Breaking News:

Ternyata, Inilah Rahasia Olahan Bebek Tepi Sawah yang Buatmu Nggak Perlu Khawatir Soal Kolesterol

Para pecinta hidangan bebek pasti tidak asing lagi dengan nama Bebek Tepi Sawah. Ternyata, inilah rahasia olahan bebek di sana.

Editor: Sri Juliati
KOMPAS.com/MUHAMMAD IRZAL ADIAKURNIA
Hidangan bebek bakar di resto Bebek Tepi Sawah di Ciloto, Puncak, Cianjur, Jawa Barat, resmi dibuka, Minggu (15/4/2018). 

TRIBUNTRAVEL.COM - Para pecinta hidangan bebek pasti tidak asing lagi dengan nama Bebek Tepi Sawah.

Resto yang berasal dari Ubud, Bali, tersebut kini memiliki cabang di berbagai daerah.

KompasTravel berkesempatan mencicipi olahan bebek sekaligus blusukan ke dapurnya saat pembukaan gerai baru Bebek Tepi Sawah di kawasan Hotel Sahid Eminance, Ciloto, Puncak, Cianjur.

Sebelumnya, CEO Bebek Tepi Sawah Ciloto, Tiara Mashita Mahdani mengatakan, satu ciri khas bebek olahan resto ini di berbagai cabang adalah jenis bebek yang khusus dan minimnya lemak jenuh.

"Bebek ini terkenal minim lemak, karena lemak-lemak jenuhnya sudah dikeluarkan, jadi lebih sehat. Jangan khawatir kolesterol," terangnya saat pembukaan restoran tersebut, Minggu (15/4/2018).


Galuh Gandamana (30), Head Chef di resto Bebek Tepi Sawah di Ciloto, Puncak, Cianjur, Jawa Barat sedang mempersiapkan hidangan, setelah resmi dibuka, Minggu (15/4/2018).
Galuh Gandamana (30), Head Chef di resto Bebek Tepi Sawah di Ciloto, Puncak, Cianjur, Jawa Barat sedang mempersiapkan hidangan, setelah resmi dibuka, Minggu (15/4/2018). (KOMPAS.com/MUHAMMAD IRZAL ADIAKURNIA)

Galuh Gandamana, Head Chef Bebek Tepi Sawah Ciloto membenarkan terdapat banyak perbedaan cara mengolah bebek sebelum dan setelah ia memegang dapur yang sekarang.

Pria yang 10 tahun berkecimpung di dapur resto dan hotel terkemuka di Indonesia tersebut mengatakan perbedaan paling besar adalah pada pemilihan bebek.

Bebek yang digunakan ialah jenis bebek afkir.

"Afkir, jenis bebek yang sudah tua diatas enam bulanan, yang sudah tidak bertelur lagi," ungkapnya.

Bebek afkir dipilih karena memiliki tekstur kulit yang sudah alot.

2 dari 3 halaman

Kulit tersebut mengeras seiring bertambahnya usia bebek.

Sementara perihal jenis kelamin, baik jantan atau betina cita rasanya sama saja.

Ternyata, kulit yang alot tersebut berguna saat proses pemasakan yang lama dengan api kecil agar tekstur daging tidak hancur.

Proses memasak yang lama dengan api kecil tersebut digunakan agar bumbu racikannya meresap kuat.

Galuh tidak mengolah bebek dengan cara presto, karena selain diluar dari SOP, juga tidak membuat bumbu meresap.
Presto menurutnya hanya membuat daging lunak, bahkan tulang bebek mudah hancur.

"Bebek jenis ini terbatas, tidak melimpah seperti bebek biasa."

"Jarang peternak yang mau nunggu bebek sampai tua, baru dijual," terangnya.

Selain beda jenis bebek, proses lain yang berbeda ialah mengeluarkan lemak jenuh yang banyak terdapat di bawah kulit.

Ia mengatakan, saat perebusan awal, lemak bebek akan sedikit demi sedikit keluar.

Para staf dapur Bebek Tepi Sawah pun membersihkannya hingga seminim mungkin.

3 dari 3 halaman

"Ini juga supaya tekstur kulit bebeknya garing."

"Terasa kalau yang bebek goreng, hidangan andalan kami," ujar Galuh.

Perbedaan terakhir adalah racikan bumbunya yang lebih kompleks dari biasa.

Namun, ia tidak mau berkomentar soal bumbu apa yang jadi andalannya.

Menurutnya hampir semua jenis olahan bebek di resto ini memiliki komposisi bumbu yang berbeda, sesuai standar.
Misal olahan bebek goreng.

Sebelum digoreng, bebek diungkep dalam bumbu yang berbeda dengan bebek bakar dan bebek betutu.

"Pembersihan lemak tadi juga pengaruh ke bumbu yang menyerap ke daging, kalau banyak lemaknya, sulit menyerap," tutup Galuh.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mengungkap Rahasia Racikan Bebek Tepi Sawah"

Selanjutnya
Sumber: Kompas.com
Tags:
Bebek Tepi SawahUbudPuncak
BeritaTerkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved