Laporan Wartawan TribunTravel.com, Rizkianingtyas Tiara
TRIBUNTRAVEL.COM - Arab Saudi merupakan satu negara yang memiliki perkembangan pembangunan yang pesat.
Dulunya didominasi gurun, kini bentang wilayah Arab Saudi dipenuhi gedung-gedung besar pencakar langit.
Satu di antaranya berupa hotel besar yang di Mekkah.
Dikutip TribunTravel.com dari laman amusingplanet.com, hotel yang bernama Abraj Kudai akan dibangun dan memiliki sekitar 10.000 kamar yang terbentang pada lahan seluas 1,4 juta meter persegi.
Serta 70 restoran yang melayani jemaah haji dari kawasan Teluk dan luar negeri.
Menyerupai benteng tradisional, hotel Abraj Kudai memiliki bentuk bangunan mirip cincin yang terdiri dari 12 menara, dengan 45 lantai.
Di atas menara utamanya akan menjadi satu di antara kubah terbesar di dunia.
Di sekeliling kubah ini akan ada lima helipad.
Hotel terbesar di dunia ini juga nantinya punya fitur stasiun bis, food court, dan pusat perbelanjaan di tingkat bawah, serta sebuah ballroom yang berada di dalam kubah.
Sementara interiornya, seperti yang diharapkan, akan didesain secara mewah.
Terletak hanya 2 km dari Masjidil Haram di Mekkah, Abraj Kudai adalah usaha terbaru dari negara Teluk ini untuk mengubah Mekkah menjadi seperti Manhattan di New York City.
Dalam beberapa tahun terakhir, kota ini telah mengalami ekspansi yang luar biasa, dan menjadi 'rumah' bagi bangunan-bangunan berukuran besar.
Seperti, Abraj Al Bait, sebuah megakompleks yang terdiri dari tujuh hotel pencakar langit yang menghadap Ka'bah.
Satu di antara hotelnya, Makkah Royal Clock Tower Hotel adalah bangunan tertinggi ketiga di dunia.
Menara ini juga memiliki jam terbesar di dunia.
Pada malam hari, jam ini bersinar terang dan terlihat dari jarak 30 km.
Pembangunan Abraj Al Bait menimbulkan kontroversi.
Para pengembang meruntuhkan benteng era Ottoman yang dibangun pada abad ke-18 bersejarah bersama dengan sebuah bukit kecil tempat benteng tersebut berdiri.
Benteng Ajyad dibangun pada 1780 di bawah kekuasaan Ottoman untuk melindungi Ka'bah dari bandit dan penjajah.
Irfan Al-Alawi, Direktur Islamic Heritage Research Foundation yang berbasis di Inggris, telah mencoba dengan sedikit keberhasilan untuk mengkampanyekan perlindungan bagi warisan budaya dan sejarah yang tersisa di kota-kota suci Arab Saudi.
"Semuanya telah tersapu untuk membuka jalan bagi dibangunnya hotel-hotel mewah yang tak henti-hentinya, sehingga menghancurkan kesucian tempat dan menaikkan harga kunjungan haji," Al-Alawi mengatakan kepada The Guardian.
Di Mekkah dan Madinah, bangunan-bangunan yang terkait dengan nabi dan keluarganya misalnya kuburan, makam, masjid dan rumah hancur.
Rumah Khadijah, istri pertama Muhammad, dibongkar untuk membuat jalan bagi sebuah perpustakaan, menurut Wikipedia, dan WC umum, menurut The Guardian.
Bahkan, tempat di mana rumah khalifah pertama Islam, Abu Bakar, pernah berdiri sekarang menjadi tempat untuk Hotel Hilton.
Rumah tempat Nabi Muhammad lahir sekarang terbengkalai.
Rumah tempat tinggal Nabi di Madinah, dan sekolah Islam pertama tempat Nabi Muhammad mengajar juga diratakan ke tanah.
"Mereka mengubah tempat suci menjadi mesin, kota yang tidak memiliki identitas, warisan, tidak ada budaya serta lingkungan yang tidak alami."
"Mereka bahkan telah mengambil alih pegunungan," kata Sami Angawi, seorang arsitek dan pendiri Pusat Penelitian Haji yang berbasis di Jeddah.
Sami telah menghabiskan tiga dekade terakhir untuk meneliti dan mendokumentasikan bangunan bersejarah di Mekkah dan Madinah.
Setiap musim haji per tahunnya, Mekkah telah dibanjiri oleh lebih dari tiga juta peziarah.
Namun selama sisa waktu di luar haji, ada lebih dari 20 juta kunjungan ke kota suci yang telah menjadi tempat populer untuk pernikahan dan konferensi.
Untuk mengakomodasi begitu banyaknya kunjungan, pihak berwenang Saudi harus mengembangkan berbagai infrastruktur.
Di Kota Mina, 8 km dari Mekkah, pemerintah Arab Saudi telah memasang lebih dari 100.000 tenda ber-AC untuk mengakomodasi jamaah haji.
Meski akomodasinya bersifat sementara, tenda-tenda itu dibangun secara permanen.
Proyek pembangunan berkelanjutan lainnya yang sedang berlangsung di Mekah adalah pengembangan Jabal Omar yang terdiri dari 40 menara hunian yang akan menampung 160.000 peziarah Islam, dan sebuah tempat ibadah untuk 200.000 jemaah.
Masjidil Haram di Mekkah sedang mengalami ekspansi sebesar 50 miliar dolar AS untuk melipatgandakan kapasitas ruang salat, dari 3 juta menjadi hampir 7 juta.
Untuk memberi ruang bagi proyek raksasa itu, sebagian besar kota tua ini pun diratakan.
Warga diusir dengan pemberitahuan satu minggu, dan masih banyak yang belum mendapat kompensasi - sebuah cerita umum seputar perkembangan Mekah, kata Irfan al-Alawi.
"Mereka sekarang tinggal di daerah kumuh di pinggir kota tanpa sanitasi yang layak."
"Penduduk setempat, yang telah tinggal di sini selama beberapa generasi, dipaksa pergi agar wilayahnya dapat ditujukan bagi pembangunan istana marmer ini," terang Irfan.
Satu lagi yang paling diantisipasi adalah Jeddah Tower atau Kingdom Tower di kota pelabuhan Jeddah.
Menara ini rencananya akan dibangun dengan tinggi hampir 1 kilometer dengan lebih dari 250 lantai.
Nantinya, menara ini menjadi bangunan tertinggi di dunia, menandingi Burj Khalifa di Dubai yang memiliki tinggi 828 meter.
Irfan al-Alawi mengatakan, "Ini adalah akhir dari Kota Mekkah."
"Dan untuk apa? Sebagian besar dari hotel-hotel ini separuhnya kosong, dan malnya juga demikian."
"Biaya sewa terlalu mahal, bahkan orang-orang yang beribadah di bangunan masjid yang baru tidak dapat melihat Ka'bah."