Laporan Wartawan TribunTravel.com, Rizkianingtyas Tiara
TRIBUNTRAVEL.COM - Berkat kemajuan teknologi yang dicapai saat ini, manusia kini sudah bisa bolak-balik menjelajah angkasa.
Apalagi, banyak astronot yang menjelajah angkasa dan melakukan serangkaian penelitian.
Namun, dengan kondisi yang begitu jauh berbeda dengan bumi, ruang angkasa juga memberikan dampak dan perubahan terhadap tubuh astronot lho.
Perubahan tersebut berkisar dari tinggi badan, gangguan penglihatan, hingga urusan mendengkur.
Untuk itu, berikut TribunTravel.com telah merangkum beberapa hal yang terjadi pada tubuh manusia saat berada di ruang angkasa dari laman wittyfeed.com.
1. Sindrom Adaptasi Ruang Angkasa
Ini adalah penyakit ruang angkasa yang muncul karena berkurangnya gravitasi.
Gejalanya mirip dengan mabuk laut dan beberapa isu lain yang mengikutinya.
Di antaranya adalah pusing, perasaan tidak nyaman, dan muntah.
Hal ini ternyata sering terjadi.
Sekitar setengah dari astronot yang pergi ke ruang angkasa mengalami sindrom ini.
Namun, sindrom ini hanya muncul pada hari-hari pertama dan perlahan semakin berkurang memudar.
Risiko terbesar terletak pada bagian muntah.
Pasalnya, muntah dalam setelan baju antariksa kemungkinan besar dapat membunuh astronot itu sendiri.
2. Tubuh menjadi lebih tinggi
Percaya atau tidak, perjalanan luar angkasa bisa menambah tinggi badan seseorang.
Telah tercatat, seorang astronot bisa menambah tinggi badan hingga 5 inci.
Namun, saat kembali ke bumi, tinggi badannya kembali ke ukuran normal.
3. Kerusakan Penglihatan akibat Sindrom Tekanan Intrakranial (Visual impairment Intracranial Pressure Syndrome/VIIP)
Disebut juga dengan VIIP, sindrom ini menyebabkan gangguan penglihatan.
Meski telah lama diteliti oleh NASA, belum ada penyebab pasti mengapa sindrom ini terjadi.
4. Tak lagi mendengkur
Berada di ruang angkasa memiliki efek pada sistem pernafasan, sehingga menyebabkan berkurangnya dengkuran
5. Masalah cairan tubuh
Kurangnya gravitasi di ruang mengacaukan cairan tubuh.
Hal ini disebabkan aliran darah ke kepala saat penggunaan tubuh bagian bawah yang minim.
Hal ini juga membuat para astronot terlihat lebih bulat saat mereka kembali ke bumi.
6. Radiasi kosmik
Ilmu pengetahuan berkembang dengan pesat, namun belum mengembangkan perlindungan secara menyeluruh terhadap radiasi ruang angkasa.
Tingkat radiasi di ruang angkasa beberapa kali lebih tinggi dari pada bumi.
Orang-orang di stasiun luar angkasa terkena radiasi setiap hari.
Hal ini dapat menyebabkan gejala seperti anoreksia, kelelahan, muntah, atau mual.
Bahkan ada beberapa contoh, radiasi ruang angkasa dapat menyebabkan penyakit kronis atau kanker.
7. Masalah kuku yang mengelupas
Kejadian lain yang cukup sering terjadi adalah pengelupasan kuku.
Sarung tangan dari setelan pakaian ruang angkasa sangat tebal.
Hal ini membatasi aliran darah bebas ke jari-jari para astronot.
Karenanya, ada jaringan yang perlahan mati, seiring dengan tekanan yang ekstrem sehingga kuku bisa copot atau terkelupas.
Tidak hanya itu, pengelupasan kuku disertai rasa sakit yang luar biasa.
Banyak astronot yang melaporkan, mereka memotong kuku mereka sebelum terbang ke ruang angkasa untuk menghindari rasa sakit yang tak tertahankan.
8. Disfungsi telinga dalam
Telinga bagian dalam tubuh manusia bekerja sebagai akselerometer.
Artinya ketika kamu berdiri atau tidur menyamping, bagian dalam telinga berkoordinasi dengan otak dan membatasi tubuh dari rasa sakit.
Mekanisme yang membantu ini menjadi kacau saat berada di luar angkasa, sehingga menyebabkan mabuk perjalanan selama satu hari.
Hal ini juga muncul saat astronot kembali ke planet Bumi.
9. Isu-isu psikologis
Menurut laporan BBC, hidup terisolasi dalam jangka waktu yang lama tentu memiliki beberapa dampak psikologis pada pikiran manusia.
Sehingga ditemukan berbagai gangguan perkembangan psikologis pada astronot.
10. Tubuh yang lebih lemah
Kekuatan gravitasi membuat otot dalam tubuh manusia bekerja lebih keras.
Sedangkan di luar angkasa, kebutuhan otot untuk bekerja keras akan memudar karena kurangnya gravitasi.
Oleh karena itu, sistem otot menjadi lemah.
Ketidakaktifan menyebabkan berkurangnya berat dan kekuatan tubuh.
11. Sistem kekebalan tubuh yang lebih lemah
Sesuai laporan NASA, ada beberapa faktor yang melemahkan sistem kekebalan tubuh saat berada di luar angkasa.
Beberapa faktornya adalah gravitasi mikro, radiasi, isolasi, siklus tidur yang kurang tepat, dan lainnya.
Hal ini juga meningkatkan risiko infeksi tubuh.