Laporan Wartawan TribunTravel.com, Rizkianingtyas Tiara
TRIBUNTRAVEL.COM - Jepang memang memiliki berbagai sisi unik yang dapat dikulik.
Mulai dari makanan, rumah, pakaian, hingga tradisi budaya.
Bicara tentang tradisi budaya di Jepang, ternyata mereka memiliki keunikan tersendiri lho.
Seperti 7 tradisi Jepang yang dikutip TribunTravel.com dari laman Japan Talk berikut ini.
1. Pesta Bonenkai
Bonenkai adalah pesta kantoran a la Jepang yang diadakan setiap bulan Desember.
Istilah 'bonenkai' secara harfiah berarti "pesta untuk melupakan tahun yang dilalui."
Sebagian besar perusahaan biasanya mengadakan setidaknya satu pesta bonenkai.
Dalam banyak kasus, pesta ini diadakan pada tingkat perusahaan, departemen dan tim kerja.
Tak hanya dengan kolega atau rekan kerja, orang Jepang juga mengadakan pesta bonenkai dengan teman mereka.
Semua pesta ini menyulitkan reservasi di pub Jepang atau izakaya yang populer di bulan Desember.
2. Cabang bambu keberuntungan Fukusasa
Beberapa tempat suci di Jepang memiliki pasar untuk menjual cabang bambu yang dihias dengan barang-barang berharga untuk orang-orang pelaku bisnis lokal pada Januari.
Satu event terbesar, Festival Toka Ebisu di Osaka menarik lebih dari satu juta orang.
Tentara Miko dipekerjakan untuk menghiasi cabang-cabang bambu yang dikenal sebagai Fukusasa.
3. Bakar gunung Yamayaki
Bahasa Jepang memiliki satu kata khusus untuk 'membakar sebuah gunung': yamayaki.
Yamayaki adalah festival yang melibatkan pembakaran vegetasi dari gunung sebelum musim semi.
Festival ini secara visual sangat menakjubkan dan sering dikombinasikan dengan pertunjukan kembang api.
Berbagai cerita digunakan untuk menjelaskan bagaimana tradisi ini dimulai, termasuk adanya sengketa tanah kuno hingga masalah dengan babi hutan.
4. Garam sumo
Pegulat Sumo menyucikan ring pertandingan saat mereka memasukinya dengan cara melemparkan garam ke udara.
Beberapa pegulat sangat pandai membuat pertunjukan ini dengan melempar garam secara dramatis ke langit-langit.
Tradisi ini terkait dengan ritual yang dikenal dengan Harae yang digunakan untuk memurnikan kuil-kuil Shinto.
Meski sering diterjemahkan "pemurnian", Harae benar-benar sebuah eksorsisme yang dipercaya mengusir roh jahat.
5. Lentera terapung
Tradisi Jepang dengan cara mengapungkan lentera di sungai, yang dikenal sebagai Toro Nagashi, adalah sebuah upacara yang merepresentasikan perjalanan jiwa ke alam baka.
Tradisi Toro Nagashi ini digunakan untuk merayakan liburan Obon Jepang, yakni periode dalam satu tahun yang diyakini merupakan saat-saat roh-roh orang yang dicintai kembali ke dunia.
Upacara Toro Nagashi juga digunakan untuk memperingati peristiwa tragis seperti Bom Atom Hiroshima.
6. Duduk Seiza
Seiza adalah cara tradisional untuk duduk di lantai tatami Jepang.
Ini dianggap sebagai cara yang tepat untuk duduk dalam acara formal seperti ritual di Kuil Shinto.
Duduk seiza juga banyak digunakan dalam seni bela diri Jepang di mana postur tubuh dapat dikoreksi dengan ketat.
Rata-rata orang mendapati kesulitan untuk bertahan duduk seiza dalam jangka waktu yang lama.
Orang tua dan siapa saja yang belum terlatih akan merasa sangat sulit dan biasanya dimaklumi, jika mereka perlu duduk dengan kaki di depan mereka.
7. Dondo Yaki
Dondo Yaki adalah tradisi membakar barang-barang pembawa keberuntungan seperti Omikuji di Shinto Shrines setiap Januari.
Membuang barang-barang keberuntungan di tempat sampah dianggap sebagai hal yang buruk, maka lebih baik mereka harus dibakar.
Barang-barang berharga yang dijual oleh tempat-tempat suci seringkali dihiasi dengan simbol zodiak Jepang dan dianggap merupakan nasib buruk jika tidak membakar benda tersebut setelah akhir tahun.