TRIBUNTRAVEL.COM - Bisakah kalian membayangkan, bagaimana rasanya makan makanan tanpa garam?
Pasti hambar dan membuat kurang berselera.
Pasalnya, garam adalah bumbu yang umum digunakan di berbagai masakan di seluruh dunia.
Mulai dari pasta, kentang goreng, pizza, pada umumnya mengandung natrium sangat tinggi.
Namun, kali ini para ilmuwan memperingatkan supaya kita mengurangi konsumsi garam.
Dilansir dari laman Elitereaders.com, terlalu sering makan makanan mengandung garam bisa menyebabkan kerusakan pada bagian otak atau yang disebut dimensia di kemudian hari.
Tim ilmuwan di Weil Cornell Medicine baru-baru ini menulis penelitian yang menyatakan garam dapat menyebabkan terhambatnya aliran darah ke otak hingga 28 persen.
Padahal, otak bertanggung jawab mengatur tingkat kecerdasan, kreatifitas dan memori seseorang.
Penelitian ini telah diuji dengan tikus laboratorium dengan memberi mereka makanan mengandung 4 persen hingga 8 persen garam.
Hasil penelitian ini menunjukkan, aliran darah ke otak jadi menurun.
Ilmuwan menemukan ada perubahan dan reaksi beberapa sel di lapisan pembuluh darah.
Ada penurunan oksida nitrat, gas yang biasa dihasilkan sel endotel untuk meningkatkan aliran darah.
Selain itu, para ilmuwan juga menemukan asupan garam tinggi menyebabkan peningkatan produksi interleukin 17 (IL-17), protein yang mengatur respon imun.
IL-17 juga memainkan peran utama penanda penurunan produksi nitrat.
Namun, ketika ilmuwan melakukan diet rendah garam pada tikus, aliran darah ke otak kembali normal.
Penelitian ini hanya satu di antara banyak bukti yang menunjukkan pentingnya diet garam demi kesehatan.
Dimensia adalah penyakit yang cukup serius yang bisa dialami siapa saja di kemudian hari.
Itulah sebabnya, pencegahan adalah cara terbaik mengurangi risiko penyakit ini.
Di Amerika Serikat, sekitar 90 persen orang dewasa Amerika mengonsumsi lebih banyak natrium dalam makanannya.
Padahal, dalam sehari kita tidak boleh mengonsumsi lebih dari 2.300 mg garam.