TRIBUNTRAVEL.COM - Lokasi ini dulu amat populer yang dikenal sebagai "surga yang hilang".
Pantainya yang memiliki pasir putih dengan airnya yang begitu jernih membuat siapa saja betah berlama-lama di sini.
Maka tak heran jika Boracay selalu jadi tujuan wisawa favorit turis saat ke Filipina.
Dilansir TribunTravel.com dari news.com.au, pulau ini dulunya dianggap bagitu indah.
Bahkan para pembaca Conde Nast Traveler memilihnya sebagai pulau terbaik di dunia lebih dari setahun yang lalu.
Tapi bagaimana kini nasibnya?
Keindahan itu kini hanya tinggal kenangan.
Kini pulau tersebut telah berubah sejak banyak yang berkunjung.
Saat ini pulau ini sedang berjuang dengan masalah pembuangan limbah yang sangat buruk.
Presiden Filipina Rodrigo Duterte, yang dikenal dengan keramahannya pun bisa sangat marah dengan hal itu.
"Saya akan menutup Boracay. Boracay adalah tempat limbah, " kata Duterte kepada wartawan pada hari Jumat, (16/02/2018) menurut sebuah transkrip dari istana kepresidenan.
Presiden tak bisa membiarkan pengunjung berenag di air yang telah tercemar limbah.
"Anda masuk ke air, itu bau. Bau apa? Karena itu semuanya harus keluar dari Boracay," katanya.
Kementerian Lingkungan Hidup Filipina banyak yang mengira limbah tersebut berasal dari berbagai bisnis yang berkembang di sana.
Beberapa usaha secara ilegal membuat saluran air limbah mereka dan dibuang di jalur air di pulau itu, kata seorang juru bicara kementerian kepada AFP.
Saat ini sedikitnya 300 usaha tengah menghadapi pemeriksaan dan 51 usaha lainnya telah diberikan peringatan yang melanggar lingkungan.
"(Kementerian) memberi mereka waktu dua bulan untuk mematuhi undang-undang tersebut. Jika tidak, kami akan menutupnya," kata Sekretaris Lingkungan Roy Cimatu dalam sebuah pernyataan.
Duterte menjelaskan jika Boracay tengah menghadapi "bencana" lingkungan seperti sebuah "tragedi" yang bisa mengusir dua juta wisatawan.
Di sisi lain Pulau Boracay memiliki reputasi baik di internasional karena menjadi sepotong surga.
Beberapa wisatawan telah membuktikannya, namun kini pulau tersebut terlalu padat, tercemar, dan busuk.
(TribunTravel.com, Tertia Lusiana)
Tonton juga: