Breaking News:

Tak Cuma Binatang Langka, Pasar di China Jual Mantel yang Terbuat dari Kucing Rumahan, Kejam!

Kini, bukan kulit atau bulu dari binatang yang terancam punah saja yang jadi komoditas perdagangan demi memutar roda ekonomi manusia.

dailymail.co.uk

Laporan Wartawan TribunTravel.com, Rizki A Tiara

TRIBUNTRAVEL.COM - Sudah umum diketahui, binatang telah dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan manusia.

Satu di antaranya melalui pemanfaatan kulit untuk berbagai macam barang.

Namun, terkadang manusia juga kelewatan dalam memanfaatkan produk-produk dari binatang.

Kali ini, bukan kulit dari binatang yang terancam punah saja yang jadi komoditas perdagangan demi memutar roda ekonomi manusia.

Tetapi juga kulit binatang yang lazim dipelihara.

Yakni, kucing.

Dikutip TribunTravel.com dari laman Daily Mail, sebuah video menunjukkan adanya rompi atau mantel berbagai jenis yang terbuat dari bulu kucing dijual secara terang-terangan di sebuah pasar di China.

Pasar tradisional di Hohhot, ibu kota Mongolia Dalam ini menjual berbagai jenis barang aneh dan mengerikan yang ilegal.

Termasuk cakar harimau, tanduk antelope langka, dan anak-anak anjing.

2 dari 4 halaman

Hohhot adalah kota kecil yang terletak sekitar lima jam perjalanan dari Beijing.

Tidak seperti di wilayah lain di China, kucing rumahan sangat langka di wilayah Hohhot meskipun jumlah limbah makanan dan populasi hewan pengerat di sana sangat besar.

Dari rekaman video pasar di Hohhot, agaknya dapat diketahui alasan kenapa kucing rumahan sangat langka.

Di pasar tersebut, banyak gulungan bulu kucing yang dipajang dan dijual secara legal.

(dailymail.co.uk)
(dailymail.co.uk)
Bulu-bulu kucing itu memiliki beragam warna dan pola.

Seperti hitam atau putih polos, abu-abu, belang, oranye, atau bertotol-totol.

Warnanya pun sangat mirip seperti kucing yang lazimnya menjadi peliharaan di rumah.

Label pada satu di antara mantel itu tertulis: "Bulu kucing asli, jangan sentuh jika Anda tidak ingin membeli."

Turis asing di wilayah Mongolia Dalam sangat sedikit, sehingga harga yang dipatok untuk satu rompi bulu kucing tersebut adalah harga lokal, yang jika dirupiahkan menjadi sekitar Rp 477 ribu.

Rompi bulu kucing ini dijual secara terbuka, bahkan ada juga yang dijual di bandara.

(dailymail.co.uk)

Hal ini tentu menyoroti permasalahan eksploitasi binatang dan perdagangan satwa di China.

3 dari 4 halaman

Elisa Allen, Direktur dari organisasi People for the Ethical Treatment of Animals (PETA) di Inggris, mengatakan, "Setiap tahun di China, banyak sekali kucing - beberapa masih mengenakan kalung identitas - diculik untuk digantung dan kehabisan darah sampai mati, atau dicekik dengan tali kawat."

"Sehingga bulunya dapat digunakan untuk keperluan busana dan membuat pernak-pernik, beberapa di antaranya tentu diekspor ke negara lain."

Sebenarnya, parlemen di Beijing tahun ini memberlakukan larangan gading secara total dan telah melihat hasil yang menjanjikan.

Namun, China masih saja memicu kemarahan dunia dengan tradisi perdagangan satwa liarnya.

Anjing juga dibunuh untuk mendapatkan bulu dan kulit mereka di China, negara eksportir bulu terbesar di dunia.

Wilayah Mongolia Dalam sendiri masih memberlakukan hukum otonomi yang mengatur tentang barang apa saja yang bisa dijual di pasar jalanan.

Termasuk kulit rubah, marmut, rusa, cakar harimau, dan bahkan kepala beruang.

Dalam rekaman video yang dibuat bulan lalu itu, kios yang sama juga menjual kostum anak tradisional Mongolia berwarna cerah dan sepatu Ugg.

Menanggapi rekaman gulungan bulu kucing untuk dijual, Allen mengatakan, "PETA Asia menemukan pasar anjing-anjing yang mengerikan di China, di mana anjing dipukul sampai mati dengan tongkat dan kulit mereka diolah menjadi sarung tangan."

"Sarung tangan dari bulu anjing ini kemudian diberi label lain dan dikirim ke Eropa dan Amerika Serikat."

4 dari 4 halaman

Sehingga PETA menyarankan semua orang yang melihat foto dan rekaman video ini atau yang berkeinginan membeli produk bulu binatang untuk segera menghentikan minatnya terhadap bulu binatang.

Pasalnya, itu adalah praktik yang teramat kejam.

Selanjutnya
Sumber: Tribun Travel
Tags:
HohhotMongolia DalamPETAChina Museum PETA
BeritaTerkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved