Laporan Wartawan TribunTravel.com, Ambar Purwaningrum
TRIBUNTRAVEL.COM - 25 tahun yang lalu, Rongfeng yang kala itu baru berusia 17 tahun meninggalkan kampung halamannya.
Dia tak sendirian melainkan bersama dengan kedua sahabatnya.
Mereka berniat untuk mengubah nasib di Taizhou, Zheijang, China.
Rongfeng bertekad untuk mencari pekerjaan di kota demi keluarganya.
Namun mimpi mereka tampaknya hampir mustahil dicapai.
Sebab selama melamar pekerjaan di kota, mereka terus di tolal.
Ketika kehabisan uang, mereka terpaksa mengemis di jalan.
Dilansir TribunTravel.com dari laman en.goodtimes.my, Rongfeng dan sahabatnya itu tidak pernah membayangkan jika mereka datang jauh-jauh dari desa hanya untuk mengemis di jalan.
Suatu hari, Rongfeng dan teman-temannya tiba di sebuah toko mie yang penuh dengan pelanggan.
Sayangnya, mereka hanya bisa melihat dari luar toko, karena semangkuk mie agak mahal bagi mereka.
Tanpa mereka tahu, pemilik toko mengamati mereka yang sedang berdiri di depan tokonya.
Dai Xingfen, pemilik toko mie, saat itu sedang sibuk melayani pembeli.
Sampai kemudian disadari jika ada tiga remaja yang berdiri di depan tokonya.
Xingfen yakin jika tiga remaja itu tampak kelaparan.
Sebab mereka menatap mie dengan air liur yang hampir menetes.
Bukannya diusir, Xingfen malah mengundang Rongfeng dan kedua temannya itu untuk makan gratis.
Setelah mendengar cerita Rongfeng, Xingfen baru tahu jika remaja itu sudah menjadi pengemis di jalanan selama beberapa hari.
Karena merasa kasihan, akhirnya Xingfeng mengundang ketiga remaja itu untuk tinggal di apartemen kecil yang dia tinggali bersama suami.
Malam itu juga, Xingfen mencoba menghubungi teman-temannya yang bekerja di pabrik-pabrik di dekatnya dan meminta mereka untuk membantu ketiga remaja itu.
Sayangnya, tidak ada lowongan pekerjaan saat itu.
Melihat ketiga remaja itu tampak putus asa untuk mengubah hidup mereka, Dai Xingfen kemudian meminta mereka untuk pergi mencari pekerjaan di kota sebelah, yakni Huangyan.
Segera, mereka berangkat ke sebuah kota baru.
Ternyata keberuntungan berada di kota baru ketika mereka bertiga mendapat pekerjaan di sebuah pabrik mebel.
Rongfeng bekerja keras dan belajar banyak keterampilan.
Bertahun-tahun kemudian, dia akhirnya membuka usaha sendiri di Shenyang, Liaoning.
Berkat dedikasi, kerja keras dan ketekunan, dia sekarang menjadi Ketua Shenyang Jiu Jiu Li Feng Group dan juga pemimpin industri mebel dan cat lokal.
Rongfeng telah berubah menjadi multi-jutawan dari laba yang dia peroleh dalam bisnisnya.
Meskipun dia sekarang jutawan, namun tidak pernah lupa apa yang dikataan Dai Xingfen sebelum dirinya bekerja di pabrik mebel.
“Kekayaan tidak sepenting integritas”.
Sekarang, tidak hanya kaya, dia juga bangga untuk hidup dengan integritas.
Setelah puluhan tahun berlalu, Rongfeng masih ingat dengan Dai Xingfen, wanita yang membantunya selama ini.
Pada 2014, Rongfeng kembali ke Taizhou untuk mencari Xingfen keluar.
Beruntung baginya, wanita yang baik hati masih bekerja di toko mie yang sama persis seperti dua dekade lalu.
Rongfeng kemudian bertemu kembali dengan Dai Xingfen dan bahkan menawarkan USD 80. 000 setara Rp 1 miliar untuk memperbaiki rumahnya yang lama.
Bagi Rongfeng, jumlah itu masih sangat kecil dibandingkan dengan bantuan Dai Xingfen.
Meski demikian, wanita tua itu justru menolak tawaran Rongfeng dan mengatakan dia tidak membantu Rongfeng untuk mendapatkan sesuatu sebagai balasannya.
25 tahun yang lalu, dia dengan tulus ingin membantu Rongfeng karena belas kasih.