TRIBUNTRAVEL.COM - Di Selandia Baru, tepatnya di selatan Hawke's Bay berdirilah sebuah bukit besar.
Yang buat bukit ini dikenal banyak orang bukan karena keindahannya, melainkan karena saking panjangnya nama tempat tersebut.
Bukit ini dikenal dengan nama "Taumata whakatangi hangakoauau o tamatea turi pukakapiki maunga horo nuku pokai whenua kitanatahu".
Jika diterjemahkan kira-kira menjadi "puncak di mana Tamatea, pria dengan lutut besar, yang meluncur, memanjat dan menelan gunung, memainkan serulingnya ke kekasihnya.”
Cukup panjang bukan?
Untuk keringkasan, bukit ini pun sering disingkat menjadi Taumata.
Dilansir TribunTravel.com dari amusingplanet.com, Taumata saat ini terdaftar Guinness World Records sebagai nama tempat terpanjang di dunia.
Nama tempat ini mengandung 85 huruf.
Namun versi lain dari nama tersebut justru menyebutkan jika mengandung 105 huruf.
• Menengok Kisah Dibalik Goa Waitomo di Selandia Baru yang Punya Bintang-bintang Biru di Dalamnya
• 3 Alasan Kenapa Harus Berlibur di Selandia Baru, Wajib Coba Bungee Jumping dan Sky Diving!
Versi khusus ini berarti, "bukit tempat Tamatea, orang yang ditiup dari jauh, memiliki penis celah, menyerempet lututnya mendaki gunung, jatuh di bumi, dan mengelilingi tanah, memainkan hidung-seruling untuk orang yang dicintainya" semacam itu.
Mitosnya dulu ada seorang pria gendut, Taumata dengan nafsu makan yang cukup rakus.
Dia dalah seorang penjelajah terbesar di Selandia Baru.
Taumata digambarkan sebagai sosok Māori Marco Polo.
Taumata mengelilingi pulau-pulau Utara dan Selatan dan juga menjelajahi pedalaman, yang kadang-kadang disebut sebagai orang yang "mengelilingi tanah", atau "Taumata penjelajah tanah."
Menurut legenda setempat, Taumata melakukan perjalanannya melalui jalur belakang Porangahau.
Dalam perjalannya dia bertemu suku lain dan harus melawan mereka demi bisa melanjutkan perjalanan.
• Bioskop di Selandia Baru Larangan Penonton yang Gunakan Piyama san Sepatu Bot Masuk Gedung Teater
• Bisa Ditiru! Bukan Dibuang atau Dibakar, Warga Selandia Baru Malah Gantung Sampah Jadi Pagar Jalanan
Sayang selama pertarungan dengan etnis setempat, saudaranya justru terbunuh.
Tewasnya saudara Taumata memunculkan kesedihan mendalam pada dirinya.
Setiap pagi dia bahkan duduk di atas bukit sambil memainkan ratapan kesedihannya dengan apa yang disebut koauau.
Kōauau adalah seruling kecil tetapi dimainkan melalui hidung.
Karena kisah itulah kemudian bukit tersebut diberi nama yang amat panjang yang sesuai dengan kisah hidup Taumata.
Taukah traveler, jika bukit ini sebenarnya terlihat sangat biasa.
• Kunjungi 5 Tempat Wisata Ini Bagai Berada di Negeri Dongeng, Gua Glowworm di Selandia Baru Keren!
• 5 Destinasi Rahasia di Selandia Baru yang Tak Boleh Dilewatkan, Mulai Waitaki hingga The Catlins
Namun meski bukit tersebut nampak biasa saja, papan nama yang pajang jadi lokasi paling laris untuk foto selfie.
So, sudahkah traveler mengeja namanya dengan benar?
(TribunTravel.com, Tertia Lusiana)