TRIBUNTRAVEL.COM - Sudah hal biasa bagi kita melihat surat kabar disebar tiap paginya.
Bahkan agenda membaca koran di pagi hari dulu jadi kebiasaan bagi banyak orang.
Meski kini mulai ditinggalkan seiring berkembangnya media online.
Tapi ada yang beda dengan surat kabar yang satu ini.
Seorang jurnalis tua di Gandhi Colony, Muzaffarnagar, Uttar Pradesh, India tidak mencetak surat kabarnya, melainkan menulis dengan tangan semua berita yang dimuat.
Bermodalkan beberapa kertas kosong dan sepidol, Dinesh menulis semuanya di lembaran tersebut.
Pria 51 tahun ini, menghabiskan lebih dari 3 jam setiap hari untuk menulis surat kabar dengan tangnnya.
Setelah selesai ditulis, kemudian dia mulai mendistribusikannya di desa-desa.
Dilansir TribunTravel.com dari wittyfeed.com, Dinesh hanya berfokus pada urusan kritis dan berbagi pendapat mendetail tentang mereka.
Bayangkan traveler membaca sebuah surat kabar lengkap yang dihias dengan tulisan tangan nan indah, memberikan solusi untuk masalah sosial yang umum tetapi penting di negara ini.
Karena keistimewaanya, kisah Dinesh ini pun kini membuat penasaran beberapa pihak.

Ternyata Dinesh tak hanya menjual surat kabar buatannya, dia juga berjualan es krim dan permen di jalanan.
Dan yang paling membuat kagum adalah Dinesh tidak pernah menerima bantuan keuangan dari orang-orang yang ingin meningkatkan status keuangannya.
"Saya ingin hidup sendiri, bantuan keuangan dapat membuat saya egois," kata Dinesh.

Setelah tulisan tangan Dinesh selesai, dia menyiapkan beberapa salinan hitam putih.
Kemudian dia membagikan semua salinan itu di desa-desa yang berbeda dengan naik sepedanya.
Dinesh menambahkan jika dia begitu sibuk dengan jadwalnya dan terlibat dalam pekerjaannya yang minggu-minggu berlalu dan dia bahkan tidak sempat mencuci pakaiannya.

Kini surat kabar Dinesh ini diberi nama Vidya Darshan.
Saking sibuknya dia hingga kini belum menikah apalagi memiliki anak.
Semangatnya untuk menulis surat kabar tidak pernah menguntungkannya dalam basis moneter, tetapi ia tidak menyesal telah memilih masa depannya yang baik.
Sayangnya Dinesh tak banyak memiliki khalayak untuk surat kabarnya.
Yang membuat dia merasa berhasil adalah ketika seorang membaca tulisannya dan kemudian merasa puas.
Seperti halnya jurnalis pada umumnya.
Dinesh menulis setiap kata-katanya dengan sangat bagus.
Meski ia tak memiliki teknologi modern, namun Dinesh percaya misinya untuk mendidik dan menyebarkan kecerdasan dengan tulisannya akan berbuah.

Dan semua yang Dinesh lakukan itu ternyata sudah dimulai sejak 17 tahun lalu.
Dinesh mengungkapkan, dia menerima banyak tawaran, tetapi dia menolak semuanya.
Ia percaya meski pun ia tidak memiliki seribu eksemplar, ia memiliki iman untuk menghabiskan 3-4 jam dan menciptakan yang terbaik dari apa yang ia miliki.
Dan itulah yang dia lakukan sampai sekarang.
(TribunTravel.com, Tertia Lusiana)