TRIBUNTRAVEL.COM - Berada di ujung barat daya Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang, selama tiga tahun terakhir ini, Puthuk Mongkrong menjadi alternatif para wisatawan dalam memburu panorama alam di kala matahari terbit (sunrise).
Bagi sebagian orang, mungkin nama tersebut terdengar cukup asing di telinga.
Tetapi dari sisi keindahan dan apa yang didapat, diklaim pihak pengelola Puthuk Mongkrong tidak akan kalah bahkan melebihi dibandingkan puthuk lain, seperti Puthuk Setumbu, Puthuk Sukmoyo, ataupun Puthuk Gupakan.
Ada satu keistimewaan yang ditawarkan dan diperoleh para wisatawan ketika berada di Puthuk Mongkrong yang berada di Dusun Onggosoro Desa Giritengah –perbatasan dengan Giripurno—Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang tersebut.
“Cobalah datang ke Puthuk Mongkrong pada pertengahan Juni. Dalam kondisi cuaca cerah, di titik spot Jembatan V tersebut, pengunjung bisa menyaksikan sunrise muncul di tengah-tengah antara Gunung Merbabu dan Gunung Merapi,” jelas Pengelola Puthuk Mongkrong Budi Aryanto.
Kepada Tribunjateng.com, beberapa waktu lalu, Budi mengutarakan, pada jembatan kayu yang membentuk huruf V serta menjorok ke tepian jurang bukit tersebut, selama ini memang menjadi daya tarik tersendiri.
“Di tiap pertengahan Juni, lokasi tersebut seakan-akan menjadi titik yang direbutkan para pemburu foto, tak terkecuali yang senang berswafoto. Sudut tepi jembatan itu jika digaris lurus, berada tepat di tengah antara Gunung Merbabu dan Gunung Merapi,” jelasnya.
Dia menggambarkan, munculnya sinar matahari tersebut dimulai sekitar pukul 04.30.
Sebelah kanan bakal terlihat jelas badan serta puncak Gunung Merapi. Lalu kiri, adalah Gunung Merbabu.
“Selain itu, juga bakal terlihat jelas juga beberapa landscape alam yang menakjubkan. Seperti Gunung Sumbing di sebelah barat, Gunung Suroloyo di sebelah selatan dan di sepanjang Puthuk Mongkrong, adalah Perbukitan Menoreh,” lanjut Penanggungjawab Puthuk Mongkrong Rubiyanto (41).
Rutin Diperbarui
Demi membuat daya tarik dan mengurangi kebosanan para pengunjung, lanjutnya, pengelola pun senantiasa mencoba melakukan berbagai penyegaran atau pembaruan.
Secara rutin tiap enam bulan, ada spot-spot baru.
“Saat ini, di sini ada sekitar 4 spot buatan untuk pengunjung berswafoto. Lalu untuk mereka yang ingin bersantai-santai, ada 4 gazebo. Sebagai pendukungnya, ada tempat untuk buang air kecil, hingga warung yang menyediakan makanan serta minuman,” jelasnya.
Tak sekadar itu, lanjut Rubi –sapaan akrab Rubiyanto-, pengunjung juga memperoleh fasilitas Wifi secara gratis yang didirikan oleh PT Telkom Indonesia.
Dan bagi pengguna Telkomsel, mereka bisa secara langsung mengupload hasil bidikannya ke sosial media.
“Di sini ramainya pada pagi atau sore hari. Jika di hari libur, bisa mencapai 750 pengunjung. Hari-hari biasa rata-rata sekitar 300 pengunjung. Dan di antara mereka, untuk sementara ini memang wisatawan lokal (domestik),” terangnya.
Adapun bagi mereka yang ingin menuju Puthuk Mongkrong, tiket yang harus dibayarkan adalah Rp 10 ribu per orang.
Untuk biaya parkir sepeda motor Rp 2 ribu. Apabila butuh guide, pengunjung bisa membayarnya secara sukarela.
“Kami memang larang pengunjung memakai mobil pribadi apalagi bus. Hal tersebut demi keselamatan. Sebab, untuk menjangkau lokasi, medannya cukup terjal dan agak membahayakan,” terang Rubi.
Sehingga bagi pengunjung pengguna mobil, tuturnya, bakal diarahkan untuk diparkir di Suttle Balai Perekonomian Masyarakat Desa (Balkondes) Giritengah. Di lokasi tersebut, disediakan jasa ojek dimana biayanya hanya Rp 25 ribu untuk pergi-pulang.
Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul Juni, Waktu Pas Berburu Sunrise di Puthuk Mongkrong Magelang.