Laporan Wartawan TribunTravel.com, Rizki A Tiara
TRIBUNTRAVEL.COM - Pembahasan mengenai keluarga kerajaan memang selalu menarik.
Satu keluarga kerajaan yang jadi sorotan utama dunia adalah kerajaan Inggris.
Mulai dari event kelahiran, pernikahan, hingga kematian dalam kerajaan tersebut akan memenuhi headline berita.
Tak heran jika memang demikian, keluarga kerajaan Inggris merupakan satu monarki terbesar di dunia.
Bahkan, pada 1922 kerajaan Inggris telah menguasai 22,6 persen wilayah daratan dunia dan 20 persen populasi dunia saat itu.
Bicara tentang kerajaan di dunia ini, masih ada beberapa kerajaan kecil yang juga menarik untuk dibahas.
Pasalnya, pada abad ke-20 banyak monarki yang berganti dengan bentuk negara republik.
Namun, masih ada banyak negara yang dan unit politik kecil yang mempertahankan monarkinya.
Kini ada enam negara yang memiliki kerajaan-kerajaan terkecil di dunia, sebagaiaman dikutip TribunTravel.com dari laman britannica.com.
1. Swaziland

Raja Mswati III, penguasa Swaziland saat ini adalah satu di antara 60 putra Raja Sobhuza II dari salah satu dari 70 istrinya.
Pada ulang tahunnya yang ke-40, Raja Mswati memiliki lebih dari selusin istri.
Gaya hidup mewah dari keluarga kerajaan Swaziland sangat jauh berbeda dengan populasi umum di negaranya yang memiliki prevalensi HIV/AIDS tinggi serta kasus kelaparan dan kemiskinan.
Hewan ternak adalah bagian penting dari kehidupan Swazi.
Tidak hanya menyediakan pekerjaan dan susu, tetapi hewan ternak juga berfungsi sebagai penyimpan kekayaan dan diberikan sebagai mahar pengantin.
Pusat tradisional kehidupan Swazi adalah desa kerajaan di Ludzidzini, tempat raja memiliki kandang sapi kraal.
2. Lesotho

Lesotho adalah kerajaan di wilayah pegunungan dengan luas 30.355 km persegi yang wilayahnya dikelilingi Republik Afrika Selatan.
Negara monarki konstitusional ini berdiri sejak Gun War (1880-1881), konflik Afrika Selatan di mana rakyat Sotho dari Basutoland berhasil berjuang mendapat kemerdekaan setelah kerajaan ini dianeksasi kekuatan kolonial dari Cape Colony.
Hasil akhir dari perang ini adalah perpindahan tanggung jawab Cape Colony untuk Basutoland langsung kepada pemerintah Inggris pada 1884.
Status administratifnya yang berbeda berarti Basutoland tidak lagi menjadi bagian dari Uni Afrika Selatan pada 1910.
Akhirnya kerajaan ini memperoleh kemerdekaan dari Inggris pada 1966 sebagai negara Lesotho.
3. Brunei Darussalam

Kesultanan Brunei Darussalam yang kaya akan minyak, memiliki sultan sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan.
Kesultanan Islam, yang menguasai wilayah 5.765 km persegi memproklamasikan kemerdekaan baru pada 1984.
Selama hampir satu abad sebelumnya, kerajaan ini adalah protektorat Inggris.
Mulai 1990, sultan mendorong masyarakatnya untuk berpegang teguh pada prinsip-prinsip tradisional Islam.
Pada 2014, Brunei mengisi headline berita internasional berkat ditetapkannya undang-undang hukum pidana Syariah yang tegas untuk berbagai kasus kriminal di negaranya.
4. Tonga

Kerajaan Tonga terdiri dari 170 pulau di Samudera Pasifik barat daya yang luas wilayah daratannya hanya 748 km persegi.
Tonga telah menjadi negara monarki konstitusional sejak 1875.
Satu di antara pemimpinnya yang paling terkenal adalah Ratu Salote Tupou III, yang memerintah dari 1918 sampai wafatnya pada 1965.
Ratu ini dicintai tidak hanya oleh orang-orang Tonga tetapi juga orang-orang Inggris.
Pasalnya, Ratu Salote Tupou III datang pada penobatan Ratu Elizabeth II tahun 1953 di London.
Ratu Salote terkenal dengan sikapnya yang hangat dan bermartabat.
Ia juga menolak menaikkan bagian penutup atas keretanyanya saat dia melintasi jalanan London yang saat itu diguyur hujan.
Ratu Salote tetap tersenyum dan melambai kepada orang banyak meski hujan membasahi wajahnya.
5. Bhutan
Sampai akhir abad ke-20, kerajaan Buddha Bhutan masih terisolasi.
Saat itu, dengan luas wilayah 38.394 kilometer persegi di Himalaya, kerajaan Bhutan adalah monarki absolut.
Kerajaan ini tidak memiliki kode hukum atau pengadilan, dan rajanya memerintah secara otokratis.
Pada akhir 1990-an, Raja Jigme Singye Wangchuk melepaskan kekuasaan absolutnya dan mendorong reformasi demokratis.
Pada 1999 pemerintah Bhutan mengizinkan siaran televisi dan penggunaan Internet untuk pertama kalinya.
6. Wallis dan Futuna

Kepulauan Polinesia, Wallis dan Futuna, dengan total luas daratan hanya 140 kilometer persegi, merupakan kolektivitas luar negeri Prancis yang diatur oleh seorang administrator kepala yang ditunjuk oleh Prancis.
Namun, Wallis dan Futuna juga terdiri dari tiga kerajaan tradisional yang masih diperintah oleh para pemimpin terpenting yang dipilih oleh rakyat mereka.
Raja Wallis yang paling terakhir, Kapeliele Faupala, dinobatkan pada Juli 2008 dan diturunkan dari tahta oleh para pemimpin tradisional pada September 2014.
Raja Wallis adalah anggota terakhir dari dinasti Takumasiva, yang telah memerintah Wallis sejak 1767.
Namun, pada 1818-1820 Wallis diperintah oleh dinasti Kulitea.
Futuna memiliki dua kepala suku: Sigave, yang saat ini dipimpin oleh Polikalepo Kolivai.
Dan Tu'a, yang sempat tidak memiliki penguasa selama empat tahun hingga Petelo Sea menduduki tahtanya pada 17 Januari 2014.