Laporan Wartawan TribunTravel.com, Ambar Purwaningrum
TRIBUNTRAVEL.COM - Ada banyak mitos kuno dan legenda tentang kota-kota yang lenyap, ditinggalkan, atau hilang selamanya dalam keadaan misterius.
Peradaban yang paling terkenal adalah mitos Atlantis, yang konon telah tenggelam ke laut dalam satu hari dan hilang selamanya.
Tak cuma Atlantis, ada juga banyak cerita yang kurang dikenal tentang peradaban yang hilang sepanjang sejarah manusia dari seluruh dunia, seperti dilansir TribunTravel.com dari laman thevintagenews.com.
1. Thinis

Sejarawan Mesir Kuno Manetho menulis jika pada 3100 sampai 3000 SM, Mesir Raya mendekati penyatuan politik.
Orang-orang Mesir kuno telah mulai merekam sejarah dengan hieroglif untuk pertama kalinya dan tiga kota kecil yang diatur secara independen di tepi sungai Nil, Thinis, Nekhen, dan Naqada berlomba-lomba untuk mendominasi wilayah tersebut.
Pasukan Thinis menyerap Naqada dan kemudian menaklukkan daratan di Lembah Nil yang lebih rendah.
Manetho percaya Nekhen mungkin telah bergabung secara sukarela dengan Thinis dan untuk pertama kalinya Mesir bergabung dalam satu dinasti yang berkuasa.
Menurut Manetho, penguasa terakhir dinasti tersebut, Narmer, yang kadang-kadang dikenal sebagai Menes, adalah penguasa Firaun pertama.
Ketika kursi pemerintahan dipindahkan ke Memphis, Thinis perlahan memudar.
Arkeolog telah menemukan bukti Narmer dalam hieroglif dan tablet kuno seperti The Narmer Palette, yang ditemukan pada 1897 oleh arkeolog dan penulis Inggris, James Edward Quibell dan Frederick Wastie Green di Kuil Horus di Nekhen.
Tablet berbentuk chevron menunjukkan keberhasilan militer Narmer di Lower Egypt dan persetujuan dewa-dewa Mesir.
Sayangnya, tidak ada bukti kota Thinis yang pernah ditemukan.
Diharapkan jika sisa-sisa kota penting di Mesir Kuno ini suatu hari nanti akan terungkap bersama dengan harta karunnya.
2. Taman Gantung Babel

Terdaftar sebagai satu dari Tujuh Keajaiban Dunia Kuno, Taman Gantung Babel tidak pernah terbukti ada.
Menurut pendeta Babilonia Berossus, kota kuno Babel, yang diyakini telah ada di dekat Provinsi Babil di Irak, diperintah oleh Raja Nebukadnezar II antara 605 dan 562 SM dan dialah yang menugaskan pembuatan kebun berjenjang sekitar 600 SM sebagai hadiah untuk istrinya, Amytis.
Meski tanaman yang ditanam tidak benar-benar menggantung, ilusi yang diciptakan ini yang menarik perhatian.
Tidak ada yang dapat yakin apakah Taman itu pernah ada karena tidak ada referensi dalam sejarah tertulis pada waktu itu selain Berossus dan Diodorus Siculus, seorang sejarawan Yunani.
Keberadaan taman itu juga tidak ada dalam penggalian arkeologi di sepanjang Sungai Efrat.
Bukti mungkin telah hancur akibat gempa yang melanda wilayah tersebut pada abad kedua atau mungkin disembunyikan oleh pasir yang bergeser di dekat Sungai Efrat, namun tidak ada yang tahu pasti.
3. Paititi

Arkeolog dan penjelajah telah berusaha menemukan kota legendaris suku Inca, Patiti di Pegunungan Andes, Peru.
Arkeolog Italia, Mario Polia telah menemukan tulisan-tulisan misionaris Andres Lopez pada 1600.
Lopez melaporkan jika ada sebuah kota besar yang penuh dengan emas dan permata berharga telah digambarkan oleh penduduk setempat namun belum pernah mengunjungi tempat tersebut, tulisan-tulisan Lopez dianggap sebagai dugaan.
Puluhan penjelajah telah berusaha menemukan kota emas yang hilang sejak 1600-an dan dokumen yang diberikan oleh para penjelajah ini telah menempatkan Paititi di persimpangan sungai Beni dan Madre de Dios.
Beberapa orang percaya Paititi sebenarnya berada di Bolivia menyebabkan Dr. Ari Siiriäinen dan Dr. Martti Pärssinen dari Helsinki menjelajah Las Piedras di dekat kota Riberalta di Bolivia timur pada 2001, namun mereka gagal menemukan apa pun.
Antropolog Vera Tyuleneva juga telah melakukan beberapa ekspedisi di Bolivia tanpa bukti yang meyakinkan.
Pada 2007 penduduk setempat di dekat Kimbiri, Peru melaporkan bangunan batu besar yang menyerupai sebuah benteng ditemukan, namun Institut Kebudayaan Nasional Peru telah membantah penemuan ini, mengklaim banguna itu hanyalah deposit alami batu pasir.
Hutan Amazon yang mengelilingi situs tersebut diyakini berasal dari Paititi yang padat dan sangat berbahaya.
Tanpa orang lokal yang dijadikan pemandu, tidak mungkin penjelajah bisa berhasil melewati hutan.
Beberapa penjelajah, termasuk wartawan Robert Nichols yang memasuki hutan pada 1970 untuk mencari Paititi, dan Lars Hafskjold, yang melakukan ekspedisi pada 1997 mencari di dekat Bolivia, tidak pernah kembali.
Tidak ada yang tahu nasib Hafskjold tapi laporan dari mahasiswa hukum Jepang, Yoshiharu Sekino, yang mencari Nichols, mengetahui dari penduduk asli jika Nichols dan timnya dibunuh oleh suku Indian asli.
Ekspedisi masih dilakukan untuk menemukan kota Inca yang hilang dan dengan kemajuan teknologi baru, sangat mungkin seseorang suatu hari akan menemukan kota kuno Patiti jika memang benar ada.