Laporan Wartawan TribunTravel.com, Rizki A Tiara
TRIBUNTRAVEL.COM - Masih berpikir plastik adalah hal yang sepele?
Mungkin, berita tentang gajah di Sri Lanka ini dapat menggugah kesadaran kita semua akan bahaya plastik.
Dikutip TribunTravel.com dari laman Daily Mail, sekumpulan gajah terlihat oleh kamera drone sedang mengaduk-aduk tumpukan makanan busuk di tempat pembuangan sampah di Sri Lanka.
Gajah-gajah itu terpaksa merambah tempat pembuangan sampah setiap harinya untuk mencari makan.
Dibuat pada Selasa (23/4/2018) kemarin, rekaman tersebut diawali dengan 15 gajah, termasuk tiga anak gajah, menghampiri tempat pembuangan tersebut di area di Deegawapiya.
Kemudian, kumpulan gajah tersebut berlari setelah mendapatkan apa yang bisa mereka makan.
Wasantha Chandrapala, reporter freelance di Ampara di Sri Lanka bagian timur yang merekam video tersebut menyatakan, hal ini merupakan kejadian sehari-hari.
"Ini adalah rutinitas harian di daerah ini," kata pria berusia 45 tahun itu.
"Penduduk Akkaraipattu, Sammanthurai membuang sampah mereka di puncak bukit pada malam hari dan gajah-gajah dari hutan terdekat Kalmunai Dhigavapi datang setiap pagi untuk mengais-ngais makanan sisa."
'Sungguh memilukan melihat gajah memakan plastik dan limbah kimia beracun."
"Ini menyebabkan masalah kesehatan yang serius pada hewan tersebut hingga jatuh sakit. Beberapa di antaranya bahkan mati."
Sejauh ini, enam gajah telah mati karena memakan zat beracun di Ampara.
Dan sementara para gajah tidak pernah menyerang penduduk desa, kunjungan rutin mereka ke tempat pembuangan sampah melalui ladang mengakibatkan panenan penduduk rusak.
Masalah ini telah menjadi keprihatinan bagi para penduduk.
Mereka telah bertanya kepada petugas satwa liar mengapa langkah-langkah yang tepat belum diambil dan mengapa pagar di sekitar TPA masih belum dipasang.
Dokter bedah hewan Dr. Nihal Pushpakumara dari Departemen Konservasi Satwa Liar Ampara, mengatakan gajah yang mati perutnya penuh dengan polietena.
"Ini terjadi karena kurangnya pemeliharaan yang tepat dari kota," katanya.
"Sekarang, pagar gajah telah dibangun secara permanen setelah para penduduk marah melihat fakta gajah makan sampah."
Dia menambahkan, "Pusat pembuangan sampah yang didirikan di daerah Deegawapiya di Ampara tidak dipagari dan dipelihara dengan baik, karena perawatan dan pengelolaan yang buruk, gajah-gajah itu datang setiap hari dan memakan makanan busuk di tempat ini, yang bercampur dengan polietilena dan bahan kimia lainnya."
"Gajah tidak hanya memakan sampah ini, tetapi juga merugikan penduduk desa dan lahan budidaya."
"Penduduk desa mengatakan pada waktu menjelang malam orang tidak dapat keluar rumah untuk kebutuhan mendesak karena mereka takut pada gajah."
Pada Mei tahun lalu, pihak berwenang di Sri Lanka telah melarang pembuangan sampah terbuka dekat tempat perlindungan satwa liar untuk mencegah gajah mencari makan sisa-sisa makanan yang membusuk yang membahayakan nyawa mereka.
Sebagai langkah awal, pihak berwenang memerintahkan pagar listrik didirikan di sekitar lebih dari 50 tempat pembuangan di dekat habitat gajah untuk menjauhkan mamalia besar itu.
'Sekitar 300 gajah liar tinggal di sekitar tempat pembuangan sampah. Ketika gajah mengonsumsi limbah yang dipenuhi bakteri ... itu memperpendek umur mereka," kata pemerintah dalam sebuah pernyataan.
Pemerintah setempat mengatakan pihaknya akan melarang penduduk membuang limbah padat di tempat terbuka, dan akan diminta untuk membangun pabrik daur ulang dan menggunakan metode pembuangan sampah yang aman.
Gajah dihormati dalam agama Buddha, agama mayoritas di Sri Lanka, dan dilindungi oleh hukum.
Populasi gajah liar di Sri Lanka diperkirakan sekitar 7.500, serta ada 200 gajah domestik yang hidup di negara tersebut.