TRIBUNTRAVEL.COM - Bertepatan dengan perhelatan tahunan IMF-World Bank yang dijadwalkan pada bulan Oktober 2018 mendatang, lobby Museum Gunung Api Batur dipastikan bakal memiliki wajah baru, khususnya pada isi museum.
Hal tersebut diungkapkan oleh Koordinator Pengelola Museum Gunung Api Batur, Kintamani, Desak Made Adariyani saat ditemui Kamis (15/3/2018).
Kata dia, revitalisasi isi museum ini terdiri dari lima kegiatan.
Di antaranya penambahan Magmavar Indonesia, yang mampu menunjukkan laporan aktivitas kebencanaan secarareal time.
Mulai dari kegempaan, gunung meletus, longsor, bahkan hingga aktifitas penerbangan.
Model pengembangan ini berupa layar sentuh besar, sehingga pengunjung dapat menyentuhnya, apabila ingin mengetahui keterangan lebih lanjut.
Penambahan kedua, lanjut Desa Andariyani, yakni berupa seismograf digital, yang merekam aktifitas Gunung Agung dan Gunung Batur.
Ujarnya, pada seismograf digital ini, pihaknya juga ingin menjelaskan pada masyarakat luas, tentang perbedaan noise dan gempa.
“Selama ini, masih banyak masyarakat yang menganggap bahwa noise adalah gempa. Padahal seismograf digital sifatnya sensitif. Sehingga meski hanya hentakan kaki yang cukup kencang, pada seismograf pasti terlihat. Pemahaman inilah yang kami akan luruskan,” ucapnya.
Tak hanya menampilkan seismograf digital, pada revitalisasi tersebut bahkan akan dilengkapi dengan real time kamera yang mengarah ke Gunung Batur.
Kata Desak Andariyani, pemasangan kamera ini, kedepan akan dikembangkan lagi dengan kamera 360 derajat, sehingga tidak hanya mampu melihat visual gunung Batur, namun juga visual Gunung Agung.
Imbuhnya, mengingat kepemilikan tanah yang berada di Kawasan BKSDA, pihaknya juga akan menampilkan keanekaragaman hayati flora dan fauna se-Indonesia, mengenai jenis-jenis hewan langka, habitat aslinya, hingga jumlah populasinya.
“Begitupun dengan jenis-jenis tumbuhan yang masuk kategori dilindungi. Data ini juga diberikan secara real time, karena terhubung dengan internet. Sehingga terus diupdate setiap saat,” tuturnya.
Sementara penambahan terakhir, yakni informasi terkait destinasi wisata yang ada di Bali.
Tujuannya agar wisatawan lebih mudah mengakses destinasi wisata yang hendak dituju.
Sebab, informasi yang disediakan juga dilengkapi jarak tempuh, dengan titik 0 dari Museum geopark.
“Anggaplah wisatawan datang dari arah Singaraja hendak menuju Terunyan. Mereka bisa mampir kesini dulu untuk mengecek jarak tempuhnya berapa kilo, serta bagaimana akomodasi untuk menuju ke destinasi wisata di Desa Terunyan. Termasuk berapa harga tiket dan akomodasinya,” Kata Desak Ariyani.
Revitalisasi utamanya dilakukan pada lobby museum, sebab, pengunjung beranggapan bahwa museum Geopark Batur kurang interaktif dan terkesan membosankan.
Pasalnya hanya terdapat sejumlah maket, gambar, video, tanpa ada perubahan.
Sehingga dengan revitalisasi yang dilakukan kedepan, pihaknya berharap pesan yang ingin disampaikan lebih mudah diserap oleh pengunjung, serta lebih infromatif.
Pihaknya juga menunjukkan maket yang berada di tengah lobby, yang diusahakan agar maket tersebut lebih interaktif.
Khususnya pada tombol-tombol di papan keterangan, nantinya pengunjung dapat mengatahui dimana lokasi yang dimaskud pada papan tersebut, hanya dengan sekali tekan.
Terkait anggaran yang dikeluakan untuk revitalisasi ini, pihaknya mengaku belum mengetahuinya lantaran masih dalam tahap penyusunan, serta ditangani oleh bidang yang berbeda.
Namun demikian, pihaknya menekankan, tujuan utama revitalisasi adalah untuk mengenalkan pada tamu-tamu IMF sebanyak 7 ribu lebih tamu, bahwa Indonesia, khususnya di Bali, memiliki museum yang memberikan informasi mengenai kegunung apian.
“Terlebih Tenaga Ahli Menteri Esdm Bidang Museum, Sarana Dan Prasarana, ibu Ella Ubaidi, telah berkomunikasi dengan EO yang mengurus IMF, bahwa tamu-tamu IMF akan digiring untuk mengunjungi museum geopark ini. Sehingga nantinya, kunjungan akan dibagi menjadi beberapa shift, sebab kapasitas maksimal museum ini, hanya mampu menampung sebanyak 2 ribu pengunjung. Dengan cara ini, tentu akan berdampak pada pariwisata di Bangli juga,” sebutnya.
Sementara menyinggung soal jumlah jumlah kunjungan, Desak Andariyani mengatakan, pada tahun 2017 lalu, jumlah pengunjung tercatat sebanyak 35 ribu.
Jumlahnya tergolong fluktuatif, sebab dihari biasa, pengunjung museum dalam sebulan hanya 1500.
Namun jika saat liburan, dalam sehari saja jumlah mengunjung bisa mencapai 2000, hingga 3000 orang.
Pihaknya mengakui partisipasi sekolah untuk mengajak murid-muridnya, saat ini telah meningkat.
Terbukti dari kunjungan tahun lalu sebanyak 35 ribu pengunjung, 65 persen merupakan kunjungan dari anak-anak sekolah.
Sedangkan kunjungan warga asing mencapai 25 persen, dan sisanya adalah domestik.
“Saat-saat sepi kini justru yang lebih banyak berkunjung adalah warga asing, dibandingkan dengan saudara-saudara kita. Padahal untuk berkunjung ke museum tidak dipungut biaya, alias gratis,” tandasnya.
Berita ini sebelumnya telah dipublikasikan di Tribun Bali dengan judul Museum Gunung Api Batur Bakal Lakukan Revitalisasi Besar Sambut IMF-World Bank.