Laporan Wartawan TribunTravel.com, Ambar Purwaningrum
TRIBUNTRAVEL.COM - Pada 8 Maret 2014, dunia dikejutkan dengan hilangnya penerbangan Malaysian Airlines MH370 misterius.
Penerbangan itu, membawa 239 penumpang dalam perjalanan dari Kuala Lumpur ke Beijing.
Namun tiba-tiba menghilang di atas Samudera Hindia.
Pencarian besar-besaran dilakukan dengan melibatkan China, Malaysia, dan Australia.
Meskipun upaya tak kenal lelah untuk mencari pesawat telah dilakukan, namun belum mendapatkan hasil.
Akhirnya pencarian dihentikan pada Januari 2017.
Sampai kemudian pada 2018, seorang insinyur mesin Australia, Peter McMahon mengklaim telah berhasil melacak maskapai yang hilang setelah menganalisis gambar dari NASA dan Google Earth.
McMahon, yang telah bekerja dalam investigasi kecelakaan selama lebih dari 25 tahun menyatakan pesawat itu terletak 16 km di selatan Round Island, yang berjarak 22,5 km di utara Mauritius, di daerah lautan yang belum pernah dicari sebelumnya.
Jepretan dari google earth menemukan satu gambar tampaknya merupakan garis besar pesawat yang mengapung di bawah permukaan air.
Sementara gambar lain menunjukkan apa yang tampak menjadi bagian depan pesawat dan bagian kabin.
McMahon telah mengirim temuannya ke Biro Transportasi dan Keamanan Australia yang kemudian menegaskan bahwa itu mungkin pesawat yang hilang.
McMahon juga membuat klaim yang mengejutkan yang menyatakan bahwa para pejabat "tidak ingin itu ditemukan karena penuh dengan lubang peluru, menemukan itu hanya akan membuka penyelidikan lain,".
Ghyslain Wattrelos, yang kehilangan istri dan dua anaknya dalam tragedi itu, juga yakin pesawat itu ditembak jatuh.
Dia menduga bahwa negara-negara seperti Vietnam, Malaysia dan Thailand telah menahan informasi penting.
"Semua militer dari negara-negara ini telah melihat pesawat itu, jika kita percaya versi itu. Kenapa mereka diam saja? ”kata Wattrelos.
Sampai hari ini, tidak ada bukti konkret yang ditemukan dari operasi pencarian terakhir.
Sejauh ini, hanya tiga potongan MH370 yang dikonfirmasi telah ditemukan di pantai barat Samudera Hindia yang mencakup komponen sayap dua meter yang dikenal sebagai flaperon.
Apa pendapatmu tentang penemuan terbaru ini?
Harusnya dilakukan pencarian ulang?