Laporan Wartawan TribunTravel.com, Rizkianingtyas Tiara
TRIBUNTRAVEL.COM - Ada banyak hal unik dan etika-etika yang cukup ketat yang hanya bisa kita temui di Jepang.
Mulai dari cara memakan mi, menerima hadiah, dan juga beberapa hal yang harus sebisa mungkin dihindari.
Ini penting bagi traveler yang akan berkunjung ke Jepang supaya tidak melakukan kesalahan.
Untuk itu, TribunTravel.com telah merangkum deretan hal-hal unik dan aturan yang harus ditaati di Negeri Sakura dari laman Business Insider.
1. Tidak ada angka maupun nomor 4

Di Jepang, angka "empat" dihindari karena pelafalannya sangat mirip dengan kata 'kematian' dalam Bahasa Jepang.
Sama seperti angka 13 dalam budaya Barat, angka 4 melambangkan kesialan dan harus dihindari sebisa mungkin.
Kamu juga harus menghindari memberi seseorang sesuatu yang mengandung angka empat karena bisa dianggap sebagai hadiah yang sangat tidak menyenangkan.
Angka pada lift sering kali ditiadakan di lantai empat - dan dalam kasus yang ekstrim, ada beberapa bangunan yang tidak memiliki lantai 40 sampai 49.
Nomor 49 juga dianggap sangat sial, karena pelafalannya terdengar mirip dengan ungkapan yang berarti "rasa sakit sampai mati."
Ketakutan terhadap angka 4 disebut "Tetraphobia," dan ini umum terjadi di banyak wilayah di Asia Timur dan Asia Tenggara.
2. Membuang ingus di depan umum dianggap tidak sopan
Membuang ingus di depan umum dipandang tidak hanya kasar, tapi juga menjijikkan.
Sebaliknya, orang biasanya akan membuang ingus saat sudah menemukan tempat yang tertutup, tidak diketahui orang lain.
Jika memang harus dan terpaksa membuang ingus, maka lakukan dengan sebisa mungkin tersembunyi.
Orang Jepang juga tidak suka menggunakan saputangan untuk membuang ingus di depan publik.
3. Memberi uang tip bisa dipandang sebagai hal yang menyinggung
Memberi uang dianggap sebagai hal yang kasar - dan bahkan merendahkan.
Uang tip malah akan sering menimbulkan kebingungan, dan banyak orang akan mengejar kamu untuk mengembalikan uangmu jika bersikeras memberi tip.
Jika seseorang sangat membantu dan kamu merasa benar-benar harus meninggalkan uang tip, Rough Guides menyarankan untuk memberikan hadiah kecil saja, bukan dalam bentuk uang.
4. Makan sambil berjalan dianggap tidak sopan

Meskipun berjalan sambil makan merupakan hal yang dilakukan banyak orang dan sering dianggap biasa, praktik ini dipandang rendah di Jepang.
Banyak yang menganggap makan di depan umum atau di dalam kereta itu adalah hal yang tidak sopan.
Hanya ada beberapa pengecualian untuk peraturan ini, termasuk fakta makan es krim cone di jalan masih dapat diterima.
5. Ada orang yang ditunjuk yang akan mendorong kamu masuk ke dalam gerbong kereta bawah tanah yang padat

Oshiya, atau "pushers", mengenakan seragam, sarung tangan putih, dan topi dan secara harfiah mendorong atau mendesakkan orang ke dalam gerbong kereta bawah tanah yang padat pada jam-jam sibuk.
Mereka dibayar untuk memastikan semua orang dapat masuk dan tidak terjebak di pintu.
6. Orang akan tidur di atas kereta dengan kepala di bahumu

Jika seseorang di Jepang tertidur dengan kepala di bahumu, itu merupakan hal yang wajar dan harus ditolerir.
Orang-orang Jepang biasa melewati perjalanan yang sangat lama dan bekerja sangat berjam-jam, sehingga banyak orang yang tertidur di kereta.
"Ada toleransi bahwa jika orang di sebelahmu tertidur dan kepala mereka seperti bersandar di bahumu, maka orang akan bertahan dan membiarkan saja," Sandra Barron mengatakan kepada CNN.
7. Ada sandal toilet khusus untuk kamar mandi

Adalah kebiasaan untuk mengganti alas kaki dengan sandal saat memasuki rumah Jepang, restoran tradisional, kuil, dan kadang-kadang di beberapa museum dan galeri seni, menurut Rough Guides.
Pada dasarnya setiap saat kamu menemukan deretan sandal di Jepang, sebaiknya kamu juga harus memakainya.
Bahkan ada sandal toilet khusus yang disimpan di dalam kamar mandi.
Jadi, lepas sandal rumah lalu pakailah sandal toilet saat berada di dalam kamar mandi.
8. Kamu harus membawa hadiah kepada orang yang mengundangmu ke rumahnya
Adalah suatu kehormatan di Jepang saat diundang dan diajak masuk ke dalam rumah seseorang.
Jika hal ini terjadi, kamu harus selalu membawa hadiah.
Hadiahnya juga harus dibungkus dengan sangat baik, dan disarankan untuk menggunakan banyak pita mewah.
Kamu juga tidak boleh menolak hadiah yang ditawarkan, tapi pada awalnya, kamu harus memprotes terlebih dahulu kenapa harus diberi hadiah sebelum akhirnya menerimanya.
9. Menuangkan minuman ke dalam gelas sendiri dianggap tidak sopan
Sudah menjadi kebiasaan di berbagai belahan dunia untuk melayani orang lain sebelum kamu melayani diri sendiri.
Tetapi di Jepang kamu tidak boleh menuang minuman untuk dirimu sendiri.
Jika kamu telah menuangkan minuman untuk orang lain, tamu lain akan melihat bahwa gelas minumanmu masih kosong dan akan menuangkan minuman untukmu.
Kamu juga harus selalu menunggu seseorang untuk mengatakan "Kanpai" (cheers) terlebih dahulu sebelum minum.
10. Menyeruput mi (sampai berbunyi) tidak hanya dipandang sopan - tapi juga berarti kamu sangat menikmati makananmu

Menyeruput mi dianggap sopan di Jepang karena ini menunjukkan bahwa kamu sangat menikmati mi lezat yang kamu makan.
Ssebenarnya, jika kamu tidak makan dengan bunyi yang cukup keras, bisa-bisa kamu akan disalahpahami tidak menikmati makanan.
Menyeruput mi itidak sepenuhnya dilakukan demi kesopanan, tapi juga untuk menghindari lidah yang terbakar.
Mi kuah dan sup Jepang pada umumnya disajikan dalam keadaan panas hingga uapnya masih mengepul-ngepul, dan menyeruput ini dapat membantu mendinginkan makanan.
11. Tidur di hotel kapsul di ruangan yang luasnya nyaris tidak lebih besar dari peti mati merupakan hal yang sangat umum

Hotel kapsul digunakan sebagai akomodasi murah bagi orang yang semata-mata menginginkan tempat untuk tidur.
Fasilitas ini paling sering digunakan oleh karyawan yang selesai bekerja atau orang-orang yang telah berpesta hingga larut malam dan telah melewatkan kereta terakhir untuk pulang.
Bilik tempat tidurnya merupakan kapsul kecil yang tidak jauh lebih besar dari peti mati, dan tempat tidurnya ditumpuk berdampingan dan saling berhadapan satu sama lain.
Konsep ini telah ada di Jepang sejak 1970an, namun telah mulai menyebar ke beberapa negara lain di seluruh dunia.
Ini juga adalah fasilitas alternatif yang murah selain hotel.
Pasalnya, tempat tidur ini hanya bertarif sekitar 65 dolar AS atau sekitar Rp 864 ribu semalam.
Tapi hotel kapsul ini tidak disarankan bagi mereka yang menderita klaustrofobia atau fobia terhadap tempat-tempat sempit.