Laporan Wartawan TribunTravel.com, Rizkianingtyas Tiara
TRIBUNTRAVEL.COM - Buah-buahan merupakan satu bagian penting dari menu harian kita.
Konsumsi buah dapat memenuhi kebutuhan vitamin dan air, mencegah penyakit tertentu, serta menjadi sumber antioksidan bagi tubuh.
Satu di antara buah yang umum dikonsumsi masyarakat Indonesia adalah buah pisang.
Buah berwarna kuning memiliki kulit yang harus dikupas terlebih dahulu sebelum dimakan.
Namun, Jepang yang terkenal dengan kecanggihan teknologi dan ilmu pengetahuannya berhasil menciptakan pisang yang 'tak bikin repot'.
Dikutip TribunTravel.com dari laman Daily Mail, Jepang membudidayakan buah pisang yang dapat dimakan dengan kulitnya.
Buah pisang memang dikenal hanya dapat tumbuh di wilayah yang beriklim tropis.
Namun, sebuah industri pertanian bernama D&T Farm di prefektur Okayama berhasil mengembangkan pisang yang kulitnya bisa dimakan yang disebut Mongee Banana.



Tanaman pisang ini dikembangkan dengan metode yang menggunakan DNA pisang yang tumbuh di zaman es.
Metode ini disebut Freeze Thaw Awakening.
Teknik ini menciptakan kembali kondisi yang ada pada akhir zaman es sekitar 20.000 tahun yang lalu, ketika tanaman akan tumbuh dari suhu musim dingin yang sangat rendah.
Dengan begitu, pisang yang terbilang susah dikembangkan di Jepang dapat bertahan hidup di lingkungan dan iklim Negeri Matahari Terbit tersebut.
Bahkan terkait dengan pisang yang biasanya butuh waktu dua tahun untuk dapat dikonsumsi, metode ini akan mempersingkat masa tersebut menjadi hanya empat bulan.
Pada akhir zaman es, tanaman akan bangun dari hibernasi musim dingin yang panjang saat suhu meningkat secara bertahap.
Suhu siang hari maksimum hanya 12 sampai 13 derajat Celsius dan pada malam hari, bisa turun di bawah nol
Nah, D&T Farm menciptakan kembali kondisi ini dengan membekukan anakan pisang dalam lingkungan yang suhunya mencapai minus 60 derajat Celsius, dan menanamnya lagi setelah dicairkan.
Hal ini mendorong pisang tersebut tumbuh dengan cepat, bahkan di iklim Jepang yang relatif dingin.
Hasilnya, pisang menjadi lebih manis karena memiliki kandungan gula sebesar 24,8 gram, dibandingkan yang berkembang di iklim tropis yang hanya mengandung 18,3 gram gula.

Panenan pertama dari inovasi pisang ini sudah dipasarkan pada November lalu.
Mongee Banana ditanam oleh D&T Farm di Prefektur Okayama Jepang, dan dijual di counter buah di sebuah department store Tenmanya Okayama.
Mengingat Jepang mengimpor 99 persen kebutuhan pisang dalam negeri, maka tak heran Mongee Banana menjadi bagian dari satu persen pisang yang ditanam di negeri itu sendiri.
Nama mongee dalam bahasa gaul Okayama berarti 'luar biasa.'
Dengan hanya 10 buah pisang yang dapat dijual setiap minggunya, Mongee Banana dibanderol dengan harga sebesar 648 yen atau sekitar Rp 78 ribu per buahnya.
Dalam sebuah pernyataan tertulis di situsnya, juru bicara D&T Farm mengatakan, "Kulit pisang adalah bahan yang sangat baik, mengandung vitamin B6 dan magnesium yang terkait dengan sintesis serotonin."
"Kulit pisang juga kaya akan zat yang disebut "tryptophan" yang merupakan bahan baku serotonin, senyawa kimia yang diproduksi otak untuk menstabilkan pikiran dan mengatur tidur manusia."
"Hasil penelitian yang menyatakan kulit buah pisang yang matang memiliki efek penghambatan pada hipertrofi prostat juga telah dipublikasikan."
Bagaimana traveler, tertarik mencicipi Mongee Banana dari Jepang ini?