TRIBUNTRAVEL.COM - Gunung Merapi kembali mengeluarkan letusan freatik yang membuat warga geger, Jumat (11/5/2018).
Hingga saat ini, Gunung Merapi disebut sebagai satu gunung paling aktif di dunia dan diyakini bisa meletus sewaktu-waktu.
Satu legenda paling terkenal dan menggema di telinga masyarakat mengenai keangkeran Gunung Merapi adalah misteri Pasar Bubrah.
Disebut Pasar Bubrah lantaran hawa mistis dan cerita keangkerannya telah berkembang dan melekat bagi warga sekitar.
Konon kabarnya, tempat tersebut disebut sebagai pasarnya para jin.

Selain itu, Gunung Merapi kerap disangkut-pautkan dengan tokoh mistis bernama Mak Lampir yang sangat kesohor di kalangan penikmat sandiwara radio.
Kisah-kisah tersebut konon bukanlah isapan jempol belaka, banyak masyarakat yang mengamini kisah tersebut.
Bahkan cerita tersebut sudah lama berkembang di masyarakat.
Hal ini sudah menjadi rahasia umum jika gunung yang berada di perbatasan Jawa Tengah dan Yogyakarta ini adalah kawasan angker.
Selain itu, juru kunci Gunung Merapi bernama Mbah Marijan juga sempat beberkan mengenai keberadaan kerajaan gaib di Pasar Bubrah.
Bagi para pendaki, kisah-kisah tersebut tidaklah asing di telinga mereka.
Mereka kerap mendengar tawar-menawar di daerah tersebut, layaknya transaksi manusia di sebuah pasar.
Jika pendaki ingin mengambil benda apapun dari tempat tersebut seperti batu, harus meninggalkan uang recehan dengan menjatuhkannya ke tanah.
Selain kisah mistis yang menyelimuti daerah tersebut, Pasar Bubrah juga terkenal lain daripada yang lain, dari semua lokasi di Gunung Merapi.
Tempatnya yang tandus dan gersang berbeda dengan keadaan lereng dan gunung pada umumnya yang dipenuhi tanaman-tanaman hijau, dan segar.

Pasar Bubrah merupakan kawasan yang berada paling dekat dengan puncak sekaligus batas pendakian Gunung Merapi.
Di sini, biasanya pendaki mendirikan tenda karena tanahnya cukup datar, meski angin yang bertiup cukup kencang dan berbatu.
Sabagai gunung aktif, Pasar Bubrah adalah pos sekaligus tempat terakhir untuk para pendaki.
Hal ini terjadi usai sebuah insiden menewaskan seorang pendaki bernama Eri jatuh ke kawah Merapi di puncak Garuda, pada 2015 silam.
Untuk itulah para pendaki diharapkan berhenti di Pasar Bubrah mengingat kondisi puncak gunung yang bisa mengancam nyawa sewaktu-waktu.
Berbicara mengenai Pasar Bubrah tempat ini adalah satu tempat yang di Gunung Merapi yang disebut jauh dari kesan subur.
Disebut demikian karena tempat ini adalah satu-satunya sisa dari letusan gunung merapi di mana kontur tanahnya dipenuhi dengan batuan vulkanik.
Pada lokasi tersebut banyak batu-batuan besar yang merupakan sisa-sisa letusan Gunung Merapi.
Menurut sebuah penelitain menyebutkan Merapi Baru terbentuk 2.000 tahun lalu hingga sekarang, ditandai dengan pembentukan kerucut Merapi di dalam kawah Pasar Bubrah.
Selama periode Merapi baru, terjadi beberapa kali letusan eksplosif.
Letusan besar Merapi diperkirakan pernah menutup Candi Sambisari di Kalasan, Yogyakarta, berjarak sekitar 23 kilometer dari puncak gunung, seperti dikutip dari Kompas.com.
Letusan Merapi bertipe plinian, dengan ciri tekanan gas sangat kuat karena pengaruh jenis magma yang kental dan bersifat asam, membentuk kolom letusan vertikal dengan ketinggian bisa mencapai 25 kilometer.
Selain itu sisa-sisa dari letusan tersebut juga menimbulkan bau menyengat belerang dari tanah di sekitaran Pasar Bubrah.
Tipe letusannya tetap luncuran awan panas, tetapi kecepatan proses dan intensitasnya sedemikian besar.
Awan panas atau disebut pyroclastic flow adalah aliran gas dari dalam perut gunung api yang membawa material batu, kerikil, pasir, dan debu, yang kini ada di Pasar Bubrah.
Kecepatan aliran tersebut bisa mencapai 100 km per jam, tergantung tekanan yang keluar dari dalam.
Artikel ini telah tayang di intisari.grid.id dengan judul Terkenal sebagai Pasar Setan, Begini Kebenaran Pasar Bubrah Gunung Merapi di Mata Sains