Atlantik Utara.
Hal ini secara signifikan akan memperlambat Arus Teluk yang jika terus berlanjut kemungkinanan akan menyebabkan Islandia memiliki suhu yang lebih dingin.
Sebuah data yang berasal dari inti es dan kulit moluska yang berasal dari 800 hingga 1.300 Sebelum Masehi menunjukkan Greendland selatan bersuhu hangat dibandingkan sekarang.
Itu artinya, ketika Viking pertama kali tiba di Greenland melihat alam yang hijau dengan suhu yang tak sedingin sekarang.

Namun pada abad ke-14, suhu musim panas di Greenland menurun secara drastis.
Dengan suhu yang lebih rendah membuat tanaman semakin sedikit dan banyak tempat ditutupi oleh lapisan es.