Laporan Wartawan TribunTravel.com, Rizkianingtyas Tiara
TRIBUNTRAVEL.COM - Manusia dibekali dan dianugerahi indera yang lengkap oleh Sang Maha Kuasa.
Dengan indera-indera tersebut, manusia mampu mengenali lingkungannya.
Namun, ternyata ada beberapa hewan yang punya indera lebih daripada manusia.
Hewan-hewan tersebut dapat mendeteksi sesuatu yang tidak dapat dideteksi oleh manusia.
Lalu, kira-kira apa saja ya hewan-hewan tersebut?
Yuk simak deretannya berikut, sebagaimana dikutip TribunTravel.com dari laman listverse.
1. Lumba-lumba

Mamalia air ini dikenal dengan kemampuan mereka untuk memancarkan gelombang suara dan mendeteksi informasi dengan menafsirkan gema yang dihasilkan.
Gelombang suara ini dipancarkan oleh organ di kepala mereka, yang bekerja seperti radar.
Tujuan utama dari kemampuan ini, untuk menginformasikan lumba-lumba tentang ancaman dan mangsa sekitarnya, namun bahkan bisa digunakan untuk mendeteksi kehamilan.
Menurut para ahli, echolocation memungkinkan lumba-lumba mendeteksi janin yang sedang berkembang dalam perut wanita hamil.
2. Lebah Madu

Selain nektar, apa yang mungkin bisa dilakukan oleh lebah madu?
Ternyata, lebah madu dapat dilatih untuk menemukan ranjau darat dengan cara mengasosiasikan bau gula dengan bahan peledak.
Lebah ini dapat mendeteksi bau TNT dari jarak 4,5 kilometer.
Kamera termal digunakan untuk melacak gerakan mereka.
Penelitian masih tetap diadakan, namun lebah madu diharapkan dapat digunakan di ladang-ladang untuk memeriksa kemungkinan adanya ranjau yang masih tertinggal.
Keuntungan menggunakan lebah madu untuk tujuan ini adalah biaya yang lebih rendah daripada tikus dan anjing.
Lebah madu bahkan memegang rekor Guinness World Record untuk binatang terkecil yang digunakan dalam mendeteksi ranjau darat.
3. Kucing

Pemilik kucing telah melaporkan, hewan peliharaan mereka memiliki kekuatan penyembuhan selama berabad-abad.
Sementara kucing tidak memiliki kemampuan untuk menyembuhkan penyakit, tapi hewan ini bisa mendeteksinya.
Penyakit menyebabkan perubahan kimiawi di tubuh, dan kucing menggunakan indra penciumannya untuk mengidentifikasi apakah seseorang sakit atau tidak.
Kucing dapat mengumpulkan lebih banyak informasi dengan merasakan perubahan dalam suasana hati dan perilaku kita.
Mereka juga dapat mendeteksi penyakit pada hewan lain.
Bahkan, ada satu ekor kucing yang telah "memperkirakan" 25 kematian di sebuah panti jompo.
Biasanya kucing bernama Oscar ini tidak bersikap ramah.
Namun, ia menunjukkan kasih sayang secara tiba-tiba ke beberapa penghuni panti jompo yang hampir meninggal.
Para ahli kemudian berhipotesis, kucing dapat mencium dan merasakan organ yang mematikan.
4. Burung
Banyak spesies burung, terutama di belahan bumi utara, bermigrasi saat musim dingin tiba dan makanan menjadi langka.
Beberapa bahkan berhasil terbang ribuan mil jauhnya dari tempat berkembang biak mereka, tapi kembali lagi saat iklim menjadi lebih hangat.
Ini tentu merupakan hal yang mustahil bagi siapa pun tanpa buku kartografi besar atau Global Positioning System (GPS).
Burung dapat mengenali perubahan iklim ini dengan cara mendeteksi medan magnet dan menggunakannya untuk navigasi.
Para ilmuwan menemukan, kompas biologis yang dimiliki burung ini ada berkat kemampuan burung untuk merasakan kekuatan dan arah medan magnet.
Ada bukti yang menunjukkan, sel yang mampu menerima informasi perubahan medan magnet bumi ini terletak di telinga bagian dalam burung.
Hal ini didukung oleh penemuan 'bola-bola' besi kecil dalam otak semua spesies burung yang telah diteliti sejauh ini.
Sel-sel rambut yang memainkan peran penting dalam gerakan dan akselerasi dipastikan mengandung neuron sensorik yang kaya zat besi ini.
Meskipun demikian, hingga kini hal tersebut belum bisa sepenuhnya menjelaskan kemampuan navigasi yang luar biasa yang dimiliki burung.
5. Gajah

Dengan seperangkat telinga yang besar, gajah jelas memiliki pendengaran yang luar biasa.
Meskipun mereka beberapa kali terlihat tiba-tiba mengubah arah tanpa alasan yang jelas, ini bukan lagi misteri.
Studi telah mengungkapkan, gajah mampu mendeteksi badai hujan yang mendekat dalam jarak sekitar 241 kilometer (150 mil).
Kemampuan luar biasa ini ditemukan dengan menganalisis migrasi gajah di Namibia.
Hewan besar dapat mendengar frekuensi di bawah rentang pendengaran yang dimiliki manusia dan menggunakannya sebagai salah satu cara komunikasi mereka.
Suara frekuensi rendah serupa dihasilkan oleh badai petir.
Setelah tujuh tahun melacak pergerakan sembilan gajah dari berbagai kelompok dengan GPS, para periset menemukan bukti adanya sejumlah perubahan pada jalur gajah selama musim hujan di kawasan ini.
Para peneliti mengamati pergerakan mereka ke badai dalam jarak ratusan mil, beberapa hari sebelum hujan terjadi.
Mengetahui kapan, di mana, dan mengapa mereka bergerak, juga dapat membantu upaya konservasi.
Pasalnya, ada sekitar 100.000 gajah Afrika dibunuh oleh pemburu liar antara tahun 2010 dan 2012.