Laporan Wartawan TribunTravel.com, Ambar Purwaningrum
TRIBUNTRAVEL.COM - Human Trafficking adalah satu pelanggaran hak asasi manusia paling mengerikan di dunia.
Tak cuma di negara berkembang, bahkan di negara maju sekalipun, kasus perdagangan manusia masih menjadi isu besar.
Seperti yang terjadi di Korea Selatan ini misalnya.
Dilansir TribunTravel.com dari laman en.goodtimes.my, di sebuah supermarket di Busan, Korea Selatan, seorang kasir bernama Kim sedang bekerja seperti biasa.
Tanpa sengaja dia melihat seorang wanita muda memasuki toko itu bersama dengan beberapa pria.
Perilaku wanita muda itu membuat Kim curiga.
Instingnya ternyata benar.
Saat pria yang menemani wanita itu berbalik, si wanita langsung melempar sebuah catatan kepada Kim.
Catatan itu ditulis dengan tergesa-gesa.
Namun wanita itu memastikan jika catatan itu bisa dibaca.

Melihat ekspresi putus asa di wajah wanita muda itu, Kim mengambil catatan itu dan membacanya di belakang meja kasir.
Catatan itu ditulis dalam bahasa Inggris, Korea, dan Thailand.
Wanita muda itu tampaknya menulis semua bahasa yang dia bisa untuk meminta bantuan.
Isinya catatan itu menjelaskan jika wanita itu meminta tolong karena dia telah diculik dan ditahan di gedung berlantai empat.
Dia juga juga menyebutkan jika dirinya bekerja secara ilegal.

Kasir kemudian menanggapi dengan menulis secara hati-hati di bagian bawah catatan yang mengatakan, "Apakah kamu ingin saya menghubungi 112 (layanan darurat)?"
Wanita itu menggelengkan kepala dan tampak jelas terlalu banyak pria yang ada bersamanya di toko.
Untuk menelepon pihak berwenang pada saat itu terlalu beresiko.
Kim kemudian dengan cepat memikirkan cara untuk mendapatkan nomor telepon wanita itu.
Kasir itu mengatakan dia memerlukan nomor telepon wanita tersebut untuk mendaftarkannya ke sistem toko.
Orang-orang membiarkan si wanita muda memberikan nomor teleponnya karena dianggap tidak terlalu berbahaya.

Setelah mereka meninggalkan toko, Kim memanggil polisi.
Beruntung pihak berwenang bisa melacak nomor telepon wanita tersebut.
Nomor itu ternyata milik seorang pria bernama Lee.
Pria itu terkenal memiliki sejerah menjalankan rumah pelacuran dan lingkaran prostitusi.
Dia menjalankan bisnis bernama Kiss Room.
Polisi mengumpulkan bukti dari platform media sosial, yaitu Facebook, di mana seorang wanita mengatakan temannya telah hilang.
Dia takut temannya diculik dan dipaksa melakukan prostitusi.

Dengan bukti yang mereka dapatkan, pihak berwenang mengepung gedung Kiss Room dan menahan Lee serta empat kaki tangannya.
Di sana mereka menemukan lima wanita di dalam gedung, termasuk wanita yang menyelipkan catatan pada Kim.
Semua wanita ini diculik dan menjadi korban perdagangan manusia.
Para pelaku ditahan dan para wanita ini berhasil bebas dari belenggu.