TRIBUNTRAVEL.COM - Kementerian Pariwisata (Kemenpar) merancang beberapa strategi pemasaran memenuhi target kunjungan 20 juta wisatawan mancanegara (wisman) dan 375 juta pergerakan wisatawan nusantara (wisnus) pada 2020.
Deputi Bidang Pemasaran 1 Kementerian Pariwisata, I Gde Pitana mengatakan, untuk memenuhi angka tersebut dibutuhkan strategi-strategi pemasaran yang bagus.
Hal tersebut akan terus dievaluasi tiap tahun.
"Pak Menteri (Arief Yahya) memang mengubah struktur dan beberapa strategi untuk memenuhi 'angka keramat' (target wisatawan) itu," tutur I Gde Pitana, saat audiensi Forum Wartawan Pariwisata (Forwapar) di Kementerian Pariwisata, Jakarta, Senin (7/5/2018).
1. Menurunkan biaya konektivitas
Strategi ini sering disebut dengan nama hot deals, yaitu menurunkan biaya konektivitas saat pasar menurun.
Banyak industri yang terkait dengan pariwisata ketika low season mengalami penurunan pendapatan.
Padahal biaya operasional mereka tetap harus berjalan.
Hal inilah yang dimanfaatkan Kemenpar.
"Ada 22 ribu seat feri dari Singapura ke Kepulauan Riau, tapi saat low season paling hanya terisi 40 persennya."
"Kami mau 60 persennya dijual murah saat low itu," terang Pitana.
Demikian juga untuk hotel dan atraksi lain.
Seperti golf di Bintan, yang sangat penuh di akhir pekan tetapi kosong di hari kerja.
"Jika akomodasi, transportasi, dan atraksi tersebut dikumpulkan dengan harga murah, akan jadi promo hingga diskon 70 persen."
"Namanya teori excess capacity," tutur Pitana.
Contoh paket yang tahun ini telah dijual ialah paket hot deals untuk wisman Singapura.
Dengan Rp 580.000 per orang sudah termasuk feri, penginapan, dan golf di Bintan.
"Ini tidak akan rugi. Karena ketika kosong itu tetap harus menggaji pekerja (operational cost)."
"Mending dijual dengan harga murah, dari pada nol pemasukan," terang Pitana.
2. Competitive Destination Model (CDM)
Strategi CDM juga bersifat online, dimana wisatawan di seluruh dunia "dibombardir" informasi pariwisata Indonesia.
"Jadi sistem kerjanya gini, kalau ada yang search air terjun di Baidu, nanti akan disajikan berbagai informasi tentang air terjun di Indonesia," jelas Pitana.
Cara itu juga diaplikasikan di beberapa media sosial lainnya, seperti Instagram dan Facebook.
3. Subsidi bagi wisatawan mancanegara
Program terakhir ini disebut dengan insentive sales, yaitu bekerja denga maskapai charter dan beberapa wholesale yang membawa wisman ke Indonesia.
Maskapai atau agen luar negeri yang membawa wisman ke Indonesia dengan tujuan tertentu, akan diberi subsidi tergatung banyaknya dan lamanya wisatawan mengunjungi Indonesia.
"Syaratnya khusus penerbangan charter dan tujuannya selain Jakarta dan Bali, karena kalau itu (Jakarta dan Bali) tidak perlu di subsisdi sudah ramai," tuturnya.
Hal ini dianggap akan cepat banyak mendatangkan wisatawan dengan jumlah besar, yang bisa menaikkan pendapatan langsung masyarakat.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "3 Strategi Pemasaran Baru Pariwisata Indonesia Hingga 2020"