TRIBUNTRAVEL.COM - Puncak Habibie di Desa Pasirbaru, Kecamatan Cisolok, Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat berada di ketinggian 380-an meter di atas permukaan laut.
Lokasinya yang tinggi membuat dataran ini menjadi favorit para pengendara dan wisatawan yang sedang menempuh perjalanan dari Palabuhanratu menuju Banten atau sebaliknya, untuk beristirahat sejenak sambil menikmati indahnya matahari terbit di ufuk timur.
Meski jarak antara Palabuhanratu dan Puncak Habibie hanya sekitar 18 kilometer dan bisa ditempuh dalam 30 menit, para "pemburu" matahari terbit umumnya berangkat dari Palabuhanratu pukul 03.30-an agar tak ketinggalan momen.
Bagi mereka, lebih baik menunggu 20-30 menitan di puncak yang dingin ketimbang datang terlambat.
Sama sekali bukan masalah karena ada banyak sekali warung yang sudah buka sejak dini hari yang menyediakan kopi atau teh panas dan berbagai camilan hangat.
Akan tetapi, tentu tak hanya matahari terbit yang membuat tempat ini sebegitu menariknya.
Seiring dengan terangnya cakrawala, satu per satu objek-objek wisata di Sukabumi tiba-tiba bermunculan, dari kejauhan.
Mulai dari deretan bukit-bukit yang masih berselimut kabut hingga keramba dan hilir mudiknya perahu-perahu nelayan di hamparan teluk Ujunggenteng yang memantulkan sinar kemerahan matahari pagi.
Keindahan ini seolah menjawab rasa penasaran tentang pesona romantisme Puncak Habibie yang banyak sekali diceritakan orang.
Sungguh kelelahan itu terbayar. Tak pernah terbayang bahwa panorama di tepian jalan menuju Geopark Ciletuh di Sukabumi ini bisa begitu indahnya.
Keindahan panorama pagi di Puncak Habibie juga membuat para pengunjung berlomba-lomba mengabadikannya dan berswafoto.
Cahaya blitz berkelap-kerlip di tengah gelapnya subuh.
Asep (33), salah seorang pemilik warung di Puncak Habibie, mengatakan ada banyak versi tentang nama Puncak Habibie ini.
Sebagian, kata Asep, mengatakan penamaan itu karena presiden ketiga RI, BJ Habibie, memiliki lahan dan vila di daerah tersebut.
Namun, ada juga yang mengatakan bahwa nama itu dipakai karena di tempat itu terdapat kantor Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN), yang kini menjadi PT Dirgantara Indonesia (DI).
Keberadaan kantor IPTN atau PT DI tersebut sangat lekat dengan nama Menteri Riset dan Teknologi BJ Habibie.
"Saya enggak tahu yang benar itu yang mana, cuma dari dulu, orang menyebut tempat ini sebagai Puncak Habibie atau Bukit Habibie," ujarnya di warung miliknya di Puncak Habibie, Minggu (27/8).
Meski setiap hari ada saja yang datang untuk berburu matahari pagi, kata Asep, momen yang paling ramai adalah masa libur panjang sekolah.
"Kalau hari-hari libur biasa mah ya kayak gini, cuma beberapa yang datang," ujar Asep.
Muhammad Taufik (28), wisatawan asal Bandung, yang baru pertama kali mengunjungi Puncak Habibie, mengaku takjub dengan pemandangan saat matahari terbit di lokasi wisata ini.
"Alhamdulillah, saya bisa melihat secara langsung bagaimana indahnya alam pegunungan di sini saat matahari mulai terbit. Biasanya saya cuma dengar ceritanya dari teman-teman dan melihatnya dari foto-foto. Ini lebih indah dari cerita yang saya dengar," ujar Opik, sapaan akrabnya, di salah satu warung di Puncak Habibie, Ahad lalu.
Artikel ini telah tayang di tribunjabar.id dengan judul Indahnya Pemandangan dari Puncak Habibie, Surga Para Pemburu Matahari Terbit.