Laporan Wartawan TribunTravel.com, Rizki A Tiara
TRIBUNTRAVEL.COM - Setiap orang memiliki sisi keunikan tersendiri dalam sisi psikologis yang dimilikinya.
Sehingga menjadi satu hal yang menarik apabila kita dapat mengenal sisi psikologis dalam diri lebih jauh.
Mengetahui sisi psikologis dalam diri seseorang dapat dilakukan dengan cara mengamati kebiasaan atau hal-hal yang secara tak sadar ia lakukan.
Seperti 9 hal yang dirangkum TribunTravel.com dari laman Brightside berikut.
1. Menurunkan atau mematikan volume radio/musik ketika menyetir di tempat-tempat yang asing.
Bayangkan kamu sedang mengemudi ke tempat yang asing.
Kemungkinan kamu akan berhenti berbicara dengan penumpang lain, mengecilkan atau mematikan volume radio sepenuhnya dan fokus di jalan agar tidak tersesat.
Seorang profesor di Departemen Psikologi dan Ilmu Otak di Universitas Johns Hopkins, Dr. Steven Yantis membuktikan pada saat ketika kita memfokuskan perhatian kita untuk mendengarkan, kita kurang memperhatikan informasi visual yang diperoleh otak kita.
Itulah alasan mengapa kita sering menonaktifkan suara musik sekitar atau memilih diam sehingga kita tidak akan salah belok saat mengemudi.
2. Menggerak-gerakkan tangan saat berbicara.
Jika tangan tidak sibuk atau memegang sesuatu selama percakapan, kita biasanya mulai aktif menggerak-gerakkan tangan sendiri.
Ternyata itu adalah hal yang sangat normal.
Profesor Andrew Bass, dari Cornell University, menemukan selama penelitiannya bahwa insting kita untuk menggerak-gerakkan tangan selama percakapan adalah bagian dari evolusi manusia.
Para ilmuwan menelusuri bagaimana jaringan syaraf di otak yang membantu kita menggerakkan tangan dan berbicara telah berkembang sedemikian rupa.
Serta menemukan bahwa sinyal sosial yang digunakan burung dan mamalia (termasuk manusia) berasal dari otak belakang ikan.
Iya, sejumlah ilmuwan memang menduga nenek moyang manusia adalah ikan purba.
Itulah sebabnya mengapa aktivitas berbicara yang bergabung dengan gestur tubuh memang menjadi bagian dari evolusi.
3. Kita cenderung memarkirkan mobil di dekat mobil lain di area parkir yang sangat longgar.
Perilaku ini dijelaskan oleh fakta manusia adalah makhluk sosial.
Kita cenderung mengikuti orang banyak dan itu sebabnya dalam situasi normal, secara otomatis kita memarkir mobil di dekat satu-satunya mobil lain yang ada di tempat parkir.
Rob Henderson, seorang asisten peneliti di Yale University menganalisis penelitian tentang topik ini dan menguraikan beberapa alasan mengapa seseorang mengikuti kerumunan.
Satu di antaranya adalah karena jumlah produk dan layanan di sekitar kita meningkat tajam.
Kita cenderung tidak punya cukup waktu untuk mencoba semuanya.
Itu sebabnya kita memilih menggunakan hal-hal yang sudah digunakan oleh mayoritas orang.
Itu juga menjadi alasan mengapa dalam iklan kita sangat sering mendengar pernyataan 'produk ini direkomendasikan oleh 9 dari 10 ahli.'
Begitulah cara pengiklan mendorong kita untuk mengikuti mayoritas orang.
4. Laki-laki tidak menggunakan toilet atau urinal yang bersebelahan.
Toilet umum bukanlah tempat yang menyenangkan bahkan meskipun keadaannya sangat bersih.
Masalahnya, ruang pribadi dan privasi merupakan penting bagi kita semua.
Namun, ada juga pengecualian, yakni bagi orang yang tidak tahu malu dan tidak bijaksana.
Bagaimanapun, sebagian besar pria tidak ingin menggunakan toilet di bawah tatapan mata pria lain.
Itulah alasan mengapa pria lebih suka menggunakan urinal yang terletak agak jauh dari satu sama lain.
5. Kita tidak akan memakan potongan pizza atau donat terakhir.
Fakta ini cukup aneh karena berlawanan dengan berbagai penelitian yang mengkaji permasalahan defisiensi.
Penelitian mengatakan, semakin langka suatu barang, semakin besar keinginan kita untuk memilikinya.
Itulah kenapa di berbagai iklan penjualan, kita sering mendengar produk yang ditawarkan terbatas jumlahnya.
Namun, ilmuwan Daniel A. Effron dan Dale T. Miller dari Stanford University telah menyimpulkan dalam penelitian mereka, orang-orang dalam keramaian tidak akan mengambil potongan pizza atau donat terakhir, atau permen karet terakhir dalam kemasan karena mereka merasa berhak memilikinya.
Para spesialis menyebut fenomena ini sebagai difusi hak.
6. Pria memilih untuk tidak menanyakan arah.
Menurut survei TrekAce, hanya 6% pria yang mengatakan mereka akan menanyakan jalan kepada orang asing jika tersesat.
Bahkan dalam studi yang sama, ditemukan rata-rata pria cenderung harus menempuh jarak ekstra sekitar 900 mil dalam 50 tahun hidup mereka karena mereka menolak untuk menanyakan arah sehingga mereka tersesat.
Mark Goulston M.D. mencoba menjelaskan alasannya.
Menurutnya, para pria tidak meminta bantuan ketika sadar bahwa mereka tersesat karena mereka tidak ingin dipandang tidak kompeten, rentan, atau bahkan merasa dipermalukan.
7. Menahan pintu untuk orang lain lewat.
Dari masa kanak-kanak, kita telah diajari untuk menahan pintu untuk orang lain karena itu adalah hal yang benar dan sopan.
Namun, adakah hal lain selain keinginan kita untuk bersikap sopan yang mendorong kita melakukannya?
Para ilmuwan berpikir 'ya.'
Dalam sebuah artikel yang ditulis oleh Joseph Santamaria dan David Rosenbaum, disebutkan kita menahan pintu untuk orang lain untuk meminimalisir pekerjaan atau energi kolektif.
Hal ini berarti bahwa orang yang lewat saat kamu menahan pintu tidak perlu menghabiskan energinya sendiri.
Sementara waktu berikutnya, ketika seseorang memegang pintu untuk kamu, ini juga akan mencegah kamu menghabiskan energimu sendiri.
Nyatanya, hal itu melambangkan "aturan moralitas", yakni memperlakukan orang dengan cara sama sebagaimana kamu ingin diperlakukan orang lain.
8. Kita memposisikan kaki mengarah pada seseorang yang kita anggap menarik.
Bukan hanya posisi tubuh itu sendiri yang penting dalam percakapan, tetapi juga posisi kaki.
Jika kaki teman kencanmu tidak mengarah padamu, tetapi badannya masih mengarah padamu berarti ia tidak tertarik dengan obrolan kalian atau bahkan tidak tertarik padamu.
Joe Navarro M.A. dalam bukunya What Every BODY is Saying, menjelaskan semua itu berasal dari sifat kita.
Tubuh memastikan agar kaki kita dapat bereaksi dengan cepat jika ia merasakan ancaman.
Itu adalah naluri bertahan hidup.
Kita tetap menyilangkan kaki ketika kita merasa nyaman, misalnya, ketika kita sendirian di lift.
Namun, kita akan segera melonggarkan kaki jika ada sekelompok orang asing yang datang.
Hal ini adalah upaya perlindungan diri, sehingga dapat melarikan diri dengan cepat jika terjadi sesuatu.
Karena itu, ketika seseorang merasa bosan atau tidak tertarik saat mengobrol dengan kita, kakinya juga akan mengarah ke luar atau orang lain.