TRIBUNTRAVEL.COM - Sebuah pameran yang diselenggarakan di Sydney baru-baru ini ramai diperbincangkan karena menggunakan mayat yang diawetkan.
Ialah 'Real Bodies : The Exhibition', pameran yang memperlihatkan kepada kita tentang fungsi tubuh manusia.
Pameran ini menjadi kontroversi karena ada kecurigaan mayat yang ditampilkan adalah mayat tahanan politik China yang mati dieksekusi.
Mayat-mayat dalam pameran itu tampak sudah dikuliti sehingga menampilkan organ dalam, otot, tendon, jaringan pembuluh dan tulang.
Beberapa dokter percaya itu adalah milik orang-orang yang tidak bersedia menyumbangkannya.
Melansir dari Elitereaders.com (15/4/2018), mayat yang diawetkan itu diyakini milik tahanan politik Tionghoa.
Menurut Sophia Bryskine, juru bicara Doctors Against Forced Organ Harvesting (DAFOH) , masih menjadi pertanyaan tentang dari mana organ tubuh itu berasal.
Namun, ada kecurigaan bahwa mayat itu berasal dari penjara China yaitu tahanan yang disiksa atau terpidana mati.
Namun, Tom Zaller, yang menjabat sebagai presiden Imagine Exhibition membantah jika mayat yang dipamerkan berasal dari Tiongkok yang dulunya adalah tahanan Tiongkok.
Zaller mengungkapkan klaim itu tidak berdasar dan sangat menyinggung.
Meskipun membantah tuduhan itu, Zaller tetap tidak bisa memberikan bukti kuat tentang asal-usul mayat dalam pameran itu.
Ia tidak bisa menunjukkan identitas mayat dan tidak ada bukti persetujuan bagi yang menyumbangkan tubuh mereka ketika mati.
Hong Jin Sui dari Universitas Kedokteran Dalian yang merupakan profesor anatomi menjelaskan, tidak ada kecurangan dalam perolehan spesimen.
"Spesimen secara legal disumbangkan ke laboratorium bio-teknik Dalian Hoffen untuk preservasi, diseksi dan pameran. Kami hanya menerima spesimen yang telah sah disumbangkan secara hukum, bebas dari penyakit menular dan dinyatakan meninggal karena sebab alami," ungkapnya.
Namun, seorang mahasiswa Tionghoa membagikan postingan tentang keraguannya pada asal-usul mayat dalam pameran tersebut.
"Akademi kedokteran kami yang kecil dan amatir di Changchun punya lebih banyak mayat dan spesimen organ daripada universitas Waseda di tokyo. Aku bertanya pada seorang guru, apakah tubuh ini disumbangkan, tetapi guruku justru memintaku tidak menanyakan hal ini lagi. Kemudian aku menemukan bahwa di pinggiran Changchun ada tempat yang disebut 'pabrik pengolahan mayat'. Hari ini, di Tiongkok, kita punya banyak mayat dari pendonor sukarela, berapa banyak mayat yang sebenarnya kita butuhkan untuk diawetkan?" tulisnya.
Rupanya, beberapa negara telah menolak menjadi penyelenggara pameran organ tubuh manusia ini.
Pada tahun 2017, dokter dan organisasi kemanusiaan di Republik Ceko melarang pameran ini diselenggarakan di Praha.
Mereka ingin penyelenggara pameran menyediakan dokumen lengkap dari pendonor spesimen.
Dokumen itu harus menunjukkan persetujuan dari para pendonor.
Sementara itu, penelitian lain menunjukkan ada banyak organisasi di China yang mengumpulkan tubuh untuk disumbangkan atau dijual dengan tujuan ilmiah.
Dalam laporan berjudul "Bloody Harvest" atau "The Slaughter" menyatakan bahwa perdagangan mayat manusia sudah menjadi bisnis.
"Spesimen Plastinated secara umum dijual dan diperdagangkan," tulis laporan itu.